Sukses

Cerita Sosial Sebagai Sarana Pembelajaran Sosial Anak Pengidap Autis

Orang tua dapat mempelajari dan membuat cerita sosialnya sendiri sebagai wadah edukasi untuk anak mereka yang mengidap autis.

Liputan6.com, Jakarta Cerita sosial dapat menjadi alat yang sangat berguna dalam pembelajaran anak pengidap autis. Cerita sosial adalah cerita pendek yang menggambarkan situasi sosial yang umum, seperti berinteraksi dengan teman, mengikuti aturan, atau menyelesaikan konflik. Cerita sosial ini biasanya menggunakan gambar dan kalimat yang sederhana dan mudah dipahami oleh anak-anak pengidap autis. 

Dikutip dari lifehack.org, metode ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1990-an oleh Dr. Carol Gray seorang dokter spesialis anak. Dr. Carol mulai membuat cerita sosial yang dikhususkan untuk anak-anak pengidap autis sehingga mereka lebih mampu memahami apa yang terjadi disekitar mereka. 

Cerita sosial ini dapat membantu anak pengidap autis dalam beberapa cara, di antaranya: 

1. Membantu Memahami Situasi Sosial yang Rumit

Anak pengidap autis sering mengalami kesulitan dalam memahami situasi sosial yang rumit, seperti berbicara dengan teman atau mengikuti aturan. Cerita sosial dapat membantu mereka memahami situasi tersebut dengan memberikan contoh konkret dan jelas. 

2. Membantu Mengembangkan Kemampuan Sosial

Cerita sosial dapat membantu anak pengidap autis mengembangkan kemampuan sosial, seperti memahami emosi orang lain, memahami perspektif orang lain, dan mengenali ekspresi wajah. 

3. Membantu Mengurangi Kecemasan

 

Anak pengidap autis sering merasa cemas atau terganggu dalam situasi sosial yang rumit. Cerita sosial dapat membantu mengurangi kecemasan mereka dengan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang situasi tersebut. 

4. Merencanakan dan Mempersiapkan Diri

Cerita sosial membantu anak-anak pengidap autis merencanakan dan mempersiapkan diri untuk situasi sosial yang akan datang. Dengan memahami apa yang terjadi dalam situasi tertentu dan cara yang diharapkan dalam bertindak, anak-anak autis dapat mempersiapkan diri mereka sendiri secara mental dan emosional. 

5. Meningkatkan Empati

Cerita sosial juga dapat membantu anak-anak pengidap autis untuk meningkatkan kemampuan empati mereka. Dengan memahami perspektif orang lain dan situasi yang mereka hadapi, anak-anak autis dapat belajar untuk mengasumsikan posisi orang lain dan memahami perasaan mereka.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tips Pembuatan Cerita Sosial Untuk Anak Pengidap Autis

Masih dari lifehack.org, ada beberapa tips yang dapat digunakan dalam pembuatan cerita sosial untuk anak autis antara lain:

  1. Tentukan topik mana yang dapat dimasukkan dalam cerita sosial dan pertahankan agar tetap spesifik. Hindari menambahkan terlalu banyak topik dan informasi. 
  2. Untuk membantu anak Anda lebih terhubung, buat karakter utama Anda dengan fitur anak Anda sendiri. Anda dapat menambahkan fitur wajah atau tubuh tertentu atau hal-hal yang telah mereka lakukan di masa lalu. 
  3. Selalu pertahankan cerita dalam perilaku positif dan kaitkan kenyamanan, pengertian, dan kesabaran. Cobalah untuk menghindari hal-hal negatif dan selalu ciptakan suasana hati yang ringan. 
  4. Pisahkan konsep yang berbeda dalam cerita yang berbeda untuk memenuhi setiap kebutuhan spesifik. Jika terlalu banyak topik dalam cerita Anda, mungkin membuat cerita lain akan menjadi pilihan yang lebih baik. 
  5. Amati dan pertimbangkan suasana hati anak Anda setiap kali Anda menceritakan kisah sosial. Mereka tidak akan selalu ingin mendengarkan cerita, jadi pilihlah waktu Anda dengan bijak. 

Contoh cerita sosial untuk pembelajaran anak pengidap autis

Judul: Mengikuti Aturan 

Gambar: Seorang anak sedang duduk di kelas dengan tangan diangkat untuk memberikan jawaban

Cerita: Hari ini, si A sedang di kelas. Guru memberikan aturan bahwa mereka harus duduk tenang dan mengangkat tangan ketika mereka ingin memberikan jawaban. Si A mengikuti aturan tersebut dan ketika dia ingin memberikan jawaban, dia mengangkat tangannya. Guru memberikan pujian padanya karena dia mengikuti aturan.

Perlu diingat bahwa setiap cerita harus dibuat sesuai dengan kebutuhan anak sehingga cerita dapat dipahami maknanya. Sebagai orang tua Anda juga perlu untuk membuat hubungan Anda dengan anak jauh lebih kuat sehingga cerita yang disampaikan lebih kuat dan tersampaikan dengan lebih baik kepada anak.

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini