Sukses

Waspada Modus Penipuan AI dan Deepfake, Intip Cara Menangkalnya

Pemanfaatan teknologi berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) terus berkembang pesat hingga kini. Namun, ada sejumlah permasalahan yang harus diwaspadai dari penggunaan teknologi AI.

Liputan6.com, Jakarta - Pemanfaatan teknologi berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) terus berkembang hingga kini. Namun, ada sejumlah permasalahan yang harus diwaspadai dari penggunaan teknologi AI.

Perusahaan keamanan siber, Kaspersky mengungkap maraknya penggunaan AI untuk tujuan berbahaya. Misalnya memanipulasi sebuah video, foto, dan hingga meretas keamanan siber.

Dikutip dari kanal Tekno Liputan6, kini para pelaku kejahatan siber bisa membuat umpan penipuan menggunakan teknologi AI, contohnya membuat email phishing, postingan media sosial, dan situs web palsu.

Kaspersky menyebut, selama ini penipuan semacam itu dapat dikenali dari bahasa yang ceroboh dan banyak kesalahan ketik, karena penipu tidak punya waktu untuk menulis dan mengoreksinya dengan benar.

"Namun kini, dengan WormGPT dan model bahasa lain yang dioptimalkan untuk peretas, penyerang dapat menciptakan umpan yang jauh lebih meyakinkan dan bervariasi pada skala industri," ujar Kaspersky melalui keterangan resminya, Senin (8/1/2024).

Kaspersky juga memberikan tips cara menangkal dan menghindari pengguna internet dari penyalahgunaan AI untuk penipuan. Berikut di antaranya:

  • Bersikaplah sangat kritis terhadap konten apa pun yang menstimulasi emosi, yang ditemui di media sosial, terutama dari orang yang tidak dikenal secara pribadi. Biasakan selalu memverifikasi fakta di saluran berita terkemuka dan situs pakar.
  • Jangan mentransfer uang ke penggalangan dana atau kampanye amal apa pun tanpa terlebih dahulu melakukan pemeriksaan latar belakang penerima secara menyeluruh. Membuat cerita dan gambar yang memilukan sekarang sangatlah mudah.
  • Instal perlindungan phishing dan penipuan di semua perangkat Anda, dan aktifkan semua opsi yang memeriksa tautan, situs web, email, dan lampiran. Hal ini akan mengurangi risiko mengklik tautan phishing atau mengunjungi situs web palsu.
  • Aktifkan perlindungan iklan banner. Iklan berbahaya adalah tren lainnya pada tahun 2023 sampai 2024.
  • Beberapa ahli mengantisipasi kemunculan sistem analisis dan pelabelan konten yang dihasilkan oleh AI pada tahun 2024. Namun, jangan berharap sistem tersebut dapat diterapkan dengan cepat atau universal, atau dapat diandalkan sepenuhnya. Bahkan jika solusi seperti itu benar-benar muncul, selalu periksa kembali informasi apa pun dari sumber yang terpercaya.

Modus penipuan menggunakan teknologi AI lainnya yang pernah terungkap yaitu penyalahgunaan deepfake. Contohnya, ada seseorang yang tiba-tiba menghubungi dan mengaku orang terdekat Anda, kemudian meminta sejumlah uang kepada Anda.

Modus tersebut bertujuan untuk mengelabui korban agar secara sukarela mengirimkan uang kepada penjahat. Skenario yang lebih kompleks juga mungkin terjadi — misalnya, menargetkan karyawan perusahaan untuk mendapatkan kata sandi untuk mengakses jaringan perusahaan.

Untuk mencegah jadi korban penyalahgunaan deepfake untuk penipuan, berikut yang harus dilakukan:

  • Verifikasi panggilan tak terduga atau mengkhawatirkan tanpa panik. Jika seseorang yang Anda kenal baik menelepon, ajukan pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh orang tersebut. Jika seorang kolega menelepon tetapi permintaannya tampak aneh, misalnya, meminta Anda mengirim atau mengeja kata sandi, mengirim pembayaran, atau melakukan hal lain yang tidak biasa, hubungi kolega atau atasan lain untuk memeriksa ulang berbagai hal.
  • Gunakan aplikasi pengenal penelepon untuk memblokir panggilan spam dan penipuan. Beberapa aplikasi ini tidak hanya berfungsi dengan panggilan telepon biasa tetapi juga dengan panggilan melalui messenger seperti WhatsApp.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini