Sukses

Pentingnya Olahraga bagi Anak Penyandang Disabilitas, Orangtua Harus Berusaha Keras untuk Mengaksesnya

Akses ke aktivitas fisik dan olahraga belum adil untuk semua anak. Orang tua dari anak penyandang disabilitas harus berusaha ekstra agar anaknya mendapat kesempatan yang sama.

Liputan6.com, Jakarta - Akses ke aktivitas fisik dan olahraga belum adil untuk semua anak.

Anak-anak dan remaja yang penyandang disabilitas seringkali menghadapi hambatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik dan olahraga.

Menurut Janine Coates dari Loughborough University Inggris dan P. David Howe dari Western University Canada, orangtua memiliki peran penting dalam membantu anak-anak terlibat dalam olahraga.

Kedua pakar tersebut berbicara dengan 11 orangtua dari anak-anak dan remaja berusia 12 hingga 25 tahun yang berkompetisi di Inggris atau tingkat internasional di parasport.

Bagi sebagian besar orangtua, kekhawatiran terbesar mereka adalah rasa keterikatan sosial anak mereka, melansir The Conversation.

Hal ini mendorong para orangtua untuk berusaha mencari peluang bagi anak mereka untuk terlibat dalam olahraga.

Tak hanya itu, orangtua juga berharap anak mereka bisa membentuk hubungan sosial dengan orang lain melalui olahraga. Anak-anak mereka berkompetisi dalam berbagai parasport, seperti tenis kursi roda, atletik, dan renang.

 

Sekolah Justru Membuat Anak Merasa Terisolasi

Semua orangtua dalam penelitian memiliki anak yang bersekolah di sekolah umum. 

Sekolah merupakan salah satu kesempatan bagi anak-anak untuk mengembangkan hubungan sosial.

Namun, orangtua mengungkapkan bahwa sekolah seringkali membuat anak mereka justru merasa terisolasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sekolah Tak Memberikan Kesempatan yang Adil

Sebagian besar orangtua merasa sekolah hanya menawarkan sedikit kesempatan bagi anak mereka untuk menjalin hubungan sosial yang bermakna.

Salah satu orangtua mengaku bahwa emosi anaknya sangat naik turun dan merasa terisolasi.

“Emosinya sering naik turun. Kekecewaan utamanya adalah dia merasa sendirian dan tak memiliki kesempatan,”  kata salah satu orangtua.

“Pengalaman di sekolah tampaknya kurang memberikan pengalaman positif baginya,” lanjutnya.

Orangtua tersebut tidak merasa bahwa olahraga di sekolah memberikan kesempatan yang adil bagi anak-anak mereka.

Anak-anak penyandang disabilitas cenderung tidak berkesempatan untuk terlibat dalam olahraga dan aktivitas fisik.

Mereka harus mencari tempat lain untuk mendapatkan kesempatan dan membangun rasa percaya diri.

3 dari 4 halaman

Jalur Menuju Parasport Sulit Dinavigasi

Bagi sebagian orangtua, peluang parasport untuk anak mereka sulit diakses dan tergolong mahal.

Salah satu orangtua mengaku bahwa selama bertahun-tahun, mereka melakukan perjalanan pulang pergi 4 jam setiap pekan ke kota lain agar putra mereka dapat bermain bola basket kursi roda.

Bagi orangtua, banyak peluang yang mengarah pada keterlibatan dan kesuksesan anak mereka dalam olahraga dimulai dengan organisasi disabilitas tertentu. 

Organisasi tersebut menyediakan platform bagi anak-anak penyandang disabilitas untuk mencoba olahraga.

Namun, penelitian menunjukkan bahwa jalur menuju parasport sulit dinavigasi oleh orangtua.

Orangtua menghabiskan berjam-jam melakukan penelitian internet untuk menemukan peluang bagi anak mereka untuk berpartisipasi dalam olahraga.

4 dari 4 halaman

Bisa Bantu Bangun Identitas Diri

Menurut sebagian besar orangtua, melibatkan anak mereka dalam parasport adalah salah satu hal terbaik yang dapat mereka lakukan.

Mereka mengaku bahwa keterlibatan dalam parasport membantu anak mereka menjalin persahabatan, mendukung perkembangan identitas mereka sebagai penyandang disabilitas, serta membangun kepercayaan diri dan kemandirian.

Bagi beberapa anak, mengikuti parasport juga meningkatkan status sosial mereka di sekolah. Ini membantu orangtua untuk tidak terlalu khawatir tentang masa depan anak mereka.

Orangtua juga mendapat dukungan sosial dari orangtua anak penyandang disabilitas lainnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.