Sukses

Sebagian WNI Pasrah Tak Ikut Evakuasi Jelang Badai Irma Florida

Di antara warga yang bertahan di Florida menjelang Badai Irma, beberapa di antaranya adalah WNI.

Liputan6.com, Florida - Warga Florida pada Sabtu 9 September 2017 dini hari waktu setempat bersiap menghadapi kedatangan Badai Irma. Badai kategori lima yang diperkirakan akan menyapu negara bagian berpenduduk 20,6 juta jiwa itu, memiliki kekuatan embusan angin hingga 250 kilometer per jam.

Badan Urusan Cuaca Amerika memperkirakan Badai Irma akan mulai menyapu kawasan Florida Keys antara pukul 05.00 hingga 07.00 pagi waktu setempat, dan diperkirakan akan sedikit melemah ketika menuju ke daratan.

Seperti dikutip dari VOA News, Minggu (10/9/2017), lebih dari 1,2 juta orang sudah diperintahkan keluar dari zona berbahaya jalur Badai Irma. Perintah evakuasi wajib pun telah dikeluarkan untuk warga di sejumlah pulau dan dataran rendah Florida.

Hingga laporan ini disampaikan, jalan-jalan utama di rute antar-negara bagian 75 dan 95 menuju ke utara kini mengalami kemacetan, karena ribuan mobil berupaya keluar dari Florida. Beberapa mobil terpaksa meminggirkan kendaraan mereka ketika kehabisan bahan bakar.

Gubernur negara bagian Florida, Rick Scott menyerukan warga yang keluar dari Florida untuk berkendara dengan kecepatan rendah di seluruh jalur, termasuk bahu jalan. Ia belum membuka jalur pada arah sebaliknya agar bisa dilewati mereka yang hendak menuju ke utara karena masih membutuhkan jalur tersebut untuk mengantar pasokan BBM dan sembako yang dibutuhkan warga yang bertahan.

"Jika Anda berencana keluar dari Florida tetapi tidak melakukannya malam ini, Anda harus melakukannya nanti di tengah cuaca sangat buruk dan atas resiko sendiri," ujar Scott.

Sebagian WNI Memilih Bertahan

Di antara warga yang bertahan di Florida, beberapa di antaranya adalah warga negara Indonesia (WNI).

"Saya khawatir sekali dengan Badai Irma. Namun saya memutuskan bertahan karena semula memperkirakan akan baik-baik saja, mengingat daerah tempat tinggal tidak terletak di zona evakuasi wajib," ujar Turi Isherdianto, ibu satu anak yang tinggal di Weston, pinggir kota Miami saat diwawancarai VOA Jumat 8 September malam waktu setempat.

Ketika beberapa hari lalu beberapa tetangga, termasuk tiga dari sepuluh temannya, berangkat ke Georgia dan Alabama, Turi masih bertahan. Apalagi ia baru pindah rumah sehingga masih disibukkan dengan berbagai urusan.

"Ketika menyadari, saya rasa sudah terlambat. Saya takut jalanan macet dan enggak ada bensin karena di mana-mana pom bensin habis. Sementara pesawat banyak yang di-cancel. Kalau sampai terjebak di jalan kan akan lebih berbahaya karena tidak ada tempat untuk berlindung," ujar Turi.

Alhasil Turi sekeluarga dan seorang teman dengan anaknya, kini pasrah untuk berlindung di rumah saja.

"Saya takut sekali Mbak. Tapi kini sudah terlambat evakuasi. Setidaknya kini kami ke ruangan yang paling aman. Setahu kami rumah-rumah yang dibangun setelah badai Andrew (tahun 1992) wajib punya dinding dan atap yang tahan terhadap badai kategori tiga," tambah Turi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

WNI Siapkan Pasokan Sembako, Air Bersih dan Baterai

Senada dengan Turi, Joko Moten yang pernah merasakan cuaca buruk akibat Badai Andrew tahun 1992, juga memilih bertahan dan tidak keluar dari Florida. Ia hanya memilih meninggalkan rumahnya yang terletak di bagian utara Miami Beach, yang masuk zona wajib evakuasi, dan untuk sementara tinggal di rumah anaknya yang terletak beberapa kilometer dari rumahnya dan berada di dataran tinggi.

"Berbeda dengan Badai Andrew yang dulu menyapu hanya di satu titik saja, Badai Irma ini kan kabarnya bakal melanda seluruh Florida, jadi kalau dulu saya bertahan di rumah, kini saya mengungsi sedikit ke rumah anak. Yang saya khawatirkan adalah ombak tinggi. Bukan angin," ujarnya kepada VOA.

Namun, belajar dari pengalamannya menghadapi beberapa badai besar selama tinggal di Amerika, ia telah menyiapkan pasokan sembako, air bersih dan salah satu yang paling penting adalah mengisi daya baterai semua telepon dan menyiapkan cadangannya. Karena jika listrik mati, kita hanya bisa bertahan dengan baterai di ponsel atau senter.

Kini Joko Moten bertahan bersama suami dan anak keduanya yang berusia 13 tahun.

Menurut data di KJRI Houston yang wilayah kerjanya mencakup beberapa negara bagian termasuk Florida, hingga 31 Agustus lalu, tercatat ada 2.617 warga negara Indonesia berada di sana. Konsul Konsuler KJRI Houston Dhyasti Kalista Siregar mengatakan kepada VOA bahwa pihaknya telah mengeluarkan imbauan khusus untuk WNI di Florida sejak pekan lalu.

Beberapa nomor telepon hotline juga telah diumumkan secara terbuka. "Tetapi untuk ancaman yang membahayakan jiwa seperti bencana alam, tentu warga Indonesia tetap harus merujuk pada imbauan dan instruksi pemerintah setempat," ujar Kalista.

Nomor telepon Hotline 24 jam KJRI Houston adalah +1 346 932 7284.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.