Sukses

Sederet Surat Al Quran Jadi Bukti Islam Ajarkan Kesetaraan Disabilitas

Penyandang disabilitas memiliki hak untuk beragama dan beribadah. Dalam agama Islam, nilai-nilai universalitas Islam seperti al-musâwâ (kesetaraan/equality) disebutkan dalam beberapa surat.

Liputan6.com, Jakarta Penyandang disabilitas memiliki hak untuk beragama dan beribadah. Dalam agama Islam, nilai-nilai universalitas Islam seperti al-musâwâ (kesetaraan/equality) disebutkan dalam beberapa surat. Seperti, Surat Al-Hujurat ayat 13, Surat An-Nisa ayat 135, Al-Maidah ayat 8, dan Surat At-Taubah ayat 105.

Selain itu, ada pula Keputusan Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) Ke-30 tahun 1999 di Kediri yang menjadi landasan atas penghargaan dan perlindungan terhadap hak-hak penyandang disabilitas. Sekaligus mempertegas soal sikap dan tindakan diskriminatif terhadap mereka.

Melansir laman resmi NU Online, Islam memandang semua manusia adalah setara. Hal yang membedakan antar manusia adalah tingkat ketakwaan, tidak terkecuali bagi para penyandang disabilitas.

Mereka berhak mendapat perlakuan manusiawi dan layanan fasilitas, terutama fasilitas beribadah. Hal ini dapat secara jelas disampaikan oleh Allah SWT dalam Surat An-Nur ayat 61:  

 لَيْسَ عَلَى اْلأَعْمَى حَرَجٌ وَلاَعَلَى اْلأَعْرَجِ حَرَجٌ وَلاَعَلَى الْمَرِيضِ حَرَجٌ وَلاَعَلَى أَنفُسِكُمْ أَن تَأْكُلُوا مِن بُيُوتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ ءَابَآئِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أُمَّهَاتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ إِخْوَانِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أَخَوَاتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أَعْمَامِكُمْ أَوْ بُيُوتِ عَمَّاتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أَخْوَالِكُمْ أَوْ بُيُوتِ خَالاَتِكُمْ أَوْ مَامَلَكْتُم مَّفَاتِيحَهُ أَوْ صَدِيقِكُمْ لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَن تَأْكُلُوا جَمِيعًا أَوْ أَشْتَاتًا فَإِذَا دَخَلْتُم بُيُوتًا فَسَلِّمُوا عَلَى أَنفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِّنْ عِندِ اللهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمُ اْلأَيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ  

"Tidak ada halangan bagi penyandang disabilitas netra, tidak (pula) bagi penyandang disabilitas daksa, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan (bersama-sama mereka) di rumahmu sendiri atau di rumah bapak-bapakmu. Di rumah ibu-ibumu, di rumah saudara-saudaramu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan. Di rumah saudara bapakmu yang laki-laki, di rumah saudara bapakmu yang perempuan, di rumah saudara ibumu yang laki-laki. Di rumah saudara ibumu yang perempuan, di rumah yang kamu miliki kuncinya atau di rumah kawan-kawanmu. Tidak ada halangan bagi kamu makan bersama-sama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri. Salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat dan kebaikan. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya-Nya bagimu, agar kamu memahaminya," (QS An-Nur: 61).  

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Menegaskan Kesetaraan Sosial

Ayat di atas secara eksplisit menegaskan kesetaraan sosial antara penyandang disabilitas dan mereka yang bukan penyandang disabilitas.

Mereka harus diperlakukan sama dan diterima dengan tulus, tanpa diskriminasi, serta tanpa stigma negatif dalam kehidupan sosial, sebagaimana penjelasan Syaikh Ali As-Ṣabûnî dalam Tafsîr Âyât al-Aḥkâm berikut:

  يَقُولُ الله جَلَّ ذِكْرُهُ مَا مَعْنَاهُ: لَيْسَ عَلَى أَهْلِ الْأَعْذَارِ وَلَا عَلَى ذَوِي الْعَاهَاتِ (الْأَعْمَى وَالْأَعْرَجِ وَالْمَرِيضِ) حَرَجٌ أَنْ يَأْكُلُوا مَعَ الْأَصِحَّاءِ، فَإِنَّ الله تَعَالَى يَكْرَهُ الكِبْرَ وَالْمُتَكَبِّرِينَ وَيُحِبُّ مِنْ عِبَادِهِ التَّوَاضُعَ  

Substansi firman Allah Ta’âlâ ini (Surat An-Nûr: 61) adalah bahwa tidak ada dosa bagi orang-orang yang punya uzur dan keterbatasan (disabilitas netra, daksa, dan orang sakit) untuk makan bersama non-disabilitas, sebab Allah Ta’âlâ membenci kesombongan dan orang-orang sombong. Allah menyukai kerendahhatian dari para hamba-Nya.”

3 dari 4 halaman

Mengecam Tindakan Diskriminatif

Bahkan dari penafsiran ini menjadi jelas bahwa Islam mengecam sikap dan tindakan diskriminatif terhadap para penyandang disabilitas.

Terlebih diskriminasi yang berdasarkan kesombongan dan jauh dari akhlâqul-karîmah atau khlak yang baik.

Dalam Al-Quran dikisahkan perihal interaksi Nabi Muhammad SAW yang dianggap kurang ideal dengan seorang sahabat penyandang disabilitas netra sehingga Allah menegurnya dalam firmannya berikut:

   عَبَسَ وَتَوَلَّى. أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَى. وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى. أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَى. أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَى. فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّى. وَمَا عَلَيْكَ أَلَّا يَزَّكَّى. وَأَمَّا مَنْ جَاءَكَ يَسْعَى. وَهُوَ يَخْشَى. فَأَنْتَ عَنْهُ تَلَهَّى. كَلَّا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ (َعبَسَ: 1-11)  

Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling. Karena seorang disabilitas netra telah datang kepadanya. Dan tahukah engkau (Muhammad) barangkali ia ingin menyucikan dirinya (dari dosa). Atau ia ingin mendapatkan pengajaran yang memberi manfaat kepadanya. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup (para pembesar Quraisy), maka engkau (Muhammad) memperhatikan mereka. Padahal tidak ada (cela) atasmu kalau ia tidak menyucikan diri (beriman). Adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sementara ia takut kepada Allah, engkau (Muhammad) malah mengabaikannya. Sekali-kali jangan (begitu). Sungguh (ajaran-ajaran) itu adalah peringatan,” (QS 'Abasa: 1-11).

4 dari 4 halaman

Cerita di Balik QS Abasa

Para mufassir meriwayatkan bahwa QS. ‘Abasa turun berkaitan dengan salah seorang sahabat penyandang disabilitas, yaitu Abdullâh ibn Ummi Maktûm. Beliau mendatangi Nabi Muhammad SAW untuk memohon bimbingan Islam.

Namun diabaikan, sebab Nabi sedang sibuk mengadakan rapat bersama petinggi kaum Quraisy tentang hal yang sebenarnya memang merupakan prioritas sebab melibatkan nasib kaum muslimin secara umum.

Kemudian, turunlah Surat ‘Abasa di atas kepada beliau sebagai peringatan agar beliau lebih memerhatikannya daripada para pemuka Quraisy itu. Sejak saat itu, Nabi Muhammad SAW sangat memuliakan Ibnu Ummi Maktum dan bila menjumpainya langsung menyapa dengan kalimat:  

 مَرْحَبًا بِمَنْ عَاتَبَنِي فِيهِ رَبِّي  

Selamat berjumpa wahai orang yang karenanya aku telah diberi peringatan oleh Tuhanku.”   

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.