Sukses

Teknologi AI Bisa untuk Deteksi Demam? Cek di Sini!

Dalam penelitian, tim menggunakan algoritma machine learning untuk menganalisis nada suara yang dihasilkan seseorang yang mengalami demam yang dinilai memiliki karakteristik khas.

Liputan6.com, Jakarta Demam merupakan salah satu gejala dari berbagai macam kondisi kesehatan yang disebabkan karena infeksi bakteri, parasit, jamur, dan virus. Selain virus seperti flu dan COVID-19, demam juga berkaitan dengan penyakit lain seperti sakit tenggorokan, infeksi saluran kemih dengan gejala penyerta lemas, nyeri otot, berkeringat, sakit kepala, dan lainnya. 

Berkaitan dengan hal tersebut, dalam beberapa tahun terakhir, teknologi kecerdasan buatan (AI) digunakan untuk membantu mendeteksi demam. Dengan memanfaatkan AI, dokter dan tenaga medis dengan cepat dan akurat mendeteksi demam pada pasien, dan mengambil tindakan yang tepat sesuai dengan kondisinya. 

Dilansir laman Business Insider, baru-baru ini sebuah tim peneliti yang dipimpin seorang insinyur elektronik, Pankaj Warule melaporkan bahwa mereka telah mengembangkan sistem AI yang dapat mendeteksi, apakah seseorang benar terkena demam atau tidak, hanya melalui nada suara. 

Dalam penelitian ini, tim menggunakan algoritma machine learning untuk menganalisis nada suara yang dihasilkan seseorang yang mengalami demam. Menurut penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, suara yang dihasilkan oleh seseorang yang mengalami demam memiliki karakteristik khas yang berbeda dengan suara orang yang sehat, dan algoritma machine learning dapat mempelajari pola-pola ini untuk mengidentifikasinya melalui nada suara. 

Penelitian awal dari penggunaan AI dalam mendeteksi demam dengan menunjukan hasil cukup akurat. Dalam uji cobanya pemanfaatan AI menunjukkan hasil sebesar 70% benar dalam penentuan apakah orang tersebut benar terkena demam atau tidak. 

Penggunaan teknologi AI dalam pendeteksian demam melalui nada suara diklaim memiliki banyak potensi untuk membantu dalam penanganan pasca pandemi. Menurut para peneliti, sistem tersebut dapat digunakan untuk memantau kondisi kesehatan di berbagai tempat, seperti di sekolah atau tempat kerja. 

Selain itu, sistem tersebut juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kasus demam pada orang yang tidak memiliki akses ke tes COVID-19 atau yang tidak ingin melakukan tes. Namun, seperti halnya dengan teknologi AI lain, sistem ini juga memiliki beberapa keterbatasan. Misalnya, suara yang dihasilkan oleh orang yang mengalami demam dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti lingkungan yang berisik atau kondisi medis lainnya. 

Oleh karena itu, sistem ini perlu diuji lebih lanjut untuk memastikan tingkat akurasi dan keterandalannya, sebelum diimplementasikan secara luas. Namun secara keseluruhan, penggunaan teknologi AI dalam pendeteksian demam melalui nada suara adalah inovasi yang menarik dan memiliki banyak potensi untuk membantu dalam penanganan pandemi saat ini. 

Dengan pengembangan lebih lanjut, sistem ini dapat menjadi alat yang berguna dalam memantau kondisi kesehatan dan membantu dalam pengambilan keputusan medis. Nah, meski demam merupakan gejala umum, ada baiknya Anda dan keluarga tetap menjaga kesehatan. 

Caranya mulai dari mengonsumsi makanan sehat dan bergizi, tidur dengan waktu yang cukup, hingga mengonsumsi suplemen yang membantu menangkal radikal bebas penyebab berbagai penyakit, seperti vitamin C. Pilihlah suplemen yang mengandung Zinc untuk melindungi sel di permukaan tubuh seperti di kulit, sekaligus sel-sel pada saluran pernapasan. Selain meningkatkan daya tahan tubuh, suplemen vitamin C juga akan membantu meningkatkan penyerapan mineral agar lebih optimal.

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.