Sukses

Sejarah dan Evolusi 22 Bola Piala Dunia dari Masa ke Masa, Part 2

Yuk lihat evolusi dari 22 buah bola yang di desain khusus untuk pertandingan terpopuler, Piala Dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Piala Dunia telah tumbuh pesat menjadi turnamen yang dinantikan seluruh penggemarnya dari berbagai belahan dunia. Tak sedikit penonton yang hanya perduli akan pertandingannya saja, tanpa tertarik untuk mengetahui serba serbi yang ada, salah satunya bola.

Tanpa bola, mungkin pertandingan ini terlihat seperti kerumunan orang yang sedang berlarian di tengah lapangan hijau. Tanpa bola, namanya mungkin akan berubah pula menjadi sepak udara. Itu mungkin, tapi tentu saja tidak.

Pada hakikatnya, bola dalam pertandingan sepak bola sangatlah penting. Jika mau ditelaah lebih dalam, bola yang dipakai saat Piala Dunia pun telah melakukan banyak evolusi hingga saat ini.

Ada 22 buah bola yang di desain khusus untuk pertandingan Piala Dunia. Mereka telah melalui banyak perubahan dan tranformasi dari segi desain, teknologi, hingga akurasi yang semakin akurat.

Mulai dari Piala Dunia pertama berlangsung di Uruguay pada 1930. Kemudian masuk dimana era Adidas memperkenalkan bola Telstar klasik pada Piala Dunia 1970 Meksiko, hingga bola Al-Rihla yang dipersembahkan untuk Piala Dunia 2022 di Qatar. 

Mengutip dari ESPN.com, inilah 22 evolusi bola dalam turnamen Piala Dunia, dari era yang lebih sederhana hingga profesionalisme ultramodern yang tentunya para penggemar sepak bola perlu ketahui.

Apa saja? Ini dia ulasan lengkap bagian kedua.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 9 halaman

1. (Adidas Telstar) Piala Dunia 1970, Meksiko

Revolusi sesungguhnya terjadi pada 1970, dimana brand kenamaan Adidas mengambil alih pangsa pasar turnamen Piala Dunia sebagai produsen bola. Tak hanya itu, 1970 juga menjadi Piala Dunia pertama yang berwarna dalam sejarah.

Sebab, tahun tersebut telah diluncurkan satelit komunikasi bernama Telstar 1 yang mampu menyiarkan tayangan dengan format berwarna.

Bola Telstar pun diambil dari sama satelit yang resmi dibangun pada 1962, yang kala itu memberi dampak perubahan begitu luas pada kehidupan manusia, tak terkecuali turnamen Piala Dunia.

Telstar merupakan akronim dari kata Television dan Star. Bola ini memiliki 32 panel yang terdiri dari 12 panel berbentuk pentagonal berwarna hitam dan 20 panel berbentuk hexagonal berwarna putih.

Perubahan besar yang terjadi membuat Piala Dunia 1970 ikut memberikan andil dalam meningkatkan popularitas sepak bola, khususnya Piala Dunia sebagai kompetisi paling bergengsi.

3 dari 9 halaman

2. (Telstar Durlast) Piala Dunia 1974, Jerman Barat

Telstar Durlast pada dasarnya memiliki desain yang sama dengan Telstar asli 1970. Tetapi, Durlast lebih menampilkan lapisan poliuretan tipis di atas panel kulit yang meningkatkan ketahannya terhadap genangan air dan abrasi.

Turnamen ini merupakan kemenangan kandang bagi Adidas dan tim Jerman Barat, yang pada saat itu dapat menganggat trofi setelah mengalahkan Belanda, tim asuhan Johan Cruyff di final Piala Dunia FIFA.

3. (Tango) Piala Dunia 1978, Argentina

Adidas Tango menjadi bola sepak paling ikonik sepanjang sejarah. Tango 78 terdiri dari 20 panel jahitan tangan heksagonal yang dilapisi membrane plastik tipis ‘Durlast’ untuk membantu menjaga dari genangan air.

Meski hanya perubahan kecil pada desain, Adidas berhasil melahirkan mahakarya yang mengikuti zaman moderenisasi. Pada desainnya, Tango memiliki tanda segitiga pada setiap panel untuk menciptakan ilusi lingkaran putih di seluruh permukaan.

Pola ini sangat membantu pemain untuk melacak perputaran bola di udara dengan lebih mudah.

4 dari 9 halaman

4. (Tango Espana) Piala Dunia 1982, Spanyol

Begitu populernya desain Tango sehingga bertahan sampai pertandingan Piala Dunia 1982 di Spanyol dan Kejuaraan Eropa serta Olimpiade 1988. Tango edisi Espana hanya menerima perubahan kosmetik yang sangat kecil, yaitu penambahan jahitan karet untuk meningkatkan ketahanan bola terhadap air.

Espana merupakan bola kulit terakhir yang digunakan di turnamen Piala Dunia sebelum era sintetis muncul kepermukaan.

5. (Azteca) Piala Dunia 1986, Meksiko

Meskipun menyerupai Tango dengan 32 panel yang dijahit tangan, Azteca diproduksi menggunakan bahan 100% sintetis dengan desain segitiga pada panel yang menampilkan detil rumit. Hasil desain bola ini terinspirasi dari lukisan dinding dan budaya Aztec.

5 dari 9 halaman

6. (Etrusco Unico) Piala Dunia 1990, Italia

Sama seperti Azteca, desain bola Etrusco Unico terinspirasi dari budaya kuno negara tuan rumah Piala Dunia. Alih-alih seni Azteca, Etrusco Unico mengambil pola 20 triad segitiga dengan penggambaran kepala singa yang dapat ditemukan dalam karya patung, perhiasan, seni rupa, dan arsitektur Etruscan.

Etrusco Unico menjadi bola Piala Dunia pertama yang menampilkan lapisan internal busa poliuretan hitam di bawah cangkang luar. Ini untuk memberikan perlindungan lebih lanjut terjadap genangan air dan untuk meningkatkan daya tahan serta kualitas pantulan.

7. (Questra) Piala Dunia 1994, Amerika Serikat

Questra pada dasarnya adalah bola yang dikloning dan diadaptasi kembali dari bola Tango yang cukup sukses pada Piala Dunia 1978-1982. Secara visual, Questra sangat mirip dengan tiga bola pertandingan Piala Dunia sebelumnya.

Questra menampilkan desain panel pentagonal yang digunakan pada Azteca dan Estruco Unico. Bedanya, ide bola Questra diangkat melalui keajaiban eksplorasi ruang angkasa.

Selain itu, Questra memiliki berat yang lebih ringan daripada bola Piala Dunia di masa lampau. Ini membuat para pemain penyerang memuji kemampuannya untuk membelok    dan melengkungkan tembakan ke gawang.

6 dari 9 halaman

8. (Tricolore) Piala Dunia 1998, Prancis

Tricolore menjadi bola warna-warni pertama yang digunakan dalam turnamen Piala Dunia, dengan palet monokrom tradisional yang diperbarui untuk mencerminkan warna tradisional negara tuan rumah, yakni merah, putih, dan biru.

Tricolore juga merupakan bola pertandingan Piala Dunia terakhir yang menampilkan estetika Tango yang sekarang menjadi ikon saat Adidas mulai bereksperimen dengan teknik manufaktur baru melalui jalur warna yang lebih berani.

9. (Fevernova) Piala Dunia 2002, Jepang

Desain bola Fevernova ini menjelaskan bahwa Adidas mulai melepas diri dari desain Tango tradisional yang mendukung grafis offset radikal dari budaya Asia, yaitu bentuk emas bercabang tiga (terinspirasi oleh simbol ‘tomoe’ Jepang).

Meski dibuat menggunakan 11 lapisan berbeda, Fevernova dianggap terlalu ringan sehingga pemain tidak mampu memprediksi arah bola tersebut. Bola ini juga mendapat kritik pedas lainnya, seperti penggunaan bahan dasar yang mungkin kurang perhitungan.

Sebagian besar kesalahan disebabkan oleh busa sintetis yang digunakan sebagai bantalan di dalam bagian luar poliuretan yang kenyal, ini membuat bola Fevernova terasa jauh lebih ringan dan mengurangi akurasi tembakan pemain.

7 dari 9 halaman

10. (Teamgeist dan Teamgeist Berlin) Piala Dunia 2006, Jerman

Piala Dunia 2006 di Jerman adalah turnamen pertama yang menampilkan desain alterniatif kedua dari bola resmi pertandingan yang diproduksi khusus untuk   digunakan selama tahap akhir kompetisi.

Teamgeist standar yang berarti semangat tim memiliki warna dasar putih dengan pita hitam berbentuk oval. Bola ini menggunakan 14 panel sintetis yang direkatkan secara termal untuk membuat pola yang lebih bulat, lebih presisi, dan hampir seluruhnya tahan air.

Sedangkan Teamgeist Berlin adalah versi emas yang secara khusus diproduksi untuk final di Berlin. Namun, karena memiliki jahitan yang lebih sedikit, membuat bola Teamgeist Berlin memiliki kekurangan pada hambatan udara hingga beberapa pemain terkemuka mengeluhkan tentang pergerakan bola di udara yang terasa lebih cepat.

11. (Jabulani dan Jo’bulani), Piala Dunia 2010, Afrika Selatan

Jabulani ataupun Jo’bulani dikenang sebagai salah satu bola pertandingan Piala Dunia yang paling merepotkan sepanjang masa.

Nama Jabulani diambil dari terjemahan frasa Zulu yang berarti berbahagialah. Ia terbuat dari delapan panel cetakan dengan permukaan yang bertekstur lekukan tipis dalam upaya meningkatkan aerodinamis.

Namun, setelah pertandingan pembukaan kompetisi dirusak dengan kesalahan penanganan, beberapa penjaga gawang termasuk Gianluigi Buffon dan Julio Cesar mengungkapkan kekhawatiran mereka atas bola yang tidak dapat diprediksi.

8 dari 9 halaman

12. (Brazuca dan Brazuca Rio) Piala Dunia 2014, Brasil

Brazuca ataupun Bazuca Rio menjadi bola Piala Dunia pertama yang diberi nama berdasarkan pemungutan suara publik. Brazuca dibuat dari enam panel poliuretan yang diikat dan dihias dengan grafik yang hidup. Bola ini terinspirasi ileh pita Bahia, yaitu gelang keberuntungan tradisional Brasil yang terbuat dari benang warna-warni.

Tak seperti bola Jabulani yang dianggap gagal, Barzuca mampu menghindari jebakan tersebut setelah menjalani dua tahun pengujian ketat sebelum turnamen berlangsung. Sekali lagi, versi khusus pun diproduksi untuk grand final di Rio de Janeiro.

Brazuca standar memiliki kilasan warna hijau, merah, dan biru, sedangkan Brazuca Rio berganti warna menjadi hijau, emas, dan hitam.

13. (Telstar 18 dan Telstar 18 Mechta) Piala Dunia 2018, Rusia

Seolah mengingat kembali masa awal kejayaan Telstar tahun 1970, Adidas memperbarui desain Telstar klasik mereka untuk digunakan di Rusia. Alih-alih menggunakan 32 panel yang dijahit dengan tangan, Telstar 18 dimodernisasi hanya dengan enam panel yang terikat secara termal untuk menciptakan permukaan yang lebih bulat, lebih halus, dan lebih konsisten.

Seperti teradisi sebelumnya, desain alternatif pun dibuat untuk fase knockout dengan Telstar 18 Mechta, dalam bahasa Rusia berarti ambisi.

Satu-satunya perbedaan antara Telstar 18 dan Telastar 18 Mechta adalah bitnik-bintik merah pada cangkang desain permukaan bola.

9 dari 9 halaman

14. Al Rihla) Piala Dunia 2022, Qatar

Al Rihla adalah nama terjemahan dari bahasa Arab ke bahasa Inggris, berarti perjalanan. Bola ini memiliki desain 20 panel yang menurut Adidas terinspirasi oleh arsitektur, seni, dan bendera nasional negara tuan rumah, Qatar.

Untuk mengurangi hambatan udara, bola dibuat tampak benar-benar mulus dengan bentuk panel yang diikat secara termal serta perpaduan beberapa teknologi canggih lainnya. Al Rihla terinspirasi oleh kappa Dhow yang terkenal sebagai lambang negara Teluk.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.