Sukses

Pura-Pura Punya Disabilitas, Pria Ini Lakukan Pelecehan Seksual pada Pengasuhnya

Liputan6.com, Jakarta Seorang pria asal Arizona, Amerika Serikat ditahan polisi setelah ketahuan berpura-pura menjadi pasien disabilitas. Paul Anthony Menchaca merupakan tersangka atas kasus langka yang cukup mengejutkan polisi.

Pria 31 tahun itu ditahan karena berpura-pura mengalami kelainan down syndrome. Aksi pura-puranya itu membuatnya ditahan dengan tuduhan pelecehan seksual terhadap pengasuhnya.

Karena menyangka pria itu mengalami kelainan, para pengasuh membuatnya harus mengganti popoknya hingga memandikannya.

"Saya bekerja pada kasus kejahatan seksual selama bertahun-tahun, dan tidak pernah punya kasus semacam ini," ujar petugas polisi Darrell Krueger kepada People.

Aksi pura-pura itu direncanakan oleh Paul sendiri. Mulanya ia berperan sebagai Amy, ibunya di situs web CareLinx.com untuk mencari seorang pengasuh.

Di sana Paul yang berpura-pura sebagai ibunya menuliskan bahwa ia mencari pengasuh karena memiliki seorang putra dewasa dengan kebutuhan khusus sehingga perlu diawasi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Menyewa pengasuh

"Pengasuh akan muncul dan melakukan tugas mereka seperti mengasuh, mereka percaya orang dewasa itu mengalami sindrom down," bedasarkan perkiraan Krueger.

Para pengasuh yang terlibat benar-benar melakukan tugas mereka seperti menjaga bayi. Mereka mengganti popok, membantu mandi, sampai dengan mengambil belanja.

Walaupun menaruh rasa curiga, mereka sempat bingung karena sang ibu tidak pernah muncul. Namun para pengasuh berpikir bahwa sang ibu mungkin sibuk bekerja.

Di samping itu, Krueger merasa yakin bahwa para pengasuh disuruh untuk melakukan hal-hal yang memicu kontak dnegan alat kelamin Paul.

Pria itu diduga kuat menyuruh pengasuhnya untuk membersihkan secara ekstra pada area intim dari tubuhnya.

"Dia meminta pengasuhnya untuk melakukan hal-hal yang memicu kontak dengan alat kelaminnya," tutur Krueger.

Bedasarkan laporan para pengasuh, ketika mereka melakukan itu, Paul juga dalam kondisi terasang.

3 dari 3 halaman

Melakukan pembelaan

Para pengasuh yang tak pernah bertemu Amy memberi tahu bahwa mereka hanya melakukan kontak melalui pesan teks. Semua pengasuh dibayar dengan total uang $ 160 atau Rp 2,3 juta per kunjungan.

Kecurigaan ini mulai muncul ketika pengasuhnya penasaran. Krueger mengatakan pada awal September lalu salah satu korban yang juga pengasuh menaruh curiga terhadap perilaku Paul.

Ketika menurunkannya di lokasi netral, Paul berperilaku selayaknya seperti orang normal. Pengasuhnya sempat mengikutinya di mana ia bebas berjalan masuk ke rumah orangtuanya dan mengobrol.

Setelah laporan itu diusut, polisi kemudian menahan Paul. Meski menolak untuk bekerja sama dengan polisi, namun orang tuanya sempat memberikan keterangan bahwa putra mereka tidak memiliki sindrom apapun.

Walaupun begitu, Paul tetap bersikeras bahwa dirinya merupakan orang kebutuhan khusus.

"Saya memiliki tingkat IQ rendah dan ibu dan ayahku memiliki dokumen untuk membuktikan hal itu," kata Paul saat mengajukan pembelaannya di persidangan.

Ia berdalih bahwa orangtuanya berusaha untuk membuatnya menjadi konselor. Selain itu, Paul juga pernah bekerja menjadi seorang staf di sekolah setempat. Sampai akhirnya ia mengundurkan diri pada akhir Agustus lalu.

Beruntungnya tak ada korban lain yang melibatkan siswa di sekolah tersebut. Meski begitu polisi Arizona yakin bahwa ada kemungkinan korban tambahan atas kasus ini yang perlu mereka selidiki.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.