Sukses

Studi Terbaru: Covid-19 Dapat Menyebabkan Otak Menyusut Bahkan Rusak

Ternyata Covid-19 dapat menyebabkan otak menyusut, bahkan rusak setelah efek jangka panjang

Liputan6.com, Jakarta Kabut otak telah menjadi keluhan umum para penyintas covid di seluruh dunia. Ini mengakibatkan kebingungan dan kurangnya konsentrasi tetap menjadi gejala virus yang terus-menerus.

Dan kini, para ilmuwan dari Universitas Oxford telah menemukan bukti mengejutkan bahwa Covid-19 bisa berdampak jangka panjang pada otak penderitanya.

Diterbitkan di jurnal Nature, penelitian yang melihat scan MRI dari sekitar waktu infeksi, menemukan perbedaan yang signifikan dalam gambar otak yang diambil sebelum dan sesudah penyakit, yang menunjukkan kerusakan otak.

Para peneliti tidak dapat memastikan apakah perubahan itu permanen, tetapi telah menegaskan kembali bahwa otak mampu menyembuhkan dari waktu ke waktu.

"Kita perlu ingat bahwa otak bisa menyembuhkan dirinya sendiri - jadi ada kemungkinan besar bahwa, seiring waktu, efek berbahaya dari infeksi akan berkurang," kata Profesor Douaud Gwenaelle dari Universitas dari Oxford kepada BBC.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Apakah Covid menyebabkan kerusakan otak?

Studi ini menemukan bahwa bahkan setelah infeksi Covid ringan, ukuran keseluruhan otak yang dipindai dalam penelitian telah sedikit menyusut selama infeksi.

Gambar menunjukkan bahwa ada lebih sedikit materi abu-abu di bagian otak yang bertanggung jawab untuk memori dan penciuman.

Para ilmuwan memindai ulang otak 401 peserta 4,5 bulan setelah infeksi mereka (96% di antaranya menderita 'Covid ringan).

Mereka membandingkan gambar-gambar ini dengan otak 384 orang yang tidak memiliki Covid.

 

3 dari 5 halaman

Hasil yang ditemukan:

  • Ukuran otak keseluruhan pada pasien yang terinfeksi telah menyusut antara 0,2 dan 2%
  • Materi abu-abu hilang di area penciuman, terkait dengan penciuman
  • Materi abu-abu juga hilang di wilayah yang terkait dengan memori
  • Mereka yang baru pulih dari Covid merasa sedikit lebih sulit untuk melakukan tugas mental

 

4 dari 5 halaman

Gangguan penciuman yang kerap dirasakan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan paling signifikan terjadi di area penciuman, yang dapat menjelaskan gangguan penciuman yang berkepanjangan.

Profesor Masud Husain dari Universitas Oxford mengatakan: “Kami masih belum memahami mekanisme yang menyebabkan defisit kognitif ini, tetapi sangat menggembirakan untuk melihat bahwa gangguan perhatian dan memori ini sebagian besar kembali normal pada kebanyakan orang yang kami uji dalam 6-9 bulan setelah infeksi, yang menunjukkan pemulihan yang baik dari waktu ke waktu.”

 

5 dari 5 halaman

Gejala long Covid

Sebuah studi baru-baru ini yang diterbitkan di The Lancet mewawancarai 3.762 orang tentang gejala panjang Covid-19 mereka, menemukan bahwa 88% memiliki semacam kabut otak atau masalah dengan ingatan mereka.

Namun, jika Anda menderita Covid, Anda bisa mengalami serangkaian efek samping selain kehilangan fungsi otak.

Menurut NHS, gejala long COVID yang umum meliputi:

  • kelelahan ekstrem (kelelahan)
  • sesak napas
  • nyeri dada atau sesak
  • masalah dengan memori dan konsentrasi ("kabut otak")
  • sulit tidur (insomnia)
  • palpitasi jantung
  • pusing
  • seperti ditusuk-tusuk jarum
  • nyeri sendi
  • depresi dan kecemasan
  • tinitus, sakit telinga
  • merasa sakit, diare, sakit perut, kehilangan nafsu makan
  • suhu tinggi, batuk, sakit kepala, sakit tenggorokan, perubahan indra penciuman atau perasa
  • ruam

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.