Sukses

Panen Medali di Malaysia, Utut: Percasi Masih Butuh Pelatih

Percasi kesulitan mencari pelatih hebat yang ingin ditempatkan di daerah.

Liputan6.com, Jakarta - Tim catur baru saja mengharumkan nama Indonesia di ASEAN Age Group Open 2017 di Kuantan, Malaysia. Tanpa target, Putu Luhur Apngal Kusuma dan kawan-kawan justru mampu membawa pulang delapan medali emas.

Prestasi membanggakan ditorehkan para pecatur yang dikirim Pengurus Pusat (PP) Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) ke Malaysia. Secara keseluruhan, mereka mampu mengumpulkan delapan medali emas, empat perak, dan satu perunggu.

Padahal, Percasi tak berharap lebih dari pengiriman yang mereka lakukan di ajang tersebut. Maklum, mereka hanya ingin sekadar memberikan atlet-atlet muda untuk mengeyam pengalaman di ajang internasional.

Meski hasilnya mengejutkan, masih ada sederet masalah yang dihadapi Percasi dalam rangka perkembangan catur di Indonesia. Hal itu diakui Ketua Umum Percasi, Utut Adianto saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (3/12/2017).

"Kalau kita bandingkan dengan era saya, kuantitas pemain, turnamen, reguler turnamennya, persebaran atletnya, sudah maju. Masalah yang kami adalah adalah kami kurang pelatih yang baik dan mau ditempatkan di daerah," kata Utut yang juga Grandmaster (GM) Indonesia.

"Ini adalah masalah paling mendesak. Kami bisa menciptakan pelatih hebat. Itu memang tanggung jawab Percasi. Namun, masalahnya saat kami akan kirim ke daerah, rata-rata kan tidak mau. Semuanya numpuk di Jakarta," ia menambahkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bantuan Pemerintah

Selain soal pelatih, Utut juga mengungkapkan bahwa Percasi membutuhkan bantuan pemerintah. Bantuan ini tak lain adalah persoalan dana. Meski bukan olahraga mempertontonkan aksi, catur tetap butuh biaya yang tak sedikit.

Sebagian besar dana itu digunakan untuk mengirim atlet-atlet berprestasi ke ajang internasional. Namun, Utut yang telah meraih gelar GM pada usia 21 tahun itu juga menyebut pemerintah telah memberikan bantuan dalam beberapa hal.

"Kita kan setiap tahun mengirim pemain ke luar negeri. Itu kan perlu biaya yang tidak sedikit. Kalau mengirim kami juga tak satu atau dua orang. Tahun depan ada Olimpiade catur yang juga butuh biaya besar," ungkap Utut.

WFM Christine Elisabeth dari DKI Jakarta dengan medali perak yang diraihnya di nomor Catur Standar Girls U-16. (Facebook/Percasi)

 

3 dari 3 halaman

Catur Klasik

Sekadar informasi, tiga medali emas yang didapat di ASEAN Age Group Open 2017 disumbangkan FM Muhammad Agus Kurniawan (Jawa Timur) di nomor Open U-20, Putu Luhur Apngal Kusuma (Bali) di nomor Open U-16 dan Laysa Latifah (DKI Jakarta) di nomor Girls U-12 dari kategori catur klasik.

Sedangkan dua medali perak diraih WFM Christine Elisabeth (DKI Jakarta) di nomor Girls U-16 dan Nayaka Budhidharma (Jawa Timur) di nomor Open U-12. Prestasi mereka semakin sempurna dengan tambahan lima emas, dua perak, dan satu perunggu di nomor pada catur cepat berdurasi 25 menit.

Lima emas disumbangkan Agus Kurniawan (U-20), Rian Maheswara U-18, Putu Luhur U-16, Nayaka Budidarma U-12, dan Diajeng Theresia U-18. Lalu dua perak diberikan Diki Aditya U-14 dan Laysa Latifah U-12, serta satu perak dari Christine Elizabeth U-16.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.