Sukses

Sony Bakal Jajaki NFT Setelah Daftarkan Paten, Ini Alasannya

Paten tersebut menguraikan niat Sony untuk menciptakan infrastruktur digital termasuk NFT. Adapun ini bukan langkah pertama Sony membangun kerangka kerja untuk aset game NFT.

Liputan6.com, Jakarta - Tidak ada perusahaan pembuat konsol video game yang secara terbuka menjajaki NFT hingga saat ini, tetapi raksasa teknologi Sony perusahaan di belakang merek PlayStation terus bergerak ke arah ini, seperti yang diungkapkan oleh pengumuman paten terkait NFT terbaru.

Paten yang diajukan pada September 2021 di Amerika Serikat dan diterbitkan minggu lalu, menguraikan niat Sony untuk menciptakan infrastruktur digital standar yang memungkinkan gamer memiliki dan mentransfer aset NFT digital di berbagai platform video game.

“Format standar mungkin dapat dibaca untuk memasukkan aset digital dalam simulasi komputer yang berbeda yang mungkin menyertakan video game berbeda dengan judul berbeda,” isi pengumuman tersebut, dikutip dari Decrypt, Rabu (22/3/2023). 

Sony mengusulkan agar aset ini dapat mencakup barang seperti skin dalam game, karya seni, avatar, senjata, atau bahkan "keterampilan video game". Selain itu, aplikasi tersebut mengusulkan agar mereka dapat terhubung melalui jaringan dari PlayStation ke konsol dari pembuat lain, serta melalui headset VR dan AR, smart TV, dan perangkat seluler.

Hingga akhir 2022, Sony mengklaim memiliki 112 juta pengguna PlayStation Network. Jaringan tersebut mencakup pemain yang terhubung secara online di PlayStation 5, serta konsol lama.

Ini bukan langkah pertama Sony dalam membangun kerangka kerja untuk aset game NFT. Terungkap dalam pengajuan paten yang diterbitkan November lalu perusahaan Jepang ini telah tertarik untuk memanfaatkan sektor esports yang meningkat sejak 2021 dengan berbagai barang koleksi digital dalam game.

Namun, dalam pengajuan terbaru, Sony mengklaim sistem konsol game kontemporer secara teknologi tidak memadai bagi pemilik untuk menggunakan aset di berbagai game dan/atau platform.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Volume Perdagangan NFT Ikut Gonjang Ganjing Terimbas Keruntuhan Silicon Valley Bank

Sebelumnya, Federal Deposit Insurance Corp telah mengambil alih Silicon Valley Bank (SVB), setelah hal itu hanya ada 12.000 pedagang NFT aktif, menurut data dari DappRadar, jumlah yang tidak terlihat sejak November 2021. 

Dilansir dari CoinDesk, Jumat (17/3/2023), perdagangan NFT harian juga hanya berjumlah 33.112, terendah penghitungan harian sepanjang tahun ini. Sejak awal Maret 2023, volume perdagangan NFT turun 51 persen, dengan penjualan turun sekitar 16 persen, menurut data DappRadar. 

Hal ini akibat beberapa perusahaan di balik proyek NFT memiliki eksposur dengan Silicon Valley Bank yang akhirnya ikut terdampak saat keruntuhan salah satu bank terbesar itu. 

Namun, tidak semua koleksi NFT terpengaruh dengan keruntuhan SVB. Proyek-proyek dari penerbit NFT Yuga Labs, termasuk Bored Ape Yacht Club dan CryptoPunks, melihat harga dasar koleksi NFTsedikit turun, tetapi harga pulih dengan cepat. ‘

Seorang pengguna Twitter membandingkan NFT CryptoPunks dengan aset kripto stablecoin USDC, mengklaim NFT lebih stabil daripada stablecoin, yang kehilangan pasaknya terhadap dolar AS setelah keruntuhan Silicon Valley Bank. 

Bank gagal setelah menjual sebagian besar kepemilikannya dengan kerugian untuk memenuhi permintaan penarikan pelanggan yang membanjir.

Tak Semua NFT Bertahan dari Keruntuhan SVB

Tidak semua koleksi berhasil melewati keruntuhan Silicon Valley Bank tanpa cedera. Tak lama setelah berita keruntuhan SVB menyebar, Proof, perusahaan di belakang koleksi NFT populer Moonbirds, mengumumkan perusahaan memiliki sejumlah dana yang diinvestasikan di Silicon Valley Bank, memicu ketidakpastian di antara pemegangnya.

