Sukses

Aplikasi Pengetahuan Doping Bantu Pelaku Olahraga Kenali Zat dan Obat Terlarang

Aplikasi ini mengupayakan pencegahan doping agar olahragawan lebih selektif dalam mengkonsumsi obat, makanan dan minuman.

Liputan6.com, Jakarta Persoalan doping di dunia olahraga Indonesia kembali mengemuka. Pemicunya adalah momen pengibaran bendera di ajang Piala Thomas.

Saat itu, bendera Merah Putih tidak bisa dikibarkan dalam upacara penyerahan trofi. Gantinya panitia mengibarkan bendera Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) sebagai representasi Tim Thomas Indonesia.

Penyebab utamanya adalah karena Indonesia terkena sanksi dari WADA (Badan Antidoping Dunia). Badan ini menilai Lembaga Anti-Doping Indonesia (LADI), yang merupakan pelaksana program antidoping di Indonesia gagal memenuhi target jumlah tes doping tahunan. Padahal, tugas LADI sendiri salah satunya memastikan Indonesia memenuhi semua regulasi anti-doping dunia.

Ditarik ke belakang, olahraga Indonesia memang pernah mengalami darurat doping. Kondisi itu terjadi pasca beberapa atlet terbukti menggunakan obat terlarang.

Karenanya, sangat beralasan jika mantan perenang nasional, Indra Gunawan, menyebut perlu ada edukasi soal doping di Indonesia. Sebab, banyak atlet yang kurang memahami jenis-jenis doping atau zat-zat yang dilarang di dunia olahraga saat ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kurang Pemahaman

Sekadar catatan, RG Biomekanika dan Teknologi Olahraga pernah melakukan survei kepada atlet dan pelatih difabel dengan jumlah 24 atlet dan 10 pelatih yang akan berlaga di ASEAN Para Games di Philipina di tahun 2020.

Data menunjukan pelatih dan atlet memiliki pemahaman yang kurang yaitu 49,5% sampai 50,15%. Dari hasil wawancara tentang indikator pendidikan atau sosialisasi anti doping, sebagian besar atlet mengaku sosialisasi anti doping jarang dilakukan.

3 dari 4 halaman

Zat dan Jenis Obat

Terkait dengan masalah itu, mengutip dari laman Universitas Sebelas Maret (UNS), seorang dosen Fakultas Keolahragaan (FKOR) Rumi Iqbal Doewes, S.Pd., M.Or ingin berinovasi dengan membuat aplikasi pengetahuan doping yakni aplikasi RumiDoping.

Aplikasi ini dimaksudkan untuk membantu olahragawan dan pelaku olahraga mengetahui zat dan jenis obat-obatan, metode terlarang yang termasuk dalam doping serta memberikan informasi mengenai TUE (Therapeutic Use Exemption).

Aplikasi ini juga dapat digunakan sebagai akses wawasan dan menjadi salah satu media dalam mengupayakan pencegahan penggunaan doping agar olahragawan dan pelaku olahraga lebih selektif dalam mengkonsumsi obat, makanan dan minuman.

4 dari 4 halaman

Sanksi

Dalam aplikasi tersebut tersedia penjelasan mengenai doping seperti pengertian doping, daftar terlarang, zat doping, metode doping, therapeutic use exemptions, proses kontrol doping, lembaga anti doping, dan sanksi bagi pengguna doping.

Ada juga fitur search yang dapat digunakan sebagai pencocokan kandungan yang terdapat dalam obat, makanan dan minuman yang akan dikonsumsi untuk menginformasikan zat tersebut termasuk kategori doping atau tidak.

Aplikasi RumiDoping memudahkan pelaku olahraga untuk melakukan pencarian zat dan metode yang termasuk dalam doping. Aplikasi tersebut dapat diakses melalui website dan aplikasi bagi pengguna android dapat diinstal di PlayStore

 

Selengkapnya baca di sini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.