Sukses

Bitcoin Menutup Februari Positif, Bagaimana Potensinya pada Maret 2024?

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menuturkan, para analis yakin BTC akan menyentuh harga USD 64.000 atau sekitar Rp 1 miliar, tapi pasar tampak mengambil jeda untuk koreksi sambut akhir pekan.

Liputan6.com, Jakarta - Mengawali hari pertama Maret 2024, harga Bitcoin terpantau koreksi, setelah melonjak tinggi melewati level USD 63.000 atau setara Rp 989,2 juta (asumsi kurs Rp 15.700 per dolar AS). Bitcoin tercatat melonjak sebesar 45% sepanjang Februari, mencapai tonggak kinerja yang belum pernah terjadi sejak Desember 2020. 

BTC pun mengamankan keuntungan selama enam bulan berturut-turut. Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menuturkan, para analis yakin BTC akan menyentuh harga USD 64.000 atau sekitar Rp 1 miliar, tapi pasar tampak mengambil jeda untuk koreksi jelang akhir pekan ini. 

"Dalam 24 jam terakhir Bitcoin (BTC) tetap stabil pada posisi USD 60.000 hingga USD 61.000, menandai konsolidasi yang solid setelah lonjakan dramatis dalam beberapa hari terakhir,” kata Fyqieh dalam siaran pers, ditulis (2/3/2024)

Fyqieh menambahkan, dukungan kuat ini diimbangi dengan indikator RSI (Relative Strength Index) yang mencapai 89, menunjukkan tren bullish yang kuat dan potensi kenaikan lebih lanjut. 

Namun, menurut Fyqieh perlu dicatat jika BTC tembus ATH (All-Time High), kenaikan potensialnya hanya sekitar 8% lagi dari posisi saat ini. Salah satu faktor utama koreksi BTC ini adalah arus keluar Grayscale Bitcoin Trust (GBTC) melonjak pada Kamis , menguji permintaan pembeli untuk BTC. Bitcoin langsung turun 2,54%. 

ETF Jadi Pendorong Utama

ETF telah menjadi salah satu pendorong utama bagi adopsi Bitcoin oleh investor institusional, memberikan lebih banyak legitimasi pada aset digital ini. Kenaikan eksplosif Bitcoin disebabkan oleh faktor pasokan dan permintaan yang kompleks, serta fakta halving Bitcoin semakin dekat dan ETF Bitcoin menghasilkan banyak uang. 

"Namun, di tengah kegembiraan akan potensi kenaikan, ada tantangan yang harus dihadapi, terutama bagi The Fed,” ujar Fyqieh.

Data Personal Consumption Expenditure (PCE) yang naik sebesar 0,42% MoM (Month-over-Month) menunjukkan tekanan inflasi masih ada dan diperkirakan akan terus meningkat. 

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tantangan The Fed

Fyqieh menuturkan, ini memberikan kekhawatiran bagi Fed, yang harus menavigasi antara merangsang pertumbuhan ekonomi dan mengendalikan inflasi. Kenaikan inflasi yang berkelanjutan dapat menimbulkan kekhawatiran bagi kebijakan moneter dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan. 

Dalam suasana ini, The Fed dihadapkan pada tantangan yang rumit dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk mengelola ekonomi AS. Dalam beberapa minggu mendatang, para pengamat pasar akan dengan cermat memantau pergerakan Bitcoin dan keputusan kebijakan yang diambil oleh The Fed. 

"Kedua faktor ini akan menjadi penentu utama bagi arah pasar finansial global, dengan implikasi jangka panjang yang signifikan," ujar dia.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 

3 dari 4 halaman

Tersengat Halving, Apakah Harga Bitcoin Bakal Tembus Rekor Tertinggi Baru?

Sebelumnya diberitakan, harga Bitcoin menguat lebih dari 10 persen ke level tertinggi baru pada 2024 di USD 64.000 pada 28 Februari 2024. Sebagian besar pergerakan harga bitcoin pada bulan ini disebabkan oleh antisipasi investor terhadap peristiwa pengurangan separuh pasokan atau halving yang akan datang.

Peristiwa ini biasanya diikuti oleh kenaikan harga signifikan. Arus masuk yang stabil ke ETF Bitcoin yang baru diluncurkan juga dianggap memainkan peran penting dalam pergerakan harga Bitcoin.

Melansir Cointelegraph, Kamis (29/2/2024), beberapa analis teknikal telah memperingatkan struktur pasar Bitcoin dan tingkat pendanaan yang tinggi di seluruh pasar adalah tanda penggunaan leverage yang besar dan pada akhirnya akan mengarah pada koreksi yang didorong oleh likuidasi.

Sementara beberapa lainnya mengabaikan seruan pergerakan harga terlalu berlebihan, menyatakan pandangan mereka bahwa kenaikan harga Bitcoin saat ini memiliki pengaruh.

 

4 dari 4 halaman

Prediksi Harga Bitcoin

"Dari sudut pandang saya, reli baru-baru ini memiliki aspek pergerakan yang didorong oleh derivatif dikombinasikan dengan permintaan spot karena rekor arus masuk ETF. Penembusan wilayah USD 53 ribu menunjukkan kekuatan relatif, volume tinggi, permintaan alami ada, dan momentum para pedagang mulai masuk ke dalam perdagangan,” kata analis Chris Newhouse.

 Analis pasar independen Nunya Bizniz menambahkan perspektif harga Bitcoin yang bullish, mencatat indeks kekuatan relatif Bitcoin (relative strength index/RSI) berada di atas 70.

Dia menyoroti fakta, dalam siklus pasar sebelumnya, harga BTC tetap dalam tren naik setidaknya selama 335 hari setelah RSI menembus level 70.

Apakah USD 64.000 adalah yang tertinggi? Tak lama setelah mencapai USD 64.000, harga Bitcoin jatuh ke USD 58.700, kemungkinan besar merupakan akibat dari dinding jual pada level ini dan penghapusan leverage long yang terjadi akhir-akhir ini.

Namun, harga Bitcoin Bitcoin (BTC) kembali naik ke posisi USD 61.289,49, atau sekitar Rp 961,93 juta (kurs Rp 15.694,85 per USD) pada Kamis, 28 Februari 2024 sekitar pukul 08.30 WIB Bitcoin saat ini berjarak kurang dari 13 persen dari level tertinggi sepanjang masa, dan banyak investor ritel dan institusi memperkirakan rekor level USD 68.900 akan terlampaui sebelum halving yang dijadwalkan akan terjadi dalam waktu sekitar 52 hari.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini