Sukses

Ternyata Depresi Bisa Terjadi Gara-Gara Terlalu Lama Hidup Sendiri

Bagi individu yang menikmati kesendirian, hidup sendirian dianggap sebagai sebuah kebahagiaan. Namun, perlu disadari bahwa individu yang menjalani kehidupan sendiri cenderung rentan terhadap depresi.

Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi menemukan bahwa tinggal sendirian, terutama dalam jangka waktu yang panjang, bisa meningkatkan kemungkinan mengalami gangguan mental.

Penelitian tersebut dilakukan oleh National Center for Health Statistics (NCHS) CDC. NCHS menghimpun data selama survei Kesehatan Nasional 2021 dengan mewawancarai lebih dari 29.400 partisipan.

Pada saat itu, persentase orang dewasa yang tinggal sendiri di Amerika Serikat mencapai 16%, sebuah angka yang mengalami peningkatan yang signifikan dalam lima dekade terakhir. Menurut laporan, pada tahun 2022 terdapat 37,9 juta individu yang tinggal sendiri, meningkat sebanyak 4,8 juta dari tahun 2012.

Pertanyaannya kemudian, apakah hidup sendiri berdampak pada risiko depresi? Informasi tentang korelasi antara tinggal sendiri dan risiko depresi dalam artikel ini diambil dari situs Theguardian.com (27/2).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 9 halaman

Hidup Sendiri Meningkatkan Depresi

Berdasarkan laporan terbaru dari National Center for Health Statistics (NCHS) yang dimiliki oleh CDC, orang dewasa yang tinggal sendirian cenderung lebih mungkin mengalami depresi dibandingkan dengan mereka yang tinggal bersama orang lain.

Penelitian dari National Center for Health Statistics (NCHS) yang dilakukan oleh CDC menunjukkan bahwa 6,4% dari individu dewasa yang hidup sendirian mengalami perasaan depresi. Sebaliknya, hanya 4,1% dari individu dewasa yang tinggal bersama orang lain yang melaporkan pengalaman serupa. Variasi ini teramati dalam berbagai kelompok, termasuk gender, usia, tingkat pendapatan, dan mayoritas kelompok etnis.

Pada beberapa situasi, gejala depresi cenderung meningkat sebagai akibat dari faktor ekonomi, khususnya di kalangan mereka yang hidup sendiri. Individu dewasa dengan pendapatan yang terbatas seringkali lebih sering melaporkan adanya tekanan emosional.

Sejumlah orang memutuskan untuk menjalani kehidupan sendiri dengan alasan yang bervariasi, mungkin karena pilihan mereka, perpisahan dalam hubungan, atau karena kehilangan pasangan.

3 dari 9 halaman

Interaksi Sosial dan Dampaknya Terhadap Emosional

Penelitian tersebut juga mengeksplorasi pertanyaan seputar sejauh mana keberadaan dukungan sosial dan emosional yang diperlukan.

Hasilnya menunjukkan bahwa orang dewasa yang tinggal sendirian dan mengakui jarang memperoleh dukungan sosial serta emosional cenderung mengalami tingkat depresi hampir dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang menghadapi situasi serupa, tetapi tinggal bersama orang lain.

Pertanyaannya kemudian adalah, bagaimana cara berinteraksi bagi mereka yang menjalani hidup sendirian?

Penelitian ini menjelaskan bahwa meskipun hidup sendirian, masih ada peluang untuk meningkatkan interaksi sosial.

Seseorang yang hidup sendirian kemungkinan besar akan terlibat secara aktif dalam berbagai kegiatan pekerjaan atau kegiatan komunitas. Mereka cenderung aktif di dunia media sosial, memiliki akses ke berbagai jejaring sosial, dan mendapatkan dukungan emosional yang dapat mendukung kesehatan mental mereka.

4 dari 9 halaman

Tinggal Bersama Orang Lain Bukan Berarti Tidak Depresi

Bertempat tinggal bersama individu lain belum tentu menjamin kestabilan kesehatan jiwa. Penelitian sebelumnya telah mencatat bahwa orang dewasa yang lebih tua dan tinggal dalam satu tempat dengan keluarga atau orang lain memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami dampak negatif terhadap kesehatan psikologis mereka dibandingkan dengan mereka yang tinggal bersama pasangan hidup mereka.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa kesendirian merupakan "permasalahan global dalam bidang kesehatan masyarakat". Tidak hanya berpotensi menyebabkan depresi, kesendirian dan isolasi sosial juga dapat meningkatkan risiko terjadinya masalah kesehatan lainnya.

Menurut Pusat Statistik Kesehatan Nasional CDC (NCHS), hidup sendiri dapat meningkatkan risiko terkena demensia hingga 50%, penyakit jantung hingga 29%, dan stroke hingga 32%. Di sisi lain, hubungan sosial yang dekat terbukti dapat meningkatkan kesehatan mental, kesejahteraan, dan berpotensi memperpanjang umur.

5 dari 9 halaman

Jika Depresi Harus Kemana?

Konsultasikan dengan profesional kesehatan seperti dokter keluarga, psikiater, psikolog, atau konselor kesehatan mental jika Anda merasa sedang mengalami gejala depresi. Mereka dapat membantu Anda memahami kondisi Anda dan memberikan saran yang bermanfaat untuk mengatasinya.

6 dari 9 halaman

Apakah Depresi Termasuk Gangguan Jiwa?

Menurut World Health Organization (WHO), gangguan mental meliputi depresi, gangguan bipolar, skizofrenia, psikosis, demensia, dan gangguan perkembangan.

7 dari 9 halaman

Apakah Depresi Bisa Mempengaruhi Kesehatan Fisik?

Bukan hanya itu, dampak depresi juga dapat berdampak pada kesehatan fisik seseorang. Kondisi kecemasan yang berlebihan mendorong pelepasan hormon-hormon tertentu dalam tubuh, yang mengakibatkan peningkatan detak jantung dan tekanan darah yang tidak normal.

8 dari 9 halaman

Apa yang Dirasakan oleh Orang Depresi?

Depresi merupakan suatu keadaan emosional yang menetap dan mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasa, dan bertindak. Orang yang mengalami depresi cenderung merasa kehilangan harapan dan kurang berdaya, disertai perasaan sedih, serta kehilangan minat dan kegembiraan.

9 dari 9 halaman

Berapa Lama Orang Sembuh dari Depresi?

Tiap individu mengalami proses pemulihan yang bervariasi. Sebagian dapat pulih dalam rentang waktu beberapa minggu atau bulansementara yang lain memerlukan waktu bertahun-tahun untuk mencapai kesembuhan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini