Sukses

3 Jebolan Liga Indonesia yang Ditangkap Akibat Pengaturan Skor

Mantan pemain Persija, Alan Aciar ditangkap karena dugaan pengaturan skor.

Liputan6.com, Jakarta Komisi Anti Korupsi Malaysia (MACC) menangkap tiga pelaku pengaturan skor pada Liga Premier Malaysia. Salah satu di antaranya merupakan pemain asal Argentina, Alan Aciar. 

Penangkapan Alan Aciar secara tidak langsung juga ikut mencoreng sepak bola Malaysia. Pasalnya, pemain berusia 29 tahun itu sempat memperkuat tim Persija Jakarta.

Aciar direkrut Macan Kemayoran menghadapi Liga Super Indonesia (ISL) 2015. Namun saat itu dia batal tampil di liga resmi karena kisruh yang melanda sepak bola Indonesia. Meski demikian, Aciar sempat memperkuat Persija saat tampil di Piala Presiden 2015. 

Skandal pengaturan skor sendiri sebenarnya sudah sering menyeruak di sepak bola Tanah Air. Namun jarang pihak yang terduga terlibat sampai ke jalur hukum. 

Namun kasus Alan Aciar telah menambah panjang jebolan Liga Indonesia yang ditangkap akibat pengaturan skor. Sebelumnya, kasus yang sama juga menimpa pemain Brasil yang sempat malang-melintang di kompetisi sepak bola Tanah Air, Marcio Souza. 

Pemain ini ditangkap di kampung halamannya karena tuduhan yang sama. Dia merupakan kaki tangan bandar judi internasional. Tugasnya mendekati para pemain. Souza ditangkap tanpa perlawanan setelah menjadi target operasi kepolisian di sana. 

Di Tanah Air, penangkapan pelaku pengaturan skor juga sempat terjadi pada tahun 2015. Johan Ibo yang tidak lain merupakan sadara mantan bek timnas, Andri Ibo, ditangkap saat hendak menyuap para pemain Pusmania Borneo FC (PBFC) yang akan menghadapi Persebaya Surabaya pada lanjutan QNB League. Ibo sempat digelandang ke kantor Polrestabes Surabaya, tapi akhirnya dilepaskan beberapa hari kemudian. 

 

Simak kisah ketiga pemain tersebut di halaman berikut. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Alan Aciar

Alan Aciar lahir di Buenos Aires, Argentina, 26 Februari 1988. Karier sepak bola profesionalnya tidak mentereng sama sekali. Dia datang ke Indonesia tahun 2015. 

Saat itu, Aciar direkrut oleh Persija Jakarta untuk tampil di Liga Super Indonesia (ISL) 2015. Namun belum sempat dia merumput, kompetisi ini sudah berhenti akibat konflik yang melibatkan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan pemerintah. 

Akibat kisruh ini, gaji Aciar di Persija sempat tidak dibayar. Namun dia tetap setia dan kembali memperkuat Persija saat Piala Presiden, turnamen yang digelar untuk mengisi kekosongan pada tahun yang sama. Bersama Persija, Aciar hanya tampil 2 kali. 

Awal 2017, Aciar memutuskan pindah ke Malaysia dan bergabung dengan MISC-MIFA, tim yang berlaga di Liga Primer Malaysia--kasta kedua kompetisi Malaysia. Namun bukannya mengukir prestasi, Aciar justru terlibat pengaturan skor.

Dia ditangkap Komisi Anti Korupsi Malaysia (MACC) bersama dua pemain asal Malaysia, 
kiper Mohd Khairul Izzuwan Saari (26 tahun), dan bek S. Harivarman (27 tahun). Ketiga pemain MIFA itu menerima uang dari bandar judi untuk mengatur skor pertandingan. 

Berdasarkan laporan MACC, ketiga pemain itu menerima jumlah uang yang bervariasi. Mulai dari 10 ribu sampai 30 ribu ringgit atau setara Rp 30 juta sampai Rp 90 juta. 

Tiga pemain itu diserahkan ke Pengadilan di Putrajaya. Mereka ditahan selama tujuh hari selama masa pemeriksaan. Tapi, perpanjangan masa penahanan dapat dilakukan bila diperlukan. (Baca: Mantan Bek Persija Ditangkap karena Kasus Match Fixing).

3 dari 4 halaman

Marcio Souza

Souza bukan sosok baru di pentas sepak bola Tanah Air. Pemain dengan nama lengkap Marico Souza da Silva itu masuk ke Indonesia lewat Persela Lamongan. Dia menjadi striker utama Laskar Joko Tingkir sejak 2006-2008. Selama dua musim di Persela, pemain berpostur 182 cm itu tampil sebanyak 66 pertandingan dan mengoleksi 41 gol. 

Marcio Souza sebenarnya tergolong striker tajam. Itu sebabnya, Souza sempat memperkuat tim-tim elite Tanah Air, seperti Arema Indonesia dan Persib Bandung. 

Namun di balik itu, Souza dikenal sebagai pemain tempramental dan provokatif. Bahkan PT Liga Indonesia sebagai pengelola kompetisi di Indonesia sempat memasukannya dalam daftar pemain asing yang tidak direkomendasikan untuk direkrut oleh klub.

Dugaan keterlibatan Souza dalam praktik pengaturan skor sempat merebak saat dia memperkuat Perseman Manokwari. Dia bahkan sempat dikeroyok rekan setimnya gara-gara dituduh menerima suap saat Perseman kalah 2-4 dari Persepar Palangkaraya. Dia dituding menjual laga ke Persepar dengan harga Rp 50 juta. 

Namun saat itu tidak cukup bukti menyeret Souza ke polisi. Sebaliknya, dia bahkan melaporkan ketiga pemain yang telah mengeroyoknya, tapi kasusnya berakhir damai. 

Setelah meninggalkan Perseman, Souza sempat memperkuat klub Malaysia, Trengganu. Sejak itu, namanya juga semakin tenggelam pentas sepak bola Tanah Air.

Tahun lalu, nama Marcio Souza kembali mencuat. Pasalnya dia ditangkap polisi di Sao Paulo, Brasil (6/7/2016). Marcio Souza ditangkap di Belford Roxo, wilayah Rio de Janeiro. Dia merupakan salah satu target operasi (TO) pihak kepolisian Brasil dalam membongkar jaringan pengaturan skor di negaranya.

Seperti dilansir mtagora.com.br, penangkapan Souza merupakan akhir dari penyelidikan selama sembilan bulan. Marcio tidak sendiri. Delapan pelaku lainnya juga ikut ditangkap oleh polisi Brasil. Salah satunya adalah mantan kiper America de Sao Jose do Rio Preto, Carlos Luna. Mereka memiliki peran masing-masing. Carlos Luna bertugas sebagai perekrut penghubung mafia judi sedangkan Souza, penghubung ke pemain dan pelatih.

(Baca: Polisi Brasil Tangkap Mantan Pemain Persib Marcio Souza)

4 dari 4 halaman

Johan Ibo

Musim kompetisi 2015 disebut-sebut sebagai tonggak reformasi sepak bola Indonesia. Pasalnya, pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) tengah gencar-gencarnya membenahi tata kelola sepak bola Indonesia. 

Melalui Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI), Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi, menekan PSSI agar membenahi kompetisi sesuai dengan aturan dan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu, Kemenpora juga raji menyoroti dugaan match fixing yang diduga telah menggerogori sepak bola Indonesia.  

Di tengah situasi inilah Johan Ibo ditangkap. Pemain Persiba Bantul itu digelandang ke Mapolrestabes Surabaya, Rabu (8/4/2015) karena berusaha menyuap pemain PBFC. 

Penangkapan bermula saat Ibo mendatangi hotel tempat pemain PBFC menginap, Hotel Inna Simpang, Jalan Gubernur Suryo, Surabaya. Dia tiba selasa sore, sekitar pukul 16.00 WIB. Pertemuan itu diduga membahas transaksi memenangkan Persebaya. Sayangnya, dua dari tiga pemain menolak melapor ke Manajer Klub, Danri Dauri.

Kemudian, melalui bukti pesan elektronik (SMS) Ibo yang dikirim ke tiga pemain PBFC, pihak klub lalu memancing Ibo dan terus mengintai gerak-geriknya.

Sekitar pukul 21.00 WIB, Ibo datang bersama rekannya, Sila Bamba di lokasi pertemuan. Ibo dan rekannya digerebek pihak manajemen klub serta ditanya soal penyuapan yang hendak dilakukannya. Namun Ibo mengelak. Bahkan Ibo malah menyerang membabi buta beberapa orang dari Pusmania Borneo FC. Sila berhasil kabur, meninggalkan Ibo yang babak belur dihajar pihak klub asal Samarinda itu.

Setelah berhasil mengamankan Ibo, pihak manajemen klub langsung membawanya ke Mapolsek Genteng, untuk kemudian dilimpahkan ke Mapolrestabes Surabaya, Rabu dini hari. Sayang, pihak kepolisian kemudian melepaskan Ibo dengan alasan tidak punya perangkat undang-undang yang bisa menjerat adik mantan bek timnas, Andri Ibo itu.

(Baca berita: Suap QNB League, Johan Ibo Diperiksa di Polrestabes Surabaya)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini