Sukses

Jelang Pemilu 2024, Menjangkau Audiens yang Lebih Luas Jadi PR CekFakta.com

Menjelang Pemilu 2024 mendatang, aliansi CekFakta.com menggelar webinar bertema “Memperkuat Kolaborasi CekFakta.com Jelang Pemilu 2024”.  

Liputan6.com, Jakarta -- Menjelang Pemilu 2024 mendatang, aliansi CekFakta.com menggelar webinar atau diskusi publik dengan tema “Memperkuat Kolaborasi CekFakta.com Jelang Pemilu 2024”. Acara ini digelar Rabu (20/7).

Inti pembahasan dari webinar ini adalah membicarakan tentang persiapan menghadapi tahun politik, sekaligus memperkuat kembali kolaborasi di CekFakta.com. Kegiatan live fact checking yang mereka gelar pada Pemilu 2019 lalu, jadi salah satu acuannya.

Dalam webinar yang dimoderatori Elin Yunita Kristanti, Wapemred Liputan6.com ini, Heru Margianto dari Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) menyampaikan, ada beberapa tantangan yang akan dihadapi media menjelang Pemilu 2024.

Mulai dari adanya kecenderungan masyarakat menghindari berita, tingkat literasi digital masyarakat Indonesia yang masih di level sedang, sampai data yang menyebutkan bahwa media sosial kini menjadi sumber informasi utama.

“Kalau dikecurutkan, tantangan media di Pilpres nanti adalah bagaimana mendistribusikan kerja cek fakta kita agar bisa menjangkau audiens yang lebih luas. Sebab, tidak cukup kalau hanya diunggah di website media dan CekFakta.com saja,” ujar Heru.

“PR”-nya adalah kata Heru, bagaimana mendistribusikan hasil-hasil kerja cek fakta bisa secara luas kepada sebanyak mungkin audiens yang berkerumun di media sosial.  

“Sekarang bagaimana kita merumuskan langkah-langkah kolaborasi yang pendekatannya lebih kepada bagaimana kita mendiseminasikan hasil kerja cek fakta kita untuk sampai kepada audiens yang lebih luas yang sudah meninggalkan website, berkerumun di media sosial, dan lelah dengan berita-berita yang ada,” Heru menjelaskan.

Sementara perwakilan dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Ika Ningtyas menyebut  ada perkembangan kompleks dibanding tahun 2019 yang akan dihadapi jurnalis Indonesia. Maka itu, media-media yang bergabung dalam kolaborasi cek fakta ini sudah memperkuat ancang-ancang untuk menghadapi tahun politik.

Ika juga menyebut, bagaimana cara menjangkau audiens yang luas juga sudah sering menjadi bahan diskusi di internal jaringan CekFakta.com.

Tapi, kata Ika, ada juga muncul beberapa masalah yang mereka hadapi, salah satunya adalah kekurangan pemeriksa fakta. Hal ini dikarenakan media anggota yang bergabung masih terpusat di Jakarta.

“Bagaimana upayanya kita bisa menjangkau lebih banyak media di tingkat lokal dan penting juga untuk menjawab bagaimana mereka yang berada di daerah-daerah remote yang terkendala masalah jaringan,” ujar Ika.

Soal literasi digital yang rendah, kata Ika, juga menjadi concern CekFakta.com. Maka itu, literasi harus terus ditingkatkan. “Jika literasi digitalnya membaik, saya kira apapun media sosial dan platformnya, masyarakat akan lebih literated dalam mengonsumsi informasi,” ujarnya.

Persiapan MAFINDO

Ika juga menyebut, pihaknya juga sudah mengatur tentang keamanan pemeriksa fakta menjelang Pilpres 2024 mendatang, dikarenakan pemeriksa fakta bekerja untuk kepentingan masyarakat sehingga ada beberapa jaringan yang tergabung untuk mengadvokasi.

Termasuk juga soal keberatan terhadap hasil kerja cek fakta yang dilakukan. “Jika ada keberatan atau keliruan yang dilakukan pemeriksa fakta, masyarakat bisa mengajukan keberatan langsung,” ujarnya.

Aribowo Sasmito yang turut hadir sebagai perwakilan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO), juga menyampaikan persiapan pihaknya dalam perkuatan pemeriksa fakta independen untuk menghadapi arus informasi di tahun politik mendatang.

Walaupun tidak ada program spesifik, Aribowo mengungkapkan pihaknya masih dalam pengarapan program yang akan berkolaborasi dengan Google News Initiative. Termasuk pelatihan-pelatihan pemeriksa fakta.

Namun, Ari menekankan, pemikiran kritis dari masyarakat bisa membantu pemeriksa fakta, walaupun saat pandemi masih banyak masyarakat yang belum bisa berpikir kritis menghadapi informasi yang beredar.

“Setidaknya dengan berpikir kritis, kita bisa menjadi pemeriksa fakta untuk diri sendiri dan untuk orang sekitar kita, seperti keluarga dan kerabat,” ujarnya.

Ari menjelaskan, saat ini banyak sekali alat pendukung untuk membantu kita melakukan cek fakta mandiri. Tapi, hal ini harus diimbangi dengan kemauan untuk mecari tahu lebih informasi yang didapatkan terutama dalam zona platform yang menjadi sarang penyebaran hoaks.

Hinggis Leonanda

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.