Sukses

Tidak Lagi Menjadi Tempat Supply Chain, Berikut 5 Negara yang Akan Menggantikan China

Siapa negara yang akan menggantikan China?

Liputan6.com, Jakarta- Kemunculan Tiongkok sebagai pusat industri dunia berlangsung selama empat dekade dan membawa era globalisasi serta supply chain terintegrasi.

Namun, wajah itu mulai pudar sejak tahun 2018 setelah Presiden Donald Trump memulai perang dagang melawan raksasa Asia Timur ini. Hal ini, kemudian mendorong investor untuk meninjau kembali risiko geopolitik terkait.

Meskipun beberapa investor memang memindahkan sebagian fasilitas manufaktur mereka keluar dari China pada saat itu, pandemi - dan kebijakan nol-COVID China - mendorong negara  tidak bergantung pada satu negara untuk kebutuhan manufaktur.

Hingga kini, di samping COVID, efek dari perang dagang masih ada. Presiden Joe Biden belum menghentikan kenaikan tarif yang diberlakukan Trump pada China. Pada Oktober lalu, Biden memberlakukan kontrol ekspor pada peralatan yang dikirim ke pabrik-pabrik milik China yang membuat logic chip. Hal tersebut semakin menambah ketegangan keduanya. 

Untuk menavigasi jaringan ketegangan perdagangan AS-China yang rumit ini, perusahaan multinasional kini mencari cara untuk melindungi risiko bisnis mereka. Salah satunya adalah memasok supply chain dari negara lain. 

Mengutip Bussiness Insider, Jumat (30/122022), berikut beberapa negara yang akan menjadi tempat baru rantai supply chain, menggantikan China, di tahun-tahun yang akan datang.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

India

India kini sedang mencoba mengalahkan China di bidang manufaktur dengan pembuatan iPhone dan chip. Didukung oleh populasi penduduk muda yang besar, India adalah alternatif logis daripada China sebagai pabrik dunia. Terlebih, PBB melaporkan  bahwa pada 2023 India akan melampaui China sebagai negara terpadat. 

Apple telah memindahkan beberapa produksi iPhone-nya ke negara bagian Tamil Nadu dan Karnataka di India dan sedang menjajaki untuk memindahkan produksi iPad-nya ke negara Asia Selatan. 

Analis JPMorgan juga mengatakan bahwa mereka percaya 1 dari 4 iPhone akan dibuat di India pada tahun 2025.

"India memiliki kumpulan tenaga kerja yang besar, sejarah panjang manufaktur, dan dukungan pemerintah untuk meningkatkan industri dan ekspor. Karena itu, banyak yang mengeksplorasi apakah manufaktur India merupakan alternatif yang layak untuk China," kata CEO Everstream, Julie Gerdeman. 

3 dari 5 halaman

Vietnam

Sebagai negara komunis, Vietnam - seperti halnya Tiongkok - telah menjalani reformasi ekonomi yang cepat sejak 1986.

Reformasi telah membuahkan hasil, mendorong Vietnam dari "salah satu negara termiskin di dunia menjadi ekonomi berpenghasilan menengah dalam satu generasi," kata Bank Dunia di bulan November.

Pada 2021, Vietnam menarik lebih dari $31,15 miliar janji investasi asing-langsung - naik lebih dari 9 persen dari tahun sebelumnya. Menurut Kementerian Perencanaan dan Investasi, sekitar 60 persen dari investasi tersebut masuk ke sektor manufaktur dan pengolahan.

Kekuatan utama Vietnam adalah di bidang manufaktur pakaian jadi, alas kaki, dan elektronik serta peralatan listrik.

Apple juga diketahui  telah memindahkan sebagian produksi iPhone ke Vietnam dan berencana memindahkan sebagian produksi MacBook-nya ke negara Asia Tenggara ini.

Perusahaan-perusahaan lain yang telah memindahkan beberapa lini produksi mereka dari Cina ke Vietnam adalah Nike, Adidas, dan Samsung.

4 dari 5 halaman

Thailand

Sebagai ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara, Thailand telah meningkatkan rantai nilai di bidang manufaktur dan merupakan pusat produksi untuk suku cadang mobil, kendaraan, dan elektronik, dengan perusahaan multinasional seperti Sony dan Sharp mendirikan toko di sana.

Sony mengatakan pada 2019 bahwa pihaknya menutup pabrik ponsel cerdasnya di Beijing untuk memangkas biaya dan memindahkan beberapa produksi ke Thailand. Sharp mengatakan pada tahun yang sama bahwa pihaknya memindahkan beberapa produksi printernya ke Thailand karena perang dagang AS-Tiongkok.

Bukan hanya perusahaan internasional. Bahkan perusahaan-perusahaan China telah memindahkan sebagian dari supply chain mereka ke Thailand. Perusahaan-perusahaan yang memproduksi panel surya, seperti JinkoSolar Shanghai, memindahkan produksinya ke negara kepulauan untuk mengambil keuntungan dari biaya yang lebih rendah dan menghindari ketegangan geopolitik.

5 dari 5 halaman

Malaysia

Malaysia telah mengincar peluang dari pergeseran manufaktur yang beralih dari Tiongkok selama beberapa tahun terakhir. 

Malaysia berhasil mencapai kemajuan dengan upaya tersebut, karena telah menarik setidaknya 32 proyek yang telah direlokasi dari Tiongkok ke Malaysia. 

Bahkan sebelum pandemi, investasi teknologi ke Malaysia telah meningkat karena biaya tenaga kerja yang lebih rendah dan ketegangan perdagangan AS-Tiongkok. Kesepakatan besar selama beberapa tahun terakhir termasuk investasi 1,5 miliar ringgit Malaysia, atau $339 juta, oleh raksasa chip AS Micron selama lima tahun mulai tahun 2018.

Jabil, sebuah perusahaan AS yang membuat penutup iPhone, juga telah memperluas operasinya di Malaysia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.