Sukses

Nugroho Setiawan, Ahli Keamanan Berlisensi FIFA yang Pernah Tangani Kedatangan MU hingga Invasi Suporter Timnas di GBK

Nama Nugroho Setiawan mencuat di tengah-tengah bergulirnya penyelidikan terhadap tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 125 orang. Siapa dia?

Liputan6.com, Jakarta Nama Nugroho Setiawan mencuat di tengah-tengah bergulirnya penyelidikan terhadap tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 125 orang. Sosoknya mencuri perhatian setelah ditinjuk sebagai salah satu anggota tim Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF). 

Seperti diketahui, tim ini dibentuk oleh pemerintah di bawah kendali Menko Polhukam, Mahfud Md untuk menyelidiki tragedi Kanjuruhan. Selain sosok Nugroho, tim ini juga bakal dihuni oleh mantan striker timnas Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto. 

Nugroho sebenarnya bukan wajah baru dalam sepak bola Indonesia. Pria asal Yogyakarta itu sempat bekerja sebagai kepala departemen infrastruktur, keamanan, dan keselamatan PSSI. Pria yang memegang lisensi FIFA Security Officer itu juga beberapa kali ambil bagian dalam proses pengamanan pertandingan-pertandingan penting, termasuk pertemuan timnas Indonesia Vs Oman, 6 Januari 2010 lalu.

Duel kualifikasi Piala Asia 2011 ini mencuri perhatian setelah salah seorang pendukung timnas, Hendri Mulyadi turun ke lapangan. Dia meluapkan kekesalannya terhadap timnas Indonesia yang tampil melempem dengan menggiring bola ke arah gawang Oman. 

Aksi ini coba dihentikan oleh pelatih timnas Indonesia, Benny Dolo. Namun Hendri tetap berlari hingga ke gawang lawan.  

Nugroho bertugas pada laga yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, tersebut. Dia juga ikut berlari untuk mengamankan Hendri. 

Tidak ada tindakan represif yang dilakukan. Setelah tertangkap, Hendri segera dibawa ke salah satu ruangan di GBK. Meski timnas akhirnya kalah dengan skor 1-2, kericuhan yang lebih besar tidak terjadi dan penonton bisa pulang dengan selamat.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bom JW Marriot dan Ritz Carlton

Sosok Nugroho sebelumnya juga kerap terlihat di lingkungan PSSI jelang pertemuan Indonesia All Star dengan Manchester United atau MU pada 2009 lalu. Saat itu, Nugroho ikut mengamankan pendistribusian tiket untuk pertandingan yang sejatinya berlangsung di GBK itu.

Sayang, laga ini batal digelar. Bom yang meledak di JW Marriot dan Ritz Carlton pada 17 Juli atau tiga hari sebelum laga membuat MU batal ke Indonesia. MU yang masih ditangani Sir Alex Ferguson memilih bertahan di Malaysia dan menggelar dua uji coba di sana. 

 

3 dari 4 halaman

Karier Nugroho Setiawan

Dikutip dari situs resmi PSSI, debutnya Nugroho di dunia keamanan sepak bola terjadi kala ia dipercaya menjadi 'security officer' Pelita Jaya tahun 2008. Saat itu, Pelita Jaya jadi satu-satunya klub di Liga Super Indonesia yang resmi memiliki ‘security officer’.

Setelah satu tahun di Pelita Jaya, Nugroho kemudian bergabung dengan pengelola kompetisi liga sebagai konsultan. Ia biasanya dilibatkan dalam pertandingan seremonial dan pertandingan berstatus resiko tinggi, seperti duel Arema vs Persebay atau Persija vs Persib. 

Di samping sepak bola, Nugroho saat ini merupakan konsultan ahli di bidang manajemen pengamanan di PLN, Sucofindo, dan perusahaan-perusahaan penyedia jasa keamanan. Selain itu ia juga jadi pengajar sertifikasi untuk manajer keamanan.

Selain Nugroho, Indonesia juga memiliki dua Security Officer lagi yang diakui FIFA dan AFC. Mereka adalah Timmy Setiawan dan Ashar Suryobroto. Namun yang masih aktif di sepak bola hanya Nugroho.

4 dari 4 halaman

Jebolan Bahasa Rusia

Sebelumnya, Nugroho tak pernah berpikir akan fokus menekuni karier di dunia pengelolaan keamanan sepak bola. Jebolan Sastra Rusia Universitas Indonesia ini sebenarnya lebih suka dengan bidang seni gambar, dan punya cita-cita jadi seniman.

Namun, ia tidak pernah menyesalkan langkah yang diambilnya. Hobinya tersebut malah erat hubungannya dan berguna dalam pekerjaannya saat ini. Salah satunya dalam hal membuat ‘grand design’ pencanaan keamanan.

"Saya nilai pekerjaan saya saat ini adalah bagian dari seni. Tak ada yang impulsif, semua harus based on plan bagaimana memetakan petugas internal kita, pintu masuk penonton, titik keramaian penonton, hingga titik penjagaan pihak kepolisian. Itu seninya," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.