Sukses

Raih Penghargaan, Mahasiswa Ini Ubah Limbah Sayur dan Buah Jadi Panel Surya

Prihatin melihat efek gas rumah kaca, mahasiswa sulap limbah sayur dan buah jadi energi listrik terbarukan.

Liputan6.com, Jakarta - Limbah makanan merupakan salah satu masalah lingkungan yang banyak dihadapi di berbagai negara. Keberadaan limbah tersebut diakibatkan kebiasaan seseorang yang tidak bijak membeli dan mengonsumsi makanan bukan berdasarkan kebutuhannya, tetapi atas kehendak keinginan. 

Beruntung, mahasiswa 27 tahun menemukan ide cemerlang agar limbah makanan yang tadinya mencemarkan lingkungan, kini semakin bermanfaat berbekal ilmu pengetahuan yang dimiliki. Di tangannya, limbah makanan yang tadi dipandang sebagai sampah disulap menjadi energi yang ramah lingkungan, bahkan bisa jadi sarana mengurangi pemanasan global.

Kerja keras Carvey Ehren Maigue terbayarkan usai berhasil meraih penghargaan di ajang James Dyson yang merupakan kompetisi desain internasional yang diselenggarakan di 27 negara. Tujuannya perhelatan itu untuk merayakan, mendorong, dan menginspirasi generasi insinyur desain berikutnya.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Penemuannya

Kompetisi sengaja dibuka bagi mahasiswa di bidang desain produk, desain industri, dan teknik. Dan tahun ini, tiba saatnya penghargaan International James Dyson Award jatuh ke tangan Mague mahasiswa Universitas Mapua, Filipina. 

Melansir dari Bored Panda, mahakarya Maigue disebut AuREUS yang dikenal sebagai sistem penyerapan sinar UV dari sinar matahari yang diolah menjadi energi listrik terbarukan bahkan saat cuaca mendung.

Dan yang tak kalah keren adalah produksi panel suryanya yang terbuat dari limbah buah dan sayuran.

3 dari 5 halaman

Menerapkan prinsip ilmiah

Rupanya, mahasiswa berusia 27 tahun mengadopsi prinsip ilmiah alami yang mengungkapkan proses pembuatan aurora (cahaya kutub) bersinar. 

Pada prinsipnya aurora timbul karena adanya gesekan antara medan magnetik planet tersebut dengan partikel yang dipancarkan matahari. Maigue menyebutkan teknologi yang ditemukan berasal dari konsep energi tinggi (gamma, UV) terdegradasi ke kondisi energi rendah (cahaya tampak) oleh partikel bercahaya di atmosfer. 

“Partikel berenergi tinggi diserap oleh partikel luminescent yang kembali dipancarkan sebagai cahaya tampak. Nantinya partikel luminescent berasal dari buah dan sayuran tertentu yang tercampur dalam substrat resin (getah tumbuhan) yang berperan sebagai teknologi inti,” Maigue menjelaskan ilmu di balik penciptaannya.

 

 

4 dari 5 halaman

Kreasi tetap bekerja saat mendung

Bila di perkotaan mengalami paparan sinar UV yang berlebihan karena gedung berkaca, partikel yang dibuatnya akan memancarkan kembali cahaya tampak di sepanjang tepinya karena reflektansi internal.

"Sel PV yang ditaruh di tepian akan menangkap cahaya tampak yang dipancarkan. Lalu, tangkapan itu diubah menjadi listrik DC dan sirkuit pengatur akan memproses keluaran tegangan untuk memungkinkan pengisian baterai, penyimpanan, atau pemanfaatan listrik secara langsung,” jelas pria itu.

Biasanya panel surya hanya mengandalkan cahaya matahari, istimewanya dari kreasi Maigue dapat digunakan juga dalam cuaca yang mendung karena sistem AuReus bisa menangkap UV melalui awan dan memantul dari berbagai permukaan.

 

5 dari 5 halaman

Panel surya miliknya

Dan salah satu hal terbaik tentang sistem ini adalah panel surya terbuat dari limbah makanan.

“Kita bisa menggunakan AuREUS sebagai pengganti jendela kaca sehingga seluruh bangunan bisa menjadi ladang energi surya vertikal. AuREUS dapat menjadi bagian dari pakaian, mobil, gedung, dan rumah kita. Ini adalah perubahan yang bisa kami lakukan untuk masa depan,” ungkap pria itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.