Sukses

7 Strategi Lindungi Anak dari Konten Negatif di Medsos

Anak-anak membutuhkan keterampilan literasi digital agar dapat mengambil sikap dengan tepat ketika dihadapkan dengan konten media yang meresahkan.

Liputan6.com, Jakarta -- Media sosial menjadi tempat untuk mendapat informasi, berasarkan laporan We Are Social sebanyak 167 juta orang di Indonesia pada tahun 2023 telah mengaksesnya. TikTok menjadi salah satu platform yang  banyak digunakan oleh beragam kalangan mulai dari orang tua hingga anak muda.

Popularitas sebuah platform menjadi sasaran para pelaku kejahatan dalam membuat dan menyebarkan konten-konten disinformasi, misinformasi, hingga hoaks. Algoritma TikTok meningkatkan kemungkinan konten-konten tidak benar tersebut menjangkau audiens dengan lebih luas. Selain itu, bentuk TikTok yang berupa video membuat anak-anak lebih tertarik. Video memberikan informasi lebih cepat daripada format data lainnya, tanpa memerlukan interpretasi kognitif.

Pamela Rutlegde, Direktur Pusat Penelitian Psikologi Media dan Profesor Psikologi Media di Fielding Graduate University, dilansir dari laman web Psychology Today, membagikan 7 strategi yang dapat digunakan oleh orang tua dalam membantu anak-anak menghadapi konten-konten meresahkan yang tidak sesuai dengan usianya.

Berikut adalah strategi atau cara-caranya.

Pertama, lakukan percakapan yang terbuka, tenang, dan tidak menghakimi. Idealnya, percakapan seperti ini dilakukan ketika anak pertama kali mendapatkan gadget. Namun, Anda tetap bisa melakukan percakapan seperti ini di tengah-tengah Anda melakukan pengawasan terhadap aktivitas digital anak. Metode ini lebih baik dibandingkan hanya panik dan menghakimi anak atas apa yang dilihatnya di media sosial.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Atur Emosi

Strategi yang kedua yang dapat Anda lakukan adalah fokus. Anda perlu fokus dalam membangun ketahanan. Hal ini bisa Anda lakukan dengan menciptakan kontrol emosi yang baik, sebelum anak mendatangi Anda untuk meminta bantuan atau membicarakan konten-konten sensitif yang mereka temukan di media sosial.

Misalnya, jika anak-anak penasaran dengan perang karena menemukan konten-konten mengenai hal tersebut di media sosial, bicarakanlah dengan mereka mengenai keterampilan mencari informasi dan bagaimana kualitas sumber informasi. Hal ini perlu dilakukan agar anak tidak langsung menelan semua informasi yang mereka terima.

Selain itu, persiapkan anak untuk mengantisipasi melihat hal-hal yang mengerikan agar mereka tidak terkejut.

Ketiga, saat anak membicarakan suatu topik kepada Anda, mintalah mereka untuk menunjukkan contoh-contoh konten yang mereka lihat. Agar Anda dan anak dapat mendiskusikannya bersama-sama.

Tanyakan juga apakah mereka sudah pernah melihat konten-konten meresahkan, seperti kekerasan, terkait topik yang mereka bicarakan tersebut. Hal seperti ini perlu ditanyakan agar orang tua bisa mengantisipasi dan memberikan pembekalan kepada anak untuk bersikap terkait konten-konten serupa lainnya.

3 dari 4 halaman

Pemikiran Kritis Diperlukan

Strategi yang keempat adalah untuk orang tua. Orang tua juga perlu membekali diri dengan pemikiran kritis dan pengetahuan mengenai cara memeriksa fakta suatu informasi.

Selain sebagai contoh untuk anak, hal tersebut juga untuk mengantisipasi orang tua memberikan bimbingan yang salah kepada anak.

Kelima, diskusikanlah isu-isu, seperti konflik Palestina-Israel dengan mereka secara tenang. Biarkan anak mengajukan pertanyaan. Dalam melakukan strategi ini, orang tua juga harus memastikan pemberian informasi akurat dari sumber yang terverifikasi sehingga anak dapat memahami lebih banyak konteks dengan benar.

Selain itu, yang keenam adalah jelaskan bagaimana algoritma media sosial bekerja. Jelaskan juga mengenai opsi seperti mematikan pemutaran otomatis atau menetapkan batasan untuk menyaring konten ekstrem.

Terakhir, rencanakan dan ajaklah anak untuk menghadiri suatu acara atau sekadar bertamasya tanpa teknologi untuk mematahkan kebiasaan dan memberikan penyegaran kepada anak.

 

 

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.