Sukses

Asia Jadi Wilayah Paling Menguntungkan Bagi Penambang Bitcoin

Asia jadi satu-satunya wilayah dengan rata-rata biaya listrik rumah tangga dapat menguntungkan penambang Bitcoin.

Liputan6.com, Jakarta Menurut sebuah penelitian baru dari portal agregasi aset kripto Coingecko wilayah Asia secara keseluruhan memiliki biaya rata-rata penambangan bitcoin terendah bagi penambang tunggal. 

Dilansir dari Bitcoin.com, Kamis (24/8/2023), lonjakan harga energi akibat Covid, gelombang panas, dan perang di Ukraina membuat penambangan bitcoin sebagian besar tidak menguntungkan di Eropa. 

Seorang penambang tunggal akan membutuhkan rata-rata 266,000 kilowatt per jam (kWh) listrik untuk mencetak satu bitcoin dan prosesnya akan memakan waktu sekitar tujuh tahun untuk menyelesaikannya, sehingga memerlukan konsumsi listrik bulanan sekitar 143 kWh, menurut perkiraan para peneliti.

Meskipun masa-masa ketika bitcoin (BTC) dapat ditambang dengan daya minimal dan di komputer desktop sudah tidak ada lagi, para peneliti telah menganalisis biaya listrik rumah tangga di seluruh dunia untuk memberikan prospek bagi penambang tunggal yang beroperasi dalam jaringan terdesentralisasi.

Biaya rata-rata listrik rumah tangga yang dibutuhkan untuk menambang 1 bitcoin adalah USD 46.291 atau setara Rp 708,3 juta (asumsi kurs Rp 15.301 per dolar AS), 35 persen lebih tinggi dari harga harian rata-rata BTC pada Juli 2023.

Namun, perbedaan regional dalam biaya listrik rumah tangga di seluruh dunia sangatlah besar. Dengan biaya rata-rata USD 20.635 atau setara Rp 315,7 juta per bitcoin, Asia menjadi satu-satunya wilayah di mana rata-rata biaya listrik rumah tangganya menguntungkan penambangan Bitcoin.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Eropa Menjadi Biaya Listrik Termahal untuk Penambang Bitcoin

Saat ini hanya 65 negara yang memberikan keuntungan bagi penambangan tunggal berdasarkan biaya listrik rumah tangga saja.

Hanya lima di antaranya berada di Eropa, yang memiliki rata-rata biaya listrik rumah tangga tertinggi, yaitu USD 85.767 atau setara Rp 1,3 miliar. 

Sembilan dari 10 negara paling tidak menguntungkan bagi penambang tunggal berada di wilayah tersebut, dengan biaya listrik untuk mencetak 1 BTC di Italia mencapai USD 208.560 atau setara Rp 3,1 miliar.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.