Sukses

Museum Wina Pajang Keris Kuno dan Kuda Lumping Asal Indonesia

Ada 14 ribu koleksi museum yang berasal dari Indonesia. Jumlah yang tidak sedikit untuk museum asing.

Liputan6.com, Wina - Austria tidak hanya identik sebagai negeri asal musik klasik. Di negara berpenduduk sekitar 8,4 juta jiwa ini, berdiri megah puluhan bahkan mungkin ratusan museum. Salah satu yang bisa menyita perhatian publik Tanah Air adalah Weltmuseum (Museum Dunia) yang ada di kota Wina.

Di tempat yang dulu bernama Museum fur Volkerkunde (Museum Etnologi) tersebut, ada belasan ribu benda-benda budaya Indonesia. Informasi ini Liputan6.com peroleh dari salah satu staf Weltmuseum yang kebetulan berasal dari Tanah Air.

 

Dia adalah Dr Jani Kuhnt-Saptodewo. Wanita kelahiran Jakarta, 17 Mei 1952 ini menjabat sebagai Head of Insular Southeast Asian Collections.

Dia menaungi sedikitnya 20 ribu koleksi kebudayaan dari negara-negara kepulauan Asia Tenggara seperti, Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam, Timor Leste, Singapura, dan Indonesia. Menariknya, di antara 20 ribu koleksi tersebut, 14 ribu koleksi berasal dari Nusantara.

Jumlah koleksi yang tergolong tidak sedikit untuk sebuah museum yang berdiri di benua Eropa. Total koleksi kebudayaan suku bangsa yang dimiliki museum yang berdiri sejak 1876 ini mencapai seperempat juta.

Tak hanya dari Asia, benda-benda kebudayaan dari benua Afrika, Oseana, dan Amerika juga melengkapi koleksi museum yang berada di pusat kota Wina.

Lokasi gedungnya pun sangat istimewa. Bentuknya cukup megah dengan desain bangunan Romawi kuno, museum ini berada di samping Istana Hofburg atau Istana Kepresidenan Austria.

Kuda Lumping, salah satu budaya Indonesia, tengah dipamerkan di Weltmuseum kota Wina. (Liputan6.com/Reza Khomaini)

Untuk masuk ke dalam, pengunjung harus merogoh kocek sebesar 10 euro atau sekitar Rp 150 ribu. Di dalam gedung berlantai 3 itu, para pengunjung bisa menikmati pameran koleksi-koleksi dari berbagai kebudayaan dunia.

Saat Liputan6.com berkunjung, pihak museum tengah menyajikan pameran seputar kebudayaan suku Naga, masyarakat India timur, dan pentas tarian keraton Solo serta pameran foto.

Dalam pameran tersebut, terselip benda-benda kebudayaan Indonesia seperti, topeng, kuda lumping dan keris Bali. Menurut Jani Kuhnt-Saptodewo, dalam setiap pameran pihak museum selalu memberikan pengetahuan tambahan bagi para pengunjung dengan memamerkan koleksi-koleksi dari negara-negara lain.

’’Jadi tidak hanya seputar kebudayaan masyarakat Naga saja. Tapi ada juga dari Indonesia, Amerika Latin, dan negara Asia lainnya,’’ tutur wanita yang sejak 2005 bekerja di museum etnologi tersebut.

Di ruangannya yang terletak di lantai atas, Jani bercerita seputar sejarah singkat tentang koleksi yang dimiliki museum ini. Semuanya, terang Jani, berawal pada Abad ke-18.

Saat itu, pangeran Franz Ferdinand yang menjadi penguasa kerajaan Hungaria-Austria sering berlayar ke negara-negara di luar Eropa. Dalam setiap kunjungannya, sang pangeran tak pernah lupa membawa pernak-pernik kebudayaan setempat.

Dr. Jani Kuhnt-Saptodewo saat membuka sebuah pameran kebudayaan Indonesia di Weltmuseum kota Wina. (Liputan6.com/Reza Khomaini)

’’Selain membeli langsung di negara yang disinggahi, ada juga benda-benda kebudayaan yang merupakan pemberian dari para sahabat kerajaan,’’ terang Jani.

Lebih dalam dijelaskannya, koleksi-koleksi yang dimiliki beragam. Mulai dari pakaian, alat-alat perkebunan, senjata tajam, perhiasan, kesenian, hingga kerajinan tangan khas dari negara asal.

Mengenai koleksi kebudayaan Indonesia, Jani menuturkan, keragaman budaya Tanah Air cukup diminati.

Tak heran jika jumlah benda asal Indonesia yang dimiliki museum etnologi di Wina ini begitu besar, yakni sekitar 14 ribu item.

Dikatakan Jani, pihaknya memiliki beberapa koleksi tertua asal Indonesia, seperti wayang dan keris. Menurut catatan, kedua benda kebudayaan tanah air itu dibuat pada Abad ke-17.

Sementara koleksi termudanya didominasi oleh pakaian pengantin dari berbagai macam suku di Indonesia.

’’Kalau pakaian pengantin kami beli yang buatan tahun 1970-an. Semuanya lengkap satu set. Ada pakaian adat nikah dari Betawi, Sunda, Jawa, Bugis, Palembang, dan Lampung,’’ jelas Jani.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.