Sukses

Deteksi Dini Cegah Disabilitas Pendengaran dengan Teknik 1-3-6

Pesan kunci merawat telinga adalah mendengar aman dan nyaman

Liputan6.com, Bali Tanggal 3 Maret merupakan peringatan The World Hearing Day. Angka 3 pada bulan ketiga disebut sebagai bentuk telinga kita. Organ yang teramat penting bagi kehidupan, namun kepedulian untuk menjaga dan merawatnya diakui masih minim.

“Pendengaran yang baik membantu kita dalam menjalankan aktivitas sehari-hari,” ucap Purnawan Budisetia, founder YPK Bali saat membuka sesi webinar.

Yayasan Peduli Kemanusiaan Bali (YPK Bali) didukung oleh Direct Aid Program (Konsulat Australia di Bali) mengadakan webinar ‘Deteksi Dini Cegah Disabilitas Pada Pendengaran’ sebagai wujud peringatan World Hearing Day (Hari pendengaran sedunia).

Harapannya agar webinar ini dapat memberi manfaat dan menjangkau masyarakat luas termasuk mereka yang membutuhkan informasi seputar kesehatan pendengaran.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Sesi Webinar Peringatan World Hearing Day 2022

“Masa pandemi turut memengaruhi kesehatan telinga pada anak. Cara mereka memakai gadget dan earphone secara berlebih dengan durasi dan volume tinggi lambat laun akan merusak lapisan dalam telinga,” kata Prof. dr. I Wayan Suardana, Sp. THT-KL (K) yang dirangkum Health Liputan6.com dari sesi webinar peringatan World Hearing Day.

Webinar ini juga didapuk sebagai awal dari rangkaian kegiatan lainnya seperti Bakti Sosial Bersih Telinga di beberapa lokasi seperti Yayasan dengan anak Down Syndrome (DS) serta di banjar dengan masyarakat umum.

Profesor Suardana selaku Ketua Komite Daerah PGPKT Provinsi Bali hadir sebagai narasumber utama yang memaparkan materi tentang pentingnya menjaga kesehatan telinga dan cara deteksi dini disabiltas pada pendengaran.

3 dari 5 halaman

Metode 1-3-6 Dalam Proses Skrining

Skrining pendengaran adalah menemukan keadaan disabilitas pendengaran sedini mungkin. Skrining dilakukan pada bayi baru lahir atau yang mengalami keterlambatan bicara.

“Bagaimana jika orangtua terlambat mendeteksi anak dengan gangguan pendengaran setelah lewat masa emas plastisitas otak (masa emas plastisitas otak sebelum usia 3 tahun)?"

Jika lebih dari usia 3 tahun, maka kemampuan anak untuk mendengar, berbicara dan berbahasa menjadi tidak optimal.

Anjuran JCIH (Joint Committee on Infant Hearing): 1-3-6. Metode 1-3-6 adalah skrining pendengaran sebelum usia 1 bulan.

Pada anak dengan kecurigaan gangguan pendengaran sebaiknya dilakukan pemeriksaan pendengaran lanjutan untuk menegakkan diagnosis yang dilakukan sebelum usia 3 bulan dan jika anak telah diagnosis gangguan pendengaran sebaiknya diberikan intervensi berupa pemakaian Alat Bantu Dengar (ABD) atau operasi implantasi koklea sebelum usia 6 bulan.

Jika intervensi dilakukan sebelum usia 6 bulan, anak dengan gangguan pendengaran diharapkan dapat mencapai kemampuan mendengar, berbicara dan berbahasa dengan baik sehingga dapat melanjutkan pendidikan di sekolah inklusi bersama dengan anak-anak dengan pendengaran normal. Namun tentunya ditunjang dengan kesiapan psikologis si anak.

4 dari 5 halaman

Pemasangan ABD dan Pentingnya Proses Intervensi (stimulasi)

“Adakah hubungan pemasangan ABD dengan intervensi (stimulasi) orang di sekitarnya?”

Pemakaian ABD secara dini (mulai usia 6 bulan sampai sebelum usia 3 tahun), dapat merangsang saraf pendengaran untuk terbiasa dengan suara-suara, karena pada usia tersebut, kemampuan plastisitas otak berada dalam kondisi optimal. Bahkan setelah anak menggunakan ABD bukan berarti anak langsung dapat mendengar dan berbicara, karena diperlukan latihan dan stimulus suara secara terus-menerus sehingga anak dapat mengenali suara dan berlatih berbicara dan berbahasa.

Hal ini tentu saja harus mendapat dukungan penuh dari keluarga dan lingkungan disekitar anak.

“Pada intinya, keberhasilan penanganan gangguan pendengaran pada anak sangat tergantung pada deteksi dini yang diikuti dengan pemberian intervensi secara dini, baik berupa habilitasi dan (re)habilitasi yang disesuaikan dengan kemampuan dan pilihan keluarga,' rangkum dr. Ni Putu Oktaviani Rinika P., Sp. THT-KL selaku moderator.

5 dari 5 halaman

Pesan Kunci Merawat Telinga

“Pesan kunci merawat telinga adalah mendengar aman dan nyaman,” ujar Profesor Suardana yang dikutip peliput.

Dan untuk mewujudnyatakan dukungan dari pesan tersebut kepada masyarakat Bali, maka YPK Bali dengan dukungan DAP akan bekerjasama dengan Komisi Daerah PGPKT Provinsi Bali, Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan Kota Denpasar serta SMF-THT Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, dalam waktu dekat akan meresmikan sebuah Rumah Bantu Dengar di lingkungan Rumah Bisabilitas Kota Denpasar.

Nantinya Rumah Bantu Dengar ini akan menjadi Pusat Pelayanan Terpadu serta Posko Bakti Sosial Kesehatan Pendengaran pertama di Bali.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini