Sukses

Chris Fisher, Tukang Kayu Tunanetra Tidak Ingin Penglihatannya Kembali

Chris Fisher menjadi tukang kayu setelah kehilangan penglihatannya dan mulai mengajarkan keterampilannya itu kepada anak-anak penyandang disabilitas.

Liputan6.com, Jakarta Chris Fisher menjadi tukang kayu setelah kehilangan penglihatannya dan mulai mengajarkan keterampilannya itu kepada anak-anak penyandang disabilitas.

Chris didiagnosis menderita toksoplasmosis, infeksi yang dapat ditularkan dari kotoran hewan atau daging yang terinfeksi, setelah kehilangan penglihatannya pada tahun 2008.

Lima tahun kemudian, Chris, mantan teknisi mobil itumemutuskan untuk belajar otodidak mengolah kayu dari video YouTube dan hasil kerajinannya itu kini menjadi karirnya.

Ia bahkan bekerja sama dengan badan amal, dengan membantu mengajarkan keterampilannya kepada anak-anak dengan autisme.

"Saya tidak ingin penglihatanku kembali. Mungkin ini membuat beberapa orang terkejut mendengarnya, tapi tidak bagi saya," kata Chris, dikutip BBC.

"Yang penting saya bisa punya konsep, sebuah ide, dan saya bisa mengubahnya dari gambaran dalam pikiran menjadi sebuah karya seni."

Chris menyebutkan kalau dirinya saat ini menjadi satu-satunya orang di kotanya yang tidak memiliki penglihatan sepenuhnya, namun seorang yang sangat profesional dan sebagai tukang kayu terakreditasi.

"Bagi saya, pendapat pribadi, itu merupakan sebuah mekanisme coping, dengan keadaan saya yang tidak bisa melihat, saya menderita oleh kecemasan. Sesaat yang terlintas di pikiran, apa yang akan dilakukan selanjutnya. Hal lainnya dihiraukan. Anda tidak bisa berpuas diri bahkan untuk sesaat."

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kehilangan penglihatan dalam semalam

Menurut Chris, ia kehilangan penglihatannya dalam semalam. "Saat terbangun di suatu pagi, mata saya tidak responsif dan sangat buram. Empat minggu kemudian, saya benar-benar tidak bisa melihat sama sekali karena toksoplasmosis. Saya kehilangan banyak hal dalam sekejap. Motor saya, sebagai siswa pilot, hingga kemampuan untuk melihat anak dan keluarga saya. Saya kehilangan semua itu."

Namun ia bersyukur karena saat itu ia tidak sendirian. "Jika saat itu saya sendirian, kemungkinan besar saat itu saya akan mengakhiri hidup."

Kemudian ia pun mencari konsultasi dari Royal National Institute for the Blind (RNIB), yang berlangsung dalam 12 sesi yang mereka sebut 'bereavement counselling' karena itu mirip 'kehilangan' saat tiba-tiba menjadi tunanetra, sebab saat itu ia akui merasa sangat tertekan.

"Perlahan tapi pasti, saya mulai kembali mendapat semangat untuk hidup dan saya ingin menantang diri saya sendiri."

Salah satu karyanya, Vampire stake, berasal dari kecintaannya pada film horor. Jadi setelah ia menyaksikan video tutorial di Youtube yang kurang lebih selama 600 jam, ia membeli mesin pembubut dan mengajari diri sendiri. "Itu (upayanya) terdengar sangat menakjubkan kala itu. Tapi itulah yang terjadi, cara saya mengatasinya."

Chris juga sudah terbiasa memahami posisi dan kecepatan pembubut untuk memastikan tubuhnya aman selama proses mengolah kayu.

Chris mengatakan dirinya suka berbagi kisahnya dan apalgi jika bisa menginspirasi dan memotivasi orang-orang.

"Baru-baru ini ada badan amal untuk orang berkebutuhan khusus, yang disana saya ikut terlibat dengan menginstruksikan beberapa anak dengan autisme. Ini merupakan hadiah untuk bisa melakukan hal ini. Saya bahagia. Saya nyaman dengan menjadi tunanetra. Itulah diri saya sekarang. Setelah saya melalui banyak transisi untuk menjadi dewasa tunanetra. Saya akan menjadi tukang kayu selama yang saya bisa."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.