Sukses

Kenalan dengan Kordifa Kebangsaan, Kelompok Menyanyi Disabilitas di Malang yang Lantunkan Lagu-Lagu Nasional

Kor ini dibentuk untuk menyalurkan bakat menyanyi para penyandang disabilitas sekaligus mengenalkan lagu-lagu kebangsaan.

Liputan6.com, Jakarta Pusat pemberdayaan disabilitas di Malang, Jawa Timur, Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) mengenalkan kelompok menyanyi (kor) Kordifa Kebangsaan.

Kor ini dibentuk untuk menyalurkan bakat menyanyi para penyandang disabilitas sekaligus mengenalkan lagu-lagu kebangsaan. Tak hanya menyanyi, para penyandang Tuli juga dapat melantunkan lagu melalui gerak isyarat dalam kor ini.

Menurut Founder LINKSOS, Ken Kerta, keanggotaan Kordifa terbuka dan inklusif bagi seluruh ragam disabilitas.

“Para penyandang disabilitas berkesempatan menyanyi sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan ragam disabilitas. Termasuk penyandang disabilitas pendengaran dan wicara, mereka bisa menyanyi dengan bahasa isyarat,” kata Ken mengutip lanam resmi LINKSOS, Rabu (8/5/2024).

Dia menambahkan, Kordifa Kebangsaan memiliki tujuan:

  • Sebagai wadah kreasi penyandang disabilitas di bidang olah suara, olah isyarat dan olah musik
  • Melestarikan lagu-lagu kebangsaan beserta makna dan implementasinya
  • Menumbuhkan dan mengembangkan rasa cinta tanah air
  • Mengampanyekan rasa kebangsaan dan kesadaran berbhineka tunggal ika.

Kordifa Kebangsaan terbilang baru dalam pembentukannya, latihan perdananya digelar pada Jumat, 26 April 2024, pukul 10.00 di Amphitheater 2, Lantai 5 Gedung MCC Kota Malang.

Pada pelatihan perdana tersebut, kegiatan didukung oleh Panti Karya Asih dan Gerkatin Kota Malang. Panti karya Asih berkontribusi menyiapkan sumber daya vokalis dan alat musik. Sedangkan Gerkatin Kota Malang menyiapkan sumber daya untuk peserta gerak isyarat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ide Awal Pembentukan Kordifa Kebangsaan

Gagasan adanya Kordifa Kebangsaan muncul di masa pandemi 2020, lanjut Ken. Saat itu, pusat pemberdayaan disabilitas LINKSOS berupaya memulihkan penghidupan penyandang disabilitas sesuai bidangnya.

“Saat itu, LINKSOS mengembangkan unit UMKM Omah Difabel. Penyandang disabilitas yang berprofesi sebagai penjahit mendapatkan job menjahit. Ada juga yang mendapat job di bidang kerajinan tangan dan kuliner.”

Akan tetapi, sambung Ken, penyandang disabilitas yang bergerak di bidang seni belum mendapatkan pekerjaan yang membantu ekonomi. Solusinya, LINKSOS mencoba menggagas kelompok musik. Gagasannya adalah kelompok musik disabilitas yang menyanyikan lagu-lagu kebangsaan.

3 dari 4 halaman

Alasan Membentuk Kordifa Kebangsaan

Setidaknya terdapat dua alasan mengapa LINKSOS akhirnya membentuk kelompok musik dengan lagu-lagu kebangsaan.

“Pertama, saingan pasarnya lebih kecil daripada lagu-lagu pop, dangdut dan musik lainnya. Kedua, sebagai kegiatan yang edukatif dan sesuai tujuan LINKSOS dalam upaya penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas,” jelas Ken.

Awalnya, sudah dibentuk kelompok vokal yang dinamai Decovid. Grup musik ini terdiri dari tiga orang, yakni vokalis, gitaris dan harpis (pemain harmonika). Namun perhatian dan dukungan publik terhadap musik di masa pandemi sangat kecil. Sebab adanya berbagai aturan pembatasan.

4 dari 4 halaman

Gagasan Membentuk Kelompok Musik Muncul Lagi

Seiring berjalannya waktu, pandemi COVID-19 pun dinyatakan usai. Selanjutnya, pada tahun 2024, gagasan kelompok musik itu muncul lagi.

Tepatnya dalam pertemuan koordinasi persiapan Educamp Nasional Sako Daya di Posko Rescue Bela Negara Malang, Minggu 21 Maret 2024.

Menindaklanjuti perbincangan di Posko Rescue Bela Negara Malang, kelompok musik untuk lagu-lagu kebangsaan pun dibentuk.

LINKSOS akhirnya menggelar pelatihan perdana pasca pandemi dan kini mengundang teman-teman disabilitas untuk bergabung.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.