Sukses

Berhati Emas, Kisah Pemulung Rawat 30 Bayi Terlantar Ini Bikin Haru

Keadaan hidup yang sulit dan keterbatasan ekonomi tidak menghambat niatnya untuk menolong sessama.

Liputan6.com, Jakarta Tidak perlu menunggu kaya untuk menolong sesama. Terbukti seorang pemulung tua tidak segan merawat puluhan bayi yang sengaja ditinggalkan oleh orang tuanya di jalanan.

Seorang pemulung di China ini mampu merawat 30 bayi yang dibuang oleh orangtuanya.

Tak sedikit orang yang tega membuang bayi yang tidak berdosa dengan banyak alasan. Malu karena sang bayi lahir di luar pernikahan, atau takut karena tidak punya biaya untuk menghidupi sang bayi.

Nama wanita berhati malaikat itu adalah Lou Xiaoying. Pekerjaannya adalah menjadi pemulung sampah. Suami Lou Xiaoying sendiri telah meninggal 17 tahun yang lalu.

Keadaan hidup yang sulit dan keterbatasan ekonomi tidak mengecilkan hati Lou Xiaoying untuk berbuat baik pada sesama manusia. Diketahui ia telah merawat 30 bayi sejak tahun 1972.

"Semuanya dimulai ketika saya menemukan bayi pertama, seorang gadis kecil pada tahun 1972 ketika saya keluar mengumpulkan sampah." kata Lou, sebagaimana dilansir Liputan6.com dari Daily Mail, Jumat (15/2/2019).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Usia Tak Menghalanginya untuk Tetap Merawat Bayi Terlantar

Walaupun usianya sudah menua, kebaikan hati Lou Xiaoying tidak pernah surut. Anak yang ia rawat paling muda saat ini berusia 14 tahun, bernama Zhang Qilin. Sebelumnya Zhang Qilin ditemukan di sebuah tempat sampah ketika Lou berusia 82 tahun. Dengan kondisi yang lemah, wanita itu membawa sang bayi ke rumahnya yang sangat kecil untuk dirawat.

"Meskipun saya sudah tua, saya tidak bisa begitu saja mengabaikan bayi itu dan membiarkan dia mati di tempat sampah. Dia terlihat sangat manis dan sangat membutuhkan. Saya harus membawanya pulang bersama saya," terang Lou Xiaoying.

"Kini dia sudah menjadi anak yang sehat dan bahagia," imbuhnya.

Sementara itu, anak yang dirawat pertama kali oleh Lou Xiaoying adalah seorang bayi perempuan.

"Ia terbaring di antara sampah di jalan, terlantar," kenang Lou. Dengan keterbatasan tidak semua bayi yang ditemukan dan dirawat Lou Xiaoying terus bersamanya hingga dewasa. Beberapa di antara mereka diadopsi keluarga yang lebih mampu.

"Saya tidak mengerti mengapa orang-orang tega meninggalkan bayi selemah itu di jalan," ujar Lou Xiaoying.

Baginya, bayi-bayi tersebut adalah makhluk hidup yang berharga, mereka seharusnya mendapat kasih sayang dan cinta.

3 dari 3 halaman

Lou Disebut Sebagai Pahlawan Penuh Kasih Sayang

Lou menyadari bahwa dia benar-benar peduli pada anak-anak yang ditinggalkan ini. Di mana ia merasakan begitu banyak sukacita dan kebahagiaan. Dia juga mengatakan bahwa, untuk merawat semua anak ini membutuhkan cinta.

Lou sendiri memiliki anak kandung perempuan, bernama Zhang Caiying yang kini berusia 50 tahun, ia juga mengabdikan hidupnya untuk merawat bayi yang ditinggalkan ini. Sehari-hari Lou mencari nafkah dengan mencari sampah dan mendaur ulangnya.

Sayang, Lou mengalami komplikasi ginjal yang parah di mana kondisinya memburuk setiap hari, hingga akhirnya meninggal dunia.

Tindakan merawat bayi yang terlantar itu membuat Lou dielu-elukan sebagai pahlawan di desanya karena telah menyelamatkan nyawa banyak orang. Kisah ini mulai menyebar ke seluruh China dan mendapat perhatian. Ada seseorang yang menaruh simpati pada kisah ini mengatakan bahwa pemerintah, sekolah, dan masyarakat China yang tak berbuat apa-apa seharusnya malu pada Lou.

“Dia tak punya uang atau kekuasaan, tetapi mampu menyelamatkan anak-anak dari kematian dan kondisi yang lebih parah,” ungkapnya.

Kisah nyata ini membuktikan bahwa kebaikan hati seseorang tidak dapat dinilai dengan materi. Seorang pemulung sampah yang kehidupannya sulit bisa memiliki hati semulia emas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.