Sukses

Aung San Suu Kyi Undang Menlu ASEAN Bahas Rohingya di Rakhine

Rakhine jadi sorotan karena dugaan adanya pelanggaran HAM oleh aparat keamanan terhadap komunitas Rohingya.

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi Rakhine belum sepenuhnya kondusif terkait konflik dengan Rohingnya. Guna menyelesaikan masalah tersebut, Myanmar pun mulai menggandeng negara-negara ASEAN.

Jika sebelumnya negara tersebut hanya mau melakukan pertemuan dengan Indonesia, kali ini mereka berencana menggelar pertemuan antar Menlu ASEAN khusus untuk berbicara soal masalah di Rakhine.

"Pada 19 Desember nanti, atas undangan State Counsellor Myanmar (Aung San Suu Kyi), para Menlu ASEAN akan melakukan pertemuan retreat di Yangon. Tentunya isu yang akan dibahas situasi Rakhine," ucap Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di kantornya, Jumat 17 Desember 2016.

Retno memastikan undangan yang diberikan Suu Kyi kepada dirinya siap dipenuhi. Ia pun akan menjadi ketua delegasi Indonesia dalam pertemuan membahas masalah Rakhine itu.

"Saya sendiri Insya Allah akan hadir," tambah dia.

Terkait apakah nanti pertemuan pada akhir pekan ini akan mengeluarkan kesepakatan atau pernyataan bersama negara ASEAN, ia belum bisa memastikan hal tersebut. Namun, adanya pertemuan tersebut sudah dianggap sebagai langkah signifikan untuk menyelesaikan masalah yang telah berlarut-larut selama beberapa tahun terakhir.

"Saat saya melakukan pertemuan dengan Suu Kyi 6 Desember lalu di Naypyidaw, kita bicara dan sampaikan memang sebaiknya Myanmar engage ASEAN untuk memberi informasi kepada para menlu mengenai situasi di Rakhine". 

"Ini (bagian) proses saat teman-teman SOM (pejabat senior di ASEAN) bertemu di Bali, isu ini dibahas sebentar. Akhirnya Myanmar mengeluarkan undangan retreat di Yangon," ucap Menlu Retno.

Tak cuma ke Myanmar, usai melakukan pertemuan di negara tersebut, Retno akan langsung terbang ke Bangladesh. Di Ibukota Dhaka itu, bersama Menlu negara tersebut, akan membahas masalah di Rakhine sebagai fokus utamanya.

"Saya ingin berbincang dengan Menlu Bangladesh karena mereka berbatasan dengan Myanmar, ada isu masalah pengungsi dan lain-lain yang ingin kita lakukan upaya komperhensif," tutup Retno.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini