Sukses

Kurang Pengawasan, Remaja Difabel Tewas Tersedak Sarung Tangan Lateks

Sophia Nisco remaja dengan disabilitas berat ditemukan tidak bernyawa di kamar mandi Riverside Disability Living, Felixstow, Australia. Gadis usia 16 ini tewas pada Februari 2017 karena tersedak sarung tangan lateks.

Liputan6.com, Jakarta Sophia Nisco remaja dengan disabilitas berat ditemukan tidak bernyawa di kamar mandi sebuah layanan perawatan disabilitas Riverside Disability Living, Felixstow, Australia. Gadis usia 16 ini tewas pada Februari 2017 karena tersedak sarung tangan lateks.

Wakil koroner negara bagian, Anthony Schapel mengungkap, Sophia memiliki kecenderungan untuk memasukkan barang-barang ke dalam mulutnya. Disabilitas yang disandang adalah cerebral palsy, autisme, ADHD, gangguan pendengaran dan penglihatan serta memiliki usia mental satu tahun.

“Kematiannya dapat dicegah jika tingkat pengawasan tinggi," kata Anthony pada abc.net.au.

Anthony memprediksi, sarung tangan diletakkan secara sembarangan dan tidak ada pengasuh  yang mengawasi Sophia secara konstan. Ia menambahkan, perawat tidak mungkin tidak mengetahui kecenderungan anak itu yang suka memasukkan benda ke dalam mulutnya.

"Sophia membutuhkan pengawasan konstan, saat berada di lingkungan Riverside dia tidak mendapat pengawasan konstan. Ketika dia tidak diawasi, dia dapat menemukan sarung tangan dan mengambilnya. Kematiannya dapat dicegah jika dia diberikan tingkat pengawasan dan pengamatan yang diperlukan."

Anthony merekomendasikan satu perawat untuk satu anak yang rentan. Pencatatan tentang karakteristik dan kebutuhan anak pun diperlukan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kekecewaan Keluarga

Di luar pengadilan, ayah Sophia, Vincent Nisco, mengatakan dia berharap apa yang terjadi pada putrinya tidak akan terjadi pada anak lain. Dia setuju bahwa kejadian tersebut sebetulnya dapat dicegah.

Pengacara Andrew Carpenter, untuk ibu Sophia, Nella Nisco, mengatakan kliennya menyambut rekomendasi tersebut. Sang ibu sangat menyayangkan kematian Sophia yang sebetulnya dapat diprediksi dan dicegah.

"Saat ini, pihak  Riverside Disability Living berpotensi akan menghadapi komisi kerajaan berdasarkan pelecehan, pengabaian dan eksploitasi anak-anak dalam pengasuhan," katanya.

Dia mengatakan, ini mengecewakan keluarga Nisco mengingat layanan perawatan Sophia yang tidak baik. Mereka sadar gadis itu sering memasukkan barang-barang ke dalam mulutnya, termasuk sarung tangan lateks, namun mereka tidak dapat mencegah.

"Ini jelas tidak bisa diterima, kami akan meminta pemerintah untuk mempercepat jalur komisi kerajaan."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.