Sukses

Badan Antariksa Eropa Umumkan John McFall Sebagai Astronot Difabel Pertama di Dunia

Kandidat potensial sekarang termasuk orang-orang yang memiliki disabilitas, baik karena amputasi atau disabilitas bawaan.

Liputan6.com, Jakarta European Space Agency (ESA) telah menetapkan calon astronot termasuk "Parastronaut" atau astronot dengan disabilitas pertama di dunia dalam sejarah. Hal ini dianggap sebagai langkah besar untuk memungkinkan penyandang disabilitas fisik bekerja dan tinggal di luar angkasa.

Dilansir dari Straitstimes, ESA sebelumnya memposting lowongan tahun lalu untuk orang-orang yang sepenuhnya mampu lulus tes psikologis, kognitif, dan tes ketat lainnya. Namun penyandang disabilitas bisa turut mendaftar.

"Kandidat potensial termasuk orang-orang yang memiliki disabilitas pada tungkai bawah mereka, baik karena amputasi atau disabilitas bawaan. Orang yang lebih pendek dengan tinggi hingga 1,3 meter (4,3 kaki) atau mereka yang memiliki panjang kaki berbeda juga memenuhi syarat untuk mendaftar," tulis ESA.

Mereka pun akhirnya menerima 257 lamaran untuk astronot penyandang disabilitas--yang kemudian disebutnya "parastronot".

Hal ini pun turut didukung Organisasi amal kesetaraan disabilitas yang menyatakan bahwa pilihan pekerjaan ini merupakan "lompatan besar di masa depan."

"Representasi penyandang disabilitas yang lebih baik dalam peran yang berpengaruh akan sangat membantu meningkatkan sikap dan mendobrak hambatan yang dihadapi banyak penyandang disabilitas saat ini," kata Kepala Komunikasi amal, Alison Kerry.

Para pejabat mengatakan bahwa "proyek G parastronaut" membutuhkan perubahan total dalam filosofi tentang konsep bakat medis, yang awalnya berasal dari militer dan pemilihan pilot pesawat tempur.

Negara-negara Eropa lalu sepakat untuk meningkatkan pengeluaran ruang angkasa sebesar 17 persen demi tetap mengikuti Amerika Serikat dan China--yang intens dibayangi oleh kenaikan harga energi.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Terpilihnya John McFall

Nama John McFall kini tercatat dalam sejarah. Dia akan bergabung dengan lima astronot baru dan 11 cadangan dalam pelatihan setelah ESA menambah peringkat astronotnya untuk pertama kalinya sejak 2009.

Siapa John McFall?

McFall adalah atlet yang pernah memenangkan medali Perunggu 100 meter di Pertandingan Paralimpiade Beijing pada 2008.

Kaki kanannya diamputasi setelah ia mengalami kecelakaan sepeda motor pada usia 19 tahun.

Ia akan mengambil bagian dari misi ESA dalam menilai kondisi yang dibutuhkan penyandang disabilitas untuk mengambil bagian dalam misi mendatang.

"Ini merupakan pengalaman yang luar biasa, mengingat sebagai orang yang diamputasi, saya tidak pernah berpikir bahwa menjadi astronot adalah kenyataan, jadi kegembiraan adalah emosi yang sangat besar," kata McFall dalam wawancara yang diposting di situs web ESA.

3 dari 4 halaman

Kendala Anggaran

ESA yang berbasis di Paris telah meminta 22 negaranya untuk memberikan 18,5 miliar euro (Rp 302 triliun) untuk mendanai peluncuran roket, satelit, dan partisipasi Eropa dalam penelitian planet.

“Eropa berambisi dalam ruang angkasa dan itu adalah sinyal penting yang dikirim ke sini dari Paris,” kata koordinator kedirgantaraan Jerman Anna Christmann.

Direktur Jenderal ESA Josef Aschbacher mengatakan janji tambahan 2,4 miliar euro (Rp 39 triliun) menandai pencapaian signifikan mengingat ekonomi bermasalah, tetapi mengakui bahwa program akan disesuaikan untuk memenuhi kesenjangan dengan tambahan 4 miliar euro (Rp 65 triliun) yang diinginkan ESA.

Misi penjelajah ExoMars ke Mars, yang melibatkan Rusia, akan dilanjutkan dengan dukungan AS, katanya.

Perjanjian tersebut membuat Eropa tertinggal dari AS dan mengawasi dengan cermat China, yang anggaran ruang angkasanya tidak dipublikasikan tetapi menjadikan eksplorasi dan penelitian ruang angkasa sebagai prioritas utama.

 

 

4 dari 4 halaman

Eropa Memimpin dalam Pengamatan Bumi

Para pejabat setempat mengklaim Eropa tetap menjadi pemimpin dalam pengamatan Bumi termasuk penelitian iklim.

“Di Eropa, anggaran terbatas. Meski begitu, kami mempertahankan ambisi luar angkasa kami,” kata Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.