Sukses

Kelompok 'Kuil Setan' Membidik Pelajar Sekolah Dasar AS?

Namun demikian, rencana kelompok itu bagi para pelajar sekolah umum bukanlah tentang pemujaan setan. Lalu apa, ya?

Liputan6.com, Salem - Kota Salem di negara bagian Massachussets, Amerika Serikat (AS), terkenal dengan sejarah pembantaian orang-orang yang dituduh sebagai tukang tenung dan sihir pada Abad ke-17.

Baru-baru ini, di kota yang sama, para pemimpin dan tokoh Satanic Temple -- Kuil Setan -- bersama-sama menonton video promosi berisi tayangan anak-anak sedang menari bersama mengelilingi tiang pancang. Lalu ada seekor laba-laba merangkak di wajah seorang badut. Di latar belakang ada senandung suara yang menyeramkan.

Ternyata itu adalah bagian dari pengajaran yang akan mereka sebarkan secara nasional kepada para pelajar sekolah dasar AS melalui program-program luar sekolah (after school).

Alasannya, seperti dikutip dari laporan Washington Post pada Rabu (3/8/2016), karena sudah ada program luar sekolah yang digagas kelompok agama Kristen.

Menurut Doug Mesner, salah satu pendiri Satanic Temple, "Penting bagi anak-anak agar mengerti bahwa ada beberapa cara pandang berbeda terhadap semua persoalan, dan bahwa mereka memiliki pilihan."

Senin lalu, kelompok tersebut bermaksud memperkenalkan progam luar sekolah yang mereka sebut 'After School Satan Club' ke beberapa sekolah dasar, mulai dari Prince George's County di negara bagian Massachussets.

Para pemimpin cabang dari New York, Boston, Utah, dan Arizona bekumpul di Salem pada 10 Juli lalu untuk membicarakan strategi. Perwakilan dari Minneapolis, Detroit, San Jose, New Orleans, Pittsburgh dan Florida ikut rapat secara daring (online).

Satanic Temple telah lama mencoba hadir di depan umum, termasuk dengan doa dan ibadah, walaupun tujuannya memperjuangkan pemisahan konstitusional antara agama dan negara di AS.

Satanic Temple tidak mendukung kepercayaan adanya mahluk supernatural yang dalam agama lain disebut sebagai Setan, Lucifer, atau Beelzebub.

Mereka menolak semua bentuk kegaiban supernatural dan berkomitmen kepada pandangan bahwa rasionalitas ilmiah adalah tolok ukur terbaik terhadap kenyataan.

Menurut Mesner, yang memiliki nama julukan Lucien Greaves, istilah "Setan" hanyalah "konstruksi metaforis" untuk melambangkan penolakan semua bentuk tirani dalam pikiran manusia.

Kurikulum yang digagas bagi kegiatan luar sekolah menekankan kepada pengembangan ketrampilan nalar dan sosial. Kelompok itu mengatakan bahwa acara mereka diisi dengan cemilan sehat, pelajaran sastra, kegiatan belajar kreatif, pelajaran ilmuah, teka-teki, dan proyek seni.

Menurut Chalice Blythe, pimpinan Satanic Temple dari Utah, "Menurut kami, penting bagi anak-anak untuk bisa melihat beberapa titik pandang untuk menalarkan berbagai hal, untuk memiliki empati, dan welas asih kepada sesama manusia."

Satanic Temple menduga akan mendapat perlawanan terhadap proposal kegiatan luar sekolah mereka. Ketika kelompok itu mengajukan ingin mendirikan monumen Baphomet di Oklahoma, kantor gubernur memandang permohonan itu sebagai sesuatu yang "aneh".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.