Sukses

Harga Bitcoin Turun ke Terendah dalam 3 Bulan

Bitcoin diperdagangkan seharga USD 25.048 atau setara Rp 384,5 juta, terakhir kali harganya serendah ini adalah pada pertengahan Juni

Liputan6.com, Jakarta - Bitcoin sempat turun 3 persen dalam 24 jam terakhir ini menandakan penurunan ke level terendah dalam tiga bulan dan membawa serta pasar aset digital lainnya ke zona merah.

Dilansir dari Decrypt, Selasa (12/9/2023), data CoinGecko menunjukkan cryptocurrency terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar sekarang diperdagangkan seharga USD 25.048 atau setara Rp 384,5 juta (asumsi kurs Rp 15.351 per dolar AS). Terakhir kali harganya serendah ini adalah pada pertengahan Juni.

Ethereum, aset digital terbesar kedua berdasarkan kapitalisasi pasar, terkena dampak yang lebih parah: saat ini diperdagangkan pada harga USD 1.543 atau setara Rp 23,6 juta level terendah dalam enam bulan.

Altcoin lain juga tidak bisa lepas dari aksi jual, dengan ApeCoin, Sui, dan Ripple semuanya kehilangan harga dalam jumlah besar. 

Penurunan Terkait FTX

Penurunan harga kemungkinan besar terkait dengan kegagalan pertukaran kripto FTX yang mengungkapkan mereka sedang mencari persetujuan peraturan untuk melikuidasi USD 3.4 miliar atau setara Rp 52,1 triliun di Solana, Bitcoin, Ethereum, dan aset digital lainnya.

Belum lama ini, Bitcoin melonjak: akibat banyaknya pendaftaran ETF Bitcoin oleh perusahaan besar, termasuk dari manajer aset terbesar di dunia BlackRock. Ini membuat para investor berharap Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) pada akhirnya akan menyetujui produk kripto yang telah lama ditunggu-tunggu untuk Wall Street.

Namun SEC telah menunda langkahnya dan investor masih menunggu, yang menyebabkan rendahnya likuiditas di pasar kripto dan berkurangnya minat secara umum, menurut para ahli.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pasar Kripto Masih Babak Belur, Investor Pantau Data Inflasi AS Terbaru

Sebelumnya, dalam beberapa hari terakhir, pasar kripto telah mengalami perlambatan yang mencolok. Volatilitas harga, yang selalu menjadi ciri khas dari pasar kripto, kini tampak lebih rendah dari biasanya. 

Semua mata investor saat ini tertuju pada data inflasi terbaru dari Amerika Serikat (AS) yang dijadwalkan akan dirilis pada Rabu, 13 September.

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan para pelaku pasar kripto sedang memantau tanda-tanda yang mungkin mengindikasikan apakah ekonomi AS akan mengalami "soft landing," di mana Federal Reserve (The Fed) mampu menurunkan tingkat inflasi tanpa menghambat pertumbuhan ekonomi. 

“Data Consumer Price Index (CPI) atau inflasi AS, jika angkanya terlalu tinggi, dapat menimbulkan kekhawatiran bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama atau meningkatkan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang,” kata Fyqieh dalam siaran pers, Senin (11/9/2023).

Hal ini dapat mengurangi minat investor terhadap pasar kripto dan lebih memilih aset yang lebih aman. Selain inflasi, para investor juga akan memantau data lain yang akan dirilis minggu ini, seperti indeks harga produsen dan penjualan ritel.

The Fed diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat stabil pada pertemuan yang akan diadakan pada 20 September 2023. 

Hingga saat ini, investor masih mempertahankan kepercayaan mereka pada pasar, meskipun pasar kripto baru-baru ini mengalami fluktuasi. Namun, sebagian investor juga mulai bersikap lebih berhati-hati dan mempersiapkan diri untuk kemungkinan perubahan di masa depan.

3 dari 3 halaman

Faktor Makro Ekonomi

Selain faktor-faktor makroekonomi, industri kripto juga diguncang oleh rumor terkait FTX. Kabar yang belum terkonfirmasi secara resmi menyebutkan FTX akan segera melakukan likuidasi asetnya mulai 13 September. 

FTX, yang memiliki aset kripto senilai sekitar USD 4,3 miliar atau setara Rp 65,9 triliun (asumsi kurs Rp 15.343 per dolar AS), tengah mempertimbangkan untuk menjual aset senilai sekitar USD 200 juta atau setara Rp 3 triliun setiap minggunya.

"Penting untuk diingat bahwa hingga saat ini belum ada konfirmasi resmi dari sumber terkait mengenai rumor ini. Meskipun begitu, berita tersebut telah berdampak pada penurunan harga Solana (SOL) sejak hari Minggu, 10 September. SOL adalah salah satu aset yang paling banyak dimiliki oleh FTX," ujar Fyqieh.

Total kapitalisasi pasar kripto saat ini ditutup dalam tren merah, dengan penurunan sekitar 0,16 persen, mencapai level USD 1,03 triliun atau setara Rp 15.803 triliun. Pasar kripto saat ini masih bergerak dalam tren sideways, dan sikap para investor nampaknya lebih cenderung "wait and see."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini