Sukses

Kesenjangan Kemiskinan Kian Lebar Gara-gara Pengemplang Pajak?

Pemerintah menanggapi kekhawatiran Badan Pusat Statistik (BPS) terhadap melebarnya kesenjangan antara orang miskin dan orang kaya.

Pemerintah menanggapi kekhawatiran Badan Pusat Statistik (BPS) terhadap melebarnya kesenjangan antara orang miskin dan orang kaya. Sebab penurunan angka kemiskinan masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah.

Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Bambang Brodjonegoro beralