Sukses

Calon Jemaah Haji Perlu Siapkan Kesehatan Mental Sebelum Berangkat ke Tanah Suci

Jemaah haji yang akan berangkat ke Tanah Suci harus memenuhi syarat kesehatan fisik dan mental.

Liputan6.com, Jakarta Calon jemaah haji harus memastikan bahwa dirinya mampu secara fisik maupun mental di samping siap finansial. Untuk menentukan kemampuan calon jemaah haji, ada istilah istitha’ah yang harus dipenuhi. Istitha’ah dalam bahasa Indonesia dibahasakan dengan kata mampu.

Istitha’ah menjadi salah satu syarat wajib menunaikan ibadah haji. Istitha’ah menurut Keputusan Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia VI Tahun 2018 adalah mencakup aspek finansial. Yakni biaya perjalanan dan bekal untuk keluarga yang ditinggalkan serta keamanan.

Kemudian dikuatkan dengan hasil Mudzakarah Perhajian Indonesia 2023 bahwa istitha’ah merupakan syarat pelunasan biaya haji.

Di samping itu, jemaah haji yang akan diberangkatkan ke Tanah Suci harus memenuhi istitha’ah kesehatan (badaniyyah) yang mencakup kesehatan fisik dan kesehatan mental. Ini merupakan bagian dari pemenuhan syarat wajib pelaksanaan haji.

Secara teknis, Kementerian Kesehatan telah menyusun sebuah regulasi mengenai standar teknis pemeriksaan kesehatan dalam rangka penetapan status istitha’ah kesehatan jemaah haji melalui KMK No HK.01.07/MENKES/2118/2023.

Istitha’ah kesehatan menurut regulasi adalah jika jemaah telah melalui serangkaian pemeriksaan kesehatan baik fisik maupun mental di fasilitas pelayanan kesehatan.

Istitha’ah kesehatan ini penting mengingat di antaranya ibadah haji adalah ibadah yang boleh dikata seluruhnya adalah ibadah fisik seperti tawaf, sa’i, mabit di Muzdalifah, mabit dan melontar di Mina.

“Selain itu mengingat angka kematian jemaah haji pada masa operasional haji 2023 sebanyak 774 orang yang wafat termasuk di dalamnya ada satu petugas haji yang wafat,” kata Penyuluh Agama Islam Fungsional KUA Pesanggrahan Kota Jakarta Selatan, Naif Adnan di laman resmi Kementerian Agama dikutip Kamis (22/2/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pemeriksaan Kesehatan Mental Jadi Aspek Penting

Pemeriksaan kesehatan haji meliputi pemeriksaan medis (medical check-up), pemeriksaan kognitif, pemeriksaan kesehatan mental dan pemeriksaan activity daily living (ADL).

Pemeriksaan kesehatan mental berguna untuk menilai demensia, orientasi, daya ingat, dan konsentrasi pada jemaah haji resiko tinggi dengan memakai the abbreviated mental test score (AMT).

Kebanyakan jemaah haji dan petugas hanya fokus kepada MCU sehingga sedikit abai dengan kesehatan mental.

“Khusus untuk masyarakat Indonesia, masalah kesehatan mental saat ini belum begitu mendapat perhatian yang serius. Krisis yang saat ini melanda membuat perhatian terhadap kesehatan mental kurang terpikirkan,” kata Naif.

Dia menambahkan, orang masih fokus pada masalah kuratif, kurang memerhatikan hal-hal preventif untuk menjaga mental supaya tetap sehat.

3 dari 4 halaman

Pentingnya Kesehatan Mental bagi Calon Jemaah Haji

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) seseorang dengan kesehatan mental yang baik mampu mengoptimalkan potensi dirinya. Termasuk dalam menghadapi permasalahan hidup, tantangan, hingga menjalin hubungan yang positif dengan orang lain.

“Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tenteram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain dan di sekitar,“ jelas Naif.

Ada beberapa jenis masalah dan tiga keadaan umum yang terjadi pada jemaah haji dan petugas di antaranya adalah stres, gangguan kecemasan dan depresi.

Stres adalah reaksi seseorang baik secara fisik maupun emosional (mental/psikis) apabila ada perubahan dari lingkungan yang mengharuskan seseorang menyesuaikan diri. Stres adalah bagian alami dan penting dari sebuah kehidupan, akan tetapi jika seseorang mengalami stres berat dan berlangsung lama bisa merusak kesehatan mental.

4 dari 4 halaman

Cara Jaga Kesehatan Mental bagi Calon Jemaah Haji

Sementara, cemas adalah perasaan yang timbul ketika khawatir atau takut akan sesuatu. Rasa takut dan panik adalah hal yang manusiawi. Setelah beberapa lama, manusia biasanya akan merasakan lebih nyaman dan tenang.

Sedangkan, depresi adalah gangguan mood (suasana hati), kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai proses berpikir, berperasaan dan berperilaku seseorang.

Ciri seseorang mengalami depresi biasanya memperlihatkan perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan, disertai perasaan sedih, kehilangan kegembiraan dan minat.

Ada banyak cara menjaga dan merawat kesehatan mental yang baik, di antaranya:

  • Punya pikiran positif
  • Bersyukur
  • Menjaga kesehatan fisik
  • Berinteraksi dengan orang lain
  • Berbagi dan berbuat baik kepada orang lain
  • Kelola stres dengan baik.

“Semoga jemaah haji tahun ini mempunyai kesehatan mental yang baik sehingga bisa beribadah dengan penuh kekhusyuan dan bergembira. Begitu juga dengan petugas haji yang memiliki kesehatan mental yang baik bisa melayani jemaah haji dengan sepenuh hati,” harap Naif.

Seperti diketahui, Kemenag telah menetapkan bahwa keberangkatan jemaah haji kloter pertama tahun ini akan dimulai pada 12 Mei mendatang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.