Selama akhir pekan lalu, Moonbirds kehilangan sekitar 18 persen nilainya, menurut DappRadar. Satu pemegang besar menjual 500 Moonbird pada Sabtu, 11 MAret 2023 menimbulkan kerugian antara 9 persen dan 33 persen dengan total lebih dari 700 ETH, atau sekitar USD 1,1 juta atau setara Rp 16,9 miliar (asumsi kurs Rp 15.428 per dolar AS). 

 

 

 

3 dari 4 halaman

Meta Hentikan Fitur NFT di Platform Media Sosial

Sebelumnya, platforms Inc menghentikan fitur dukungan untuk koleksi digital atau Non Fungible Token (NFT) pada platformnya kurang dari setahun setelah diluncurkan.

Dilansir dari Decrypt, Selasa (14/3/2023), kepala fintek Meta, Stephane Kasriel mengatakan pemberhentian fitur NFT saat ini adalah cara perusahaan untuk mendukung para kreator, pengguna, dan bisnis. 

Perusahaan meluncurkan fitur dukungan bagi kreator untuk berbagi NFT di Instagram dan Facebook tahun lalu, ketika aset kripto meledak popularitasnya, dengan penjualan NFT terkenal seperti Bored Ape menyentuh miliaran dolar.

Meskipun begitu produk lain dari teknologi blockchain seperti aset kripto Bitcoin terus menurun harganya pada 2022 yang disebabkan berbagai sentimen. Kenaikan suku bunga yang agresif dan runtuhnya berbagai perusahaan kripto besar mendorong harga Bitcoin terus jatuh dari harga tertinggi yang dicapai pada November 3032.

Tahun lalu, Meta membuat dorongan besar ke koleksi digital setelah Mark Zuckerberg, CEO perusahaan induk Instagram, Meta, mengumumkan fitur NFT akan hadir di berbagai platform Meta. Fitur tersebut hanya tersedia untuk grup kreator tertentu, dan tidak pernah dirilis secara luas.

Pada Agustus 2022, untuk mempermudah berbagi NFT, Meta menambahkan postingan silang Ethereum, Polygon, dan Flow NFT antara produk Facebook dan Instagram. Kemudian pada November 2022, Meta juga menambahkan integrasi protokol penyimpanan terdesentralisasi, Arweave, ke platform.

“Kami belajar banyak hal yang dapat kami terapkan pada produk yang terus kami buat untuk mendukung pembuat, orang, dan bisnis di aplikasi kami, baik hari ini maupun di metaverse,” pungkas Kasriel.

4 dari 4 halaman

74 Persen Kolektor Membeli NFT untuk Status

Survey yang dilakukan platform metaverse, Metajuice, hampir tiga dari empat kolektor Non Fungible Token (NFT) di platformnya membeli NFT untuk status, keunikan, dan estetika.

Meskipun penjualan NFT saat ini tidak setinggi puncaknya pada 2021, ruang tersebut masih ada, dengan pengguna memberikan berbagai alasan untuk membeli NFT. 

Metajuice mensurvei lebih dari 6.000 pengguna NFT di platform mereka dari seluruh dunia untuk menemukan motivasi di balik pembelian NFT. Hasil survei menunjukkan di antara alasan yang dikemukakan oleh para peneliti, menonjol dan mengenakan NFT sebagai avatar mereka adalah alasan utama pembelian NFT.

Selain itu, 74 persen responden menyoroti mereka tertarik dengan NFT karena status yang mereka berikan. Di sisi lain, 13 persen persen peserta survei mengatakan mereka membeli NFT untuk dijual kembali di masa mendatang.

Presiden Metajuice, John Burris mengatakan memiliki NFT untuk memajang item digital mereka memberikan nilai tambah. Menurut Burris, itu membangun gagasan komunal tentang tren yang dipimpin status di metaverse.

“Orang-orang ingin memiliki hak atas barang-barang yang meningkatkan persepsi status mereka, dan bagaimana barang-barang itu muncul di metaverse karena NFT adalah bagian penting dari itu,” kata Burris, dikutip dari Cointelegraph, Selasa (7/3/2023).

CEO Real Vision dan salah satu pendiri Raoul Pal juga baru-baru ini menyatakan keyakinannya NFT akan bekerja serupa dengan properti kelas atas dalam siklus ledakan pasar. 

Pada 21 Februari, Pal menjelaskan dalam video YouTube memiliki koleksi besar seperti CryptoPunk dan Bored Ape Yacht Club telah menjadi simbol status di dalam ruang kripto. Eksekutif membandingkannya dengan memiliki mobil dan rumah mewah.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.