Sukses

Mafindo: Video Anji Bersama Hadi Pranoto Beri Rasa Aman yang Palsu

Video viral berisi klaim Hadi Pranoto, seorang profesor menemukan obat penyembuh covid-19 menimbulkan kegaduhan publik.

Liputan6.com, Jakarta - Video yang ditayangkan penyanyi Anji tentang Hadi Pranoto yang mengklaim sebagai profesor dan penemu herbal covid-19 menjadi viral. Masyarkat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) menyebut video tersebut sudah menganggu penanganan covid-19.

Video viral berisi klaim Hadi Pranoto, yang mengaku seorang profesor menemukan obat penyembuh covid-19 menimbulkan kegaduhan publik. Video tersebut dinilai mengandung informasi sesat oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Namun video itu sudah ditonton oleh ratusan ribu orang dalam waktu singkat. Peristiwa ini menambah deretan informasi bohong, yang oleh WHO disebut sebagai infodemi. Infodemimewarnai publik Indonesia selama pandemi.

"Infodemi berdampak buruk bagi masyarakat, mengganggu upaya penanganan pandemi. Butuh keseriusan bersama untuk menangkalnya,” kata Ketua Presidium Mafindo Septiaji Eko Nugroho, seperti tercantum dalam siaran pers yang diterima Liputan6.com.

Berbagai hoaks dan teori konspirasi, menurut Septiaji, sangat merugikan banyak pihak. Seperti teori konspirasi rumah sakit dan dokter meng-covid-19-kan pasien sebagai lahan bisnis. Sehingga terjadi beberapa insiden penarikan jenazah paksa, hingga intimidasi tenaga medis di beberapa daerah. 

Video Anji bersama Hadi Pranoto yang disebut sebagai profesor pencipta obat covid-19 adalah salah satu konten berisi klaim meragukan hingga disebut Mafindo sesat.

"Ini (video Anji dengan Hadi Pranoto) bisa membahayakan publik dan memberi rasa aman yang palsu, dan dapat berbalik menjadi kelengahan masyarakat akan bahaya penyebarannya," ujar Septiaji.

"Masyarakat yang termakan informasi tersebut bisa kemudian menolak protokol pencegahan dan pengobatan yang dibuat oleh pemerintah. Mereka memilih obat alternatif yang ditawarkan dalam video itu (video Anji dengan Hadi Pranoto)," kata Septiaji menambahkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

12 Klaim Sesat

Mafindo mencatat ada 12 klaim sesat dan membahayakan publik dalam video wawancara Anji dengan Hadi Pranoto. Di antaranya terkait klaim obat buatannya sudah menyembuhkan ribuanorang dengan dua atau tiga hari pemakaian. Ada juga klaim bahwa vaksin justru merusak organ tubuh.

"Klaim lainnya masker tidak bisa mencegah penularan COVID19. Berbagai klaim tersebutsangat berbahaya bagi publik, sehingga kami mendukung PB IDI yang meminta kepolisian turuntangan."

Baik Kemendikbud maupun IDI menyatakan keraguan atas titel profesor bagi Hadi Pranoto. Namun berbagai klaimnya telanjur viral karena dimuat di kanal Youtube Anji dengan subscriber 3.6 jutaorang.

"Sangat disayangkan sebuah kanal digital dengan jangkauan yang besar namun ikutmenyebarkan informasi yang berpotensi membahayakan masyarakat. Di tengah keprihatinan karena kasus positif COVID19 yang terus naik di Indonesia, seharusnya seorang figur publik memberikan teladan dengan berbagi informasi benar. Mengajak masyarakat mengikuti protokol kesehatan, bukan malah ikut menyebarkan informasi yang menyesatkan,” sambung Septiaji.

Sejak akhir Januari hingga awal Agustus 2020 ini Mafindo, mencatat 544 hoaks covid-19. "Bahkan hingga teori konspirasi terkait agama. Seperti bahwa covid-19 adalah sebuah cara untukmenghancurkan umat agama tertentu dengan membuat umatnya tidak kembali ke sekolah danmendapatkan pendidikan agama."

Isu hoaks dan teori konspirasi di seputar vaksin juga berpotensi membuat masyarakat menolak program vaksinasi jika nanti vaksin sudah tersedia. Dikhawatirkan hoaks juga berperan menurunkan tingkat kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan.

 

3 dari 4 halaman

Serius Tangkal Hoaks

Melihat dampak kerusakan yang ditimbulkan dari maraknya infodemi, dibutuhkan keseriusan bersama untuk mengatasinya. Presidium Mafindo, Anita Wahid mengatakan, video Anji dengan Hadi Pranoto menimbulkan kesimpangsiuran di masyarakat yang sedang berjuang di tengah pandemi virus corona covid-19.

"Pemerintah perlu lebih banyak mendengar opini masyarakat yang banyak muncul di media sosial, dan meresponsnya secara proaktif dengan cepat dan akurat. Publik juga membutuhkan kepastian informasi terkait kebijakan yang dikomunikasikan dengan konsisten. Kesimpangsiuran informasi akan membuat tingkat kepercayaan publik kepada pemerintah menurun. Biisa juga menjadi pintu masuk kabar bohong."

Publik, lanjut Anita, juga perlu berhati-hati dalam menerima informasi, terutama yang terkait dengan berbagai tuduhan konspirasi di balik pandemi covid-19.

"Teori-teori ini memanfaatkan keresahan masyarakat akan kondisi yang serba tidak pasti untuk keuntungan pribadi. Baik keuntungan finansial, ketenaran, ideologi, ataupun keuntungan lain. Teori seperti ini biasanya menggunakan komponen-komponen informasi yang sulit diverifikasi kebenarannya oleh masyarakat umum. Sehingga mudah memperdaya masyarakat. Oleh karenanya, masyarakat perlu bersikap kritisterhadap informasi. Perlu juga mengeceknya melalui kanal-kanal dan sumber berita yangterpercaya."

Sebagai negara dengan masyarakat hierarkis, lanjut Anita, tokoh masyakarat dan tokoh agama harus dirangkul untuk memberikan keteladanan bagaimana seharusnya masyarakat memilah informasi. Publik juga bisa berpartisipasi untuk ikut mengawasi informasi di sekitar lingkungannya dalam bentuk siskamling digital. Caranya ikut melaporkan konten yang dinilai meresahkan kepada pengelola platform maupun aparatur negara.

Keseriusan dan gotong royong antara pemerintah, elemen masyarakat dan media massa adalah hal yang sangat penting untuk meredam infodemi. Dengan demikian upaya penanganan pandemi covid-19 bisa menjadi lebih baik.

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini