Sukses

Berburu Burung Langka, Konvoi Pangeran Qatar Diserang Warga

Pejabat Qatar yang terlibat dalam peristiwa itu mengonfirmasi ada serangan oleh sekelompok orang.

Liputan6.com, Islamabad - Seorang pejabat Pakistan mengatakan, sekelompok penduduk desa menyerang konvoi seorang pangeran Qatar yang sedang dalam perjalanan berburu. Sebanyak empat orang terluka dalam insiden itu.

Dilansir dari VOA News, Selasa (17/1/2017), Yasir Khan, wakil komisaris Distrik Musakhel di dekat perbatasan Afghanistan mengatakan massa tersebut dipimpin tuan tanah lokal yang keberatan atas perburuan bustard houbara. Burung langka itu kerap menjadi hadiah bagi kalangan elite Arab negara-negara Teluk.

Khan mengatakan, hampir 30 penduduk desa bersenjata tongkat menyerang konvoi itu hari Minggu 15 Januari 2017. Mereka memaksa keluarga kerajaan itu pindah ke daerah yang lebih aman. Ia menolak menyebut nama pangeran yang berkunjung itu.

Dilansir dari nation.com.pk, pejabat Qatar yang terlibat dalam peristiwa itu mengonfirmasi serangan oleh sekelompok orang terhadap konvoi pemburu yang termasuk anggota keluarga kerajaan. Namun ia menolak untuk mengidentifikasi mereka, tetapi mengatakan mereka dalam kondisi aman.

Ia juga menambahkan bahwa perburuan itu sudah diketahui pihak berwenang setempat.

"Pemburu Qatar membayar izin berburu kepada pemerintah, sumbangan untuk masyarakat lokal, dan konservasi satwa liar," kata pejabat itu.

"Sayang sekali terjadi serangan yang dipimpin oleh kelompok bersenjata."

International Union for Conservation of Nature (IUCN) mendaftarkan jenis burung itu sebagai spesies yang rentan punah, karena populasinya kini hanya sekitar dari 50.000 sampai 100.000.

Jenis unggas itu juga hampir lenyap dari Semenanjung Arab.

Tahun lalu, Mahkamah Agung mencabut larangan berburu burung itu setelah pemerintah berpendapat itu menyakiti hubungan dengan negara-negara Teluk, di mana pemburu kaya menuju Pakistan untuk berburu spesies yang terancam punah termasuk burung elang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini