Sukses

Makhluk Purba Mirip Buaya Terungkap di India, Inilah Penemuan Menakjubkan Ilmuwan

Ahli paleontologi India mengidentifikasi spesies baru reptil proterosuchid melalui analisis spesimen baru dan koleksi historis. Temuan ini berkontribusi pada pemahaman evolusi dan keberagaman hayati di masa lalu, memperkaya penelitian global tentang kehidupan purba dan ekosistem India.

Liputan6.com, Jakarta Dilaporkan oleh sci news, ahli paleontologi India berhasil mengenali dan mengklasifikasikan spesies baru dari grup reptil proterosuchid. Penemuan ini didasarkan pada analisis spesimen baru dan kumpulan historis yang terkumpul selama beberapa tahun.

Penemuan tersebut memberikan wawasan berharga mengenai keanekaragaman hayati pada masa lampau dan menambah dimensi baru dalam pemahaman evolusi reptil di India. Harapannya, temuan ini dapat memberikan kontribusi penting pada penelitian ilmiah global mengenai kehidupan purba, serta memperkaya pemahaman kita tentang ekosistem yang dulunya mendominasi wilayah tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 8 halaman

1. Reptil Purba Proterosuchus

Samsarasuchus pamelae, reptil purba dari zaman Trias Awal, kini memberikan pemahaman yang istimewa mengenai perkembangan kehidupan pada periode tersebut. Ditemukan dengan usia sekitar 251,5 juta tahun, Samsarasuchus termasuk dalam keluarga Proterosuchidae, yaitu salah satu kelompok archosauriform pada awal masa itu. Reptil ini, yang memiliki tubuh ramping dan moncong panjang, menunjukkan kemiripan dengan buaya dan menjalani fase transisi antara kehidupan di darat dan semi-akuatik.

Ukuran Samsarasuchus bervariasi antara 1,5 hingga 4 meter, sementara adaptasinya terhadap mendengar frekuensi suara rendah dan ciri premaxilla yang menghadap ke bawah memberikan gambaran unik tentang kehidupan dan penyesuaian reptil ini dalam lingkungan hidupnya.

“Asal usul Archosauromorpha dapat ditelusuri kembali ke masa Permian pertengahan-akhir, dengan beberapa kemunculan di Eropa Barat dan Timur, benua Afrika, dan mungkin Amerika Selatan,” kata ahli paleontologi Universitas Birmingham, Martín Ezcurra dan rekan-rekannya. 

“Kehadiran archosauriform Permian menyiratkan bahwa asal usul klade archosauromorph non-archosauriform utama juga harus meluas hingga masa Permian, meskipun bukti fosil Paleozoikum masih kurang untuk sebagian besar kelompok ini (misalnya tanystropheids, rhynchosaurus, allokotosaurus, prolacertids).

“Satu-satunya garis keturunan archosauromorph dengan fosil tubuh di kedua sisi batas Permo-Trias yang ditentukan oleh fosil vertebrata adalah Proterosuchidae,” kata mereka.

“Anggota clade ini dicirikan oleh tengkorak yang rendah dan memanjang dengan premaxilla yang besar dan sangat mengarah ke bawah, rangkaian serviks yang cukup panjang, tulang ekstremitas yang relatif anggun, dan penggerak plesiomorfik yang luas.”

“Premaksila proterosuchid yang berukuran sangat besar dan mengecil menjadi semakin jelas dan khas melalui ontogeni, dan seleksi sosial dan/atau seksual timbal balik mungkin menjadi penjelasan atas fungsi dan asal mula evolusi dari fitur aneh ini.” 

3 dari 8 halaman

2. Penemuan Fosil Tulang Leher

Pada tanggal 18 Januari 2015, penemuan fosil tulang leher Samsara Suchus pamelae mengonfirmasi statusnya sebagai anggota baru dalam keluarga Proterosuchidae. Lokasi penemuan fosil terletak di Formasi Panchet atas, dekat desa Deoli di Benggala Barat, India.

Keistimewaan penemuan ini adalah spesimen holotipe dan paratipe yang ditemukan terpisah sejauh 10 meter pada lapisan stratigrafi yang hampir serupa. Ahli paleontologi menyebutnya sebagai klade baru dalam Proterosuchidae, yang kemudian diberi nama sebagai subfamili Chasmatosuchinae.

Penelitian terhadap Samsara Suchus pamelae dan fosil archosauriform lainnya dari Formasi Panchet memberikan kontribusi penting pada pemahaman kita tentang proterosuchus. Temuan ini tidak hanya memperkaya pengetahuan taksonomi dan filogeni archosauriform awal, tetapi juga membuka wawasan lebih mendalam tentang dampak kepunahan massal di akhir Permian di India.

Dengan melibatkan bentuk-bentuk dari berbagai wilayah seperti Eropa Timur, Brazil, dan Australia, subfamili Chasmatosuchinae menambahkan dimensi global pada pemahaman kita mengenai evolusi dan adaptasi reptil purba.

4 dari 8 halaman

Question and Answer

1. Apa nama ilmiah bagi buaya zaman purba?

Spesies baru aetosaurus ini dinamakan Garzapelta muelleri. Diperkirakan ukurannya dapat mencapai sekitar 3,5 meter, sementara mayoritas aetosaurus tumbuh antara 2 hingga 6 meter.

 

5 dari 8 halaman

2. Apakah buaya masih ada pada zaman purba?

Buaya adalah salah satu hewan purba yang mengalami sedikit perubahan evolusi sejak zaman dinosaurus.

6 dari 8 halaman

3. Bagaimana buaya terbesar di dunia dinamai?

Sejumlah ahli mengungkap bahwa buaya dengan ukuran terbesar yang pernah ditangkap berpotensi menjadi semakin besar. Cassius, seorang buaya air asin berusia 120 tahun, masuk dalam Guinness World Records pada 2011 karena memiliki panjang hampir 5,48 meter.

7 dari 8 halaman

4. Apa yang dimaksud dengan nenek moyang buaya?

Nenek moyang buaya, juga dikenal sebagai Archosauria, merupakan kelompok hewan purba yang menjadi leluhur langsung dari buaya, burung, dan dinosaurus.

8 dari 8 halaman

5. Mengapa buaya tidak mengalami kepunahan?

Buaya memiliki beberapa faktor untuk bertahan hidup. Mereka merupakan salah satu kelompok hewan yang berhasil selamat dari dampak asteroid. Meskipun tidak bisa terbang, tidak berbulu, dan tidak memakan biji-bijian, buaya memiliki strategi lain yang memungkinkannya untuk berhasil bertahan. Salah satunya adalah tubuh buaya yang memerlukan sedikit energi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.