Sukses

8-6-1967: Insiden Jet Tempur Israel Gempur Kapal AS

Pada 8 Juni 1967, hubungan AS dan Israel sempat menegang lantaran sebuah insiden yang terjadi di laut dekat Semenanjung Sinai.

Liputan6.com, Semenanjung Sinai - Amerika Serikat dan Israel telah lama dikenal sebagai sekutu. Banyak yang mengira kedua negara akan tetap menjadi teman abadi. Presiden Amerika Serikat Barack Obama bahkan menegaskan beberapa waktu lalu, "Amerika akan selalu membela Israel."

Tapi pada 8 Juni 1967, hubungan AS dan Israel sempat menegang lantaran sebuah insiden yang terjadi di laut dekat Semenanjung Sinai. Ketika itu, kapal laut AS USS Liberty tengah berlayar untuk sebuah misi negara.

Tiba-tiba, sejumlah jet tempur Israel meluncurkan rudal ke arah kapal dan membombardir kendaraan laut tersebut. Awak kapal Amerika tak berkutik menghadapi serangan.

Akibat serangan yang terjadi selama dua jam itu, sekitar 34 awak kapal tewas. Selain itu, sekitar 173 orang lainnya terluka. Kapal hampir saja karam.

Beberapa jam kemudian, Israel menyatakan bahwa serangan itu merupakan kesalahpahaman. Israel awalnya mengira kapal tersebut sebagai mata-mata, meski ada bendera Amerika Serikat yang menyertainya.

Ketika itu, Israel tengah terlibat perang dengan Mesir yang dibantu sekutu negara Arab lainnya. Sementara Amerika Serikat sedang bertempur dalam perang Vietnam.

Presiden Amerika Serikat kala itu, Lyndon B Johnson menyatakan menerima klaim Israel yang menyebut pihaknya salah sasaran. Pak Presiden memutuskan untuk membatalkan investigasi atas insiden tersebut.

"Kasus ini karena ada kesalahpahaman. Saya tak ingin berseteru dengan sekutu," ujar Lyndon, seperti dimuat Globalresearch.ca, Senin (8/6/2015).

Korban selamat kapal USS Liberty, Rick Almett menduga ada persekongkolan antara Pemerintah AS dan Israel. Menurut dia, pemerintah lebih mempedulikan hubungan dengan sekutu ketimbang korban.

"Ada konspirasi di balik semua ini. Itu kenapa investigasi dihentikan," kata Rick. Sementara itu korban selamat lain, Jim Smith menegaskan bahwa Israel sengaja menyerang USS Liberty.

Pada 2003, tim independen yang terdiri dari mantan petinggi militer dan duta besar yang pernah bertugas di Timur Tengah membuka kembali investigasi atas serangan terhadap USS Liberty.

Namun paparan fakta yang mereka kemukakan, selalu ditolak oleh Kongres. Kasus ini kembali mangkrak beberapa tahun kemudian hingga sekarang. Mantan pejabat militer AS Isaac C Kidd mengaku mendapat seruan agar tidak lagi mengungkit kasus ini.

Sejarah lain mencatat, pada 8 Juni 632 Masehi atau 13 Rabiul Awal tahun 11 Hijriah, Nabi Muhammad SAW wafat pada usia 63 tahun.

Dalam buku bertajuk The 100, Michael H Hart menuliskan bahwa Nabi Muhammad merupakan tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah umat manusia. Menurut dia, Nabi Besar dan terakhir menurut kepercayaan agama Islam itu merupakan pemimpin yang berhasil mengubah bangsa barbar, egois, dan terbelakang menjadi bangsa rukun, damai nan maju. (Ans/Tho)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini