Sukses

Harga Kripto Bergejolak Jelang Halving Bitcoin, Investor Harus Apa?

Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha menilai, peristiwa halving Bitcoin menimbulkan antisipasi besar.

Liputan6.com, Jakarta - Halving Bitcoin bakal terjadi tidak lama lagi. Aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar ini telah melalui fluktuasi harga yang cukup menarik setidaknya dalam sepekan terakhir.

Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha menilai, peristiwa halving bitcoin menimbulkan antisipasi besar karena dapat menciptakan ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan. Kemudian ikut berpotensi memicu lonjakan bullish Bitcoin dalam jangka panjang.

Dalam sejarah halving sebelumnya, Bitcoin selalu mengalami kenaikan fantastis setahun setelah halving, besar potensi untuk melampaui harga tertinggi di USD 73.250 dalam beberapa bulan usai halving.

"Bitcoin Halving keempat akan terjadi pada Block 840.000. Saat ini, block Bitcoin telah mencapai 839.410 yang artinya 590 Block lagi menuju Bitcoin Having keempat yang akan terjadi di sekitar 20 April 2024,di mana akan memotong hadiah(reward) kepada penambang Bitcoin (BTC) dari 6,25 BTC menjadi 3.125 BTC per block," tutur Panji dalam keterangan resmi, Rabu (17/4/2024).

Perlu diperhatikan juga adalah sikap yang diambil oleh para investor kripto. Panji mengatakan, dalam situasi pasar yang penuh antisipasi ini, investor harus memperhatikan dengan cermat setiap perkembangan pasar secara keseluruhan. 

Ada dua strategi untuk menghadapi ketidakpastian pasar. Buy The Dip, aksi membeli muatan jika Bitcoin mengalami penurunan signifikan. Selain itu, ada cara Dollar Cost Averaging (DCA).

"(DCA) dengan melakukan pembelian secara berkala, investor tidak perlu mencoba memprediksi waktu yang tepat untuk membeli aset, yang dapat mengurangi risiko kehilangan peluang atau membuat keputusan yang buruk karena fluktuasi harga yang cepat," tegasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Harga Bitcoin Sepekan Terakhir

Sepekan terakhir harga Bitcoin mengalami penurunan akibat dari berbagai faktor. Dimulai dari data inflasi yang mengecewakan, dengan Indeks Harga Konsumen (CPI) yang dirilis pada Rabu, 10 April 2024 untuk Maret naik lebih dari yang diperkirakan. CPI untuk Maret naik 0,4%MoM dibandingkan ekspektasi 0,3%MoM. Sementara, CPI tahunan naik 3,5%YoY dibandingkan perkiraan 3,4%YoY dan 3,2%YoY di bulan Februari.

Sementara tekanan ke pasar bertambah ketika ketegangan politik meningkat di Timur Tengah. Nilai Bitcoin turun tajam dipicu sentimen risk-off di pasar tradisional menyebabkan kekhawatiran terhadap risiko geopolitik yang berpotensi merembes ke aset kripto.

Kondisi ini sempat membawa Harga Bitcoin anjlok lebih dari 8%, turun dari sekitar USD 67.000 menjadi di bawah USD 61.000 pada 13 April setelah Iran meluncurkan serangan terhadap Israel.

3 dari 4 halaman

Arus Keluar

Sementara dari perdagangan ETF Bitcoin spot pekan lalu, mencatat total arus keluar (outflow) sebesar USD 83,3 juta, yang mungkin juga telah berkontribusi pada penurunan harga BTC pekan lalu.

"Arus keluar pekan lalu dari pasar ETF Bitcoin  juga bisa dipicu oleh aksi risk off sementara akibat ketegangan geopolitik dan angka inflasi di atas ekspektasi pasar. Sementara, aksi penjualan juga berpotensi terjadi ketika investor mulai mengambil keuntungan dalam jangka pendek dan cenderung berinvestasi lagi saat terjadi penurunan," tuturnya.

Pekan ini, Komisi Sekuritas dan Berjangka Hong Kong (SFC) telah secara resmi memberikan persetujuan pada exchange-traded funds (ETF) spot bitcoin (BTC) dan ethereum (ETH) pada Senin (15/4/2025), sehingga sempat mendorong sesaat harga BTC keatas USD 66.000 dan ETH melampaui USD 3.200.

"Selasa (16/4) pagi pukul 08:00 WIB, Bitcoin (BTC) bertengger di USD 63.210 turun 2,96 persen dalam periode 24 jam terakhir. Saat ini BTC berpotensi bergerak di sekitar sekitar USD 62.800 - USD 65.000," urainya.

 

4 dari 4 halaman

Argentina Terapkan Peraturan Baru bagi Perusahaan yang Tawarkan Layanan Kripto

Sebelumnya diberitakan, Pemerintah Argentina telah memulai penegakan peraturan agar pertukaran mata uang kripto dapat beroperasi secara legal di negara tersebut. Comisión Nacional de Valores (CNV), regulator sekuritas Argentina, mengumumkan penyedia layanan aset virtual harus mematuhi rekomendasi dari Financial Action Task Force (FATF). 

Sebagai bagian dari reformasi Anti Pencucian Uang (AML) dan Pemberantasan Pendanaan Terorisme (CFT) di negara tersebut, perusahaan tertentu yang menawarkan layanan terkait kripto harus mendaftar ke pemerintah Argentina.

Presiden CNV, Roberto Silva menekankan, penyedia layanan aset virtual yang gagal mendaftar tidak akan dapat beroperasi di negara tersebut. 

"Penerapan undang-undang ini mempengaruhi penyedia kripto di Argentina mendapatkan momentum ketika senat negara tersebut menyetujui modifikasi yang bertujuan mencegah pencucian uang dan pendanaan teroris pada 14 Maret,” kata Silva, dikutip dari Coinmarketcap, Senin (15/4/2024).

Usulan perubahan undang-undang Argentina mengenai pengguna kripto dilaporkan diperkenalkan sebelum Javier Milei terpilih sebagai Presiden pada November 2023. Milei dipuji oleh banyak penggemar mata uang kripto pada saat itu karena sikapnya yang tampak positif terhadap Bitcoin. 

Namun, penerapan persyaratan FATF telah menimbulkan kekhawatiran tentang masa depan aset digital di Argentina. Dampak dari persyaratan ini terhadap bisnis yang beroperasi di Argentina dan pelanggan yang ingin memanfaatkan layanan mereka masih belum pasti. 

Strike, sebuah aplikasi populer di Argentina untuk memfasilitasi pembayaran Bitcoin melalui jaringan Lightning, dilaporkan telah menonaktifkan opsi bagi penduduk setempat untuk mengirim fiat ke rekening bank.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.