Sukses

Inu Kencana: Andai STPDN Belajar dari Pengalaman

"Andaikata belajar dari kasus penganiayaan Jurinata, tak akan terjadi terbunuhnya Wahyu," kata Pembantu Ketua IV STPDN Inu Kencana. Sebelumnya, ada kasus penganiayaan sejenis yang sengaja dipetieskan.

Liputan6.com, Sumedang: Kalau saja belajar dari pengalaman, kasus tewasnya praja (mahasiswa) Sekolah Tinggi Pendidikan Dalam Negeri Wahyu Hidayat tak akan terjadi. Sebab, sebelum Wahyu, sudah banyak kasus serupa terjadi di lembaga pendidikan tinggi negeri ini. Di antaranya penganiayaan praja tingkat dua STPDN Jurinata, 12 Mei silam. "Andaikata belajar dari kasus ini [penganiayaan Jurinata], tak akan terjadi terbunuhnya Wahyu," kata Pembantu Ketua IV STPDN Inu Kencana, yang dihubungi SCTV per telepon dari Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Sabtu (20/9) petang.

Memang, menurut Inu, kasus yang menimpa Jurinata bukan diabaikan begitu saja. Buktinya para penyiksa Jurinata sudah diganjar sanksi administratif. Meski demikian, ada pengasuh yang membuat perjanjian untuk berdamai dengan keluarga korban, seolah tak pernah terjadi penganiayaan [baca: Ketua STPDN Diperiksa Polisi]. Tak pelak, polisi pun menghentikan penyidikan karena pihak STPDN menyatakan kasus tersebut telah diselesaikan secara internal. "Kalau ada anak kita yang salah, ya harus dihukum. Ini untuk mendidik," tegas Inu.

Tapi sayang, sikap petinggi di STPDN seperti Inu praktis membuat berang sejumlah jajaran pengasuh STPDN lainnya. Pembantu Ketua (PK) I STPDN (waktu itu) Wirman Sjafrie sempat memanggil Inu. Ironisnya, beberapa pengurus STPDN pun pernah mengusulkan Inu diberi sanksi administratif. Bahkan, sekelompok orang mengancam membunuh jika terus memperkarakan kasus-kasus kriminal seperti penganiayaan di STPDN. "Saya bilang, saya tak takut mati. Jika saya diberi sanksi administratif, saya akan tuntut balik," kata Inu bersemangat.

Inu menjelaskan, sikapnya itu semata-mata karena ia peduli almamater. Keprihatinan Inu memang beralasan. Maklum, tak cuma penganiayaan, kasus narkotik dan obat-obatan berbahaya serta aborsi yang menewaskan mahasiswi juga pernah terjadi. Karena itu, Inu menyerukan semua jajaran STPDN bertobat. "Target saya bukan sistem yang harus diubah, tapi pejabat [STPDN] yang harus mengaku dosa. Karena kita semua merasa bersalah. Saya sendiri merasa bersalah karena kurang keras menuntaskan masalah ini," ujar Inu.(ZAQ/Bayu Sutiono)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini