Sukses

Dongeng Pahit Arsene Wenger di Arsenal

Arsene Wenger gagal meraih gelar pada musim terakhirnya bersama Arsenal.

Liputan6.com, Jakarta - Lautan manusia pendukung Arsenal berdiri bertepuk tangan di tribun Stadion Emirates, Minggu (6/5/2018). Mengenakan kaus merah bertuliskan 'Merci Arsene', mereka menyambut kedatangan figur spesial yang hendak mengucapkan selamat tinggal.

Di pinggir lapangan, pemain Arsenal dan Burnley berbaris melakukan serupa. Sampai sosok yang dinanti tiba.

Arsene Wenger memimpin The Gunners laga kandang pamungkas Liga Inggris musim ini. Selebrasi itu terasa layak bagi seseorang yang mendedikasikan hampir 22 tahun dalam hidupnya untuk klub.

Suporter pun bersatu, setelah pada beberapa tahun belakangan terbelah mengenai keberadaan Le Professeur, memberikan penghormatan terakhir.

Arsenal menandai momen tersebut dengan kemenangan 5-0. Pierre-Emerick Aubameyang, pembelian teranyar dan termahal Wenger, menjadi bintang dengan dua kali merobek gawang tim tamu. Sementara Alexandre Lacazette, Sead Kolasinac, dan Alex Iwobi masing-masing mencetak satu gol.

Seluruh gol tercipta menggunakan cara Arsenal, yakni gaya bermain atraktif yang diterapkan Wenger sejak tiba di London Utara pada 22 September 1996 dari klubJepang, Nagoya Grampus Eight. "Ini hari sedih. Semua cerita harus selesai. Saya beruntung bisa bertahan selama ini di klub sebesar Arsenal," kata Wenger, dilansir Guardian.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Terasa Hambar

Toh nada hambar tetap terdengar di balik selebrasi tersebut. Thierry Henry, bintang utama dalam tim emas Arsenal era Wenger, tidak terlihat. Kini berprofesi sebagai Sky Sports, Henry memilih mendatangi Stadion Etihad untuk laga Manchester City melawan Huddersfield Town.

Beberapa hari sebelumnya, harapan Wenger menutup petualangan di Arsenal ibarat dongeng juga tidak jadi terwujud. Dia harus menerima kenyataan pahit gagal mempersembahkan gelar sebagai kado perpisahan.

Asa memenangkan Liga Europa, trofi pertamanya bagi The Gunners di pentas internasional, kandas setelah The Gunners dibekuk Atletico Madrid 0-1 pada leg kedua semifinal Liga di Wanda Metropolitano, Kamis (3/5/2018) atau Jumat (4/5/2018) WIB. Hasil itu membuat The Gunners kalah agregat 1-2.

Arsenal sebelumnya dipastikan gagal mempertahankan Piala FA karena dibekuk Nottingham Forest 2-4 pada babak ketiga. Usai berjuang keras menembus final Piala Liga Inggris, Mesut Ozil dan kawan-kawan kemudian menyerah 0-3 di hadapan Manchester City.

Sedangkan kampanye di Liga Inggris sangat mengecewakan. Arsenal tidak mampu bersaing dan tertinggal 34 poin di belakang sang juara Manchester City. Terlempar dari empat besar, mereka dipastikan kembali tidak mengikuti Liga Champions.

Padahal, Arsenal memiliki rekor partisipasi Liga Champions terpanjang di antara klub Inggris dengan ambil bagian 19 musim berturut-turut.

3 dari 4 halaman

Butuh Perubahan

Performa di Wanda Metropolitano menunjukkan mengapa Arsenal butuh perubahan. Membutuhkan setidaknya satu gol, mereka jarang mengancam pertahanan tuan rumah. Total The Gunners hanya melepas enam tembakan, dan hanya satu yang mengarah tepat ke gawang Jan Oblak.

"Seperti pemain, saya frustrasi. Saya sangat sedih meninggalkan klub dalam situasi seperti ini. Sepak bola kadang menawarkan kegembiraan. Tapi olahraga ini juga bisa begitu kejam," keluh Wenger.

Ironis karena arsenal asuhan Wenger tidak melulu seperti ini. Mereka pernah memiliki tim yang menguasai Liga Inggris tanpa terkalahkan. Didukung pemain berkarakter kuat seperti Henry, Patrick Vieira, Martin Keown, atau Dennis Bergkamp, The Gunners merupakan penantang utama dominasi Manchester United (MU).

Mereka sukses menghentikan laju MU dan merebut tiga titel Liga Inggris, tepatnya musim 1997/1998, 2001/2002, dan 2003/2004.

Namun, status tersebut terkikis. Arsenal kini dikenal sebagai batu loncat ke lokasi lebih baik. Tidak mampu mempertahankan bintang, mereka bahkan tidak segan menjual pemain ke rival.

Emmanuel Adebayor, Kolo Toure, Gael Clichy, dan Samir Nasri dilepas ke Manchester City. Sementara Robin van Persie dilego ke MU. Musim ini, giliran Alexis Sanchez (MU), Alex Oxlade-Chamberlain (Liverpool), dan Olivier Giroud (Chelsea) yang pergi.

4 dari 4 halaman

Masa Depan Arsenal

Penurunan kinerja Arsenal merupakan konsekuensi negatif visi Wenger. Keputusan membangun stadion baru pada 2004 membatasi pergerakannya di pasar transfer. Sedangkan pemain senior tidak diberi kontrak jangka panjang karena nilai ekonomisnya menurun. Memikirkan karier masing-masing, tulang punggung tim seperti Vieira, Henry, Robert Pires, atau Gilberto Silva memutuskan hengkang ketika memasuki kepala tiga.

Sebagai gantinya Wenger merekrut talenta muda semacam Cesc Fabregas. Walau berbakat, Fabregas dan talenta lainnya membutuhkan waktu untuk berkembang.

Muncul keresahan suporter pada periode tersebut. Sebab, mereka terbiasa menyaksikan tim kesayangan memperebutkan gelar. Tapi Arsenal belakangan sekedar memburu tiket Liga Champions. Sampai akhirnya muncul anggapan capaian itu sudah menjadi trofi.

Patut disesalkan jika kebersamaan Wenger di Arsenal dikenang karena kondisi teranyar. Bagaimanapun, visi sosok berusia 68 tahun itulah yang membuat The Gunners dalam posisi baik menatap masa depan.

Arsenal kini memiliki pusat latihan kelas satu di Colney, yang dibangun setelah menjual Nicolas Anelka ke Real Madrid tahun 1999. Sementara peningkatan stadion dari Highbury ke Emirates membantu klub meraup pemasukan berkat penjualan tiket, sekaligus menarik bintang papan atas agar mau tampil di sana.

The Gunners juga tidak lagi terbebani biaya pelunasan pembangunan rumah baru. Mereka dapat bersaing demi mendatangkan pemain kelas satu. Ozil, Lacazette, dan teranyar Aubameyang merupakan bekal bagi penggantinya untuk membantu Arsenal kembali bersaing memperebutkan prestasi.

"Manajer baru bisa bekerja maksimal. Saya mewariskan tim yang lebih baik ketimbang penilaian orang pada umumnya. Dengan penambahal ideal, Arsenal bakal kembali terlibat perburuan gelar," ungkap Wenger.

Inilah kisah Wenger di Arsenal. Cerita sosok asing yang dipertanyakan kredibilitasnya ketika baru tiba, ditandai komentar terkenal 'Arsene Who?', dalam memoles klub menjadi salah satu kekuatan di sepak bola modern. Harus dan sudah melewati segala rintangan, kini dia pergi dan berharap peninggalannya tidak disia-siakan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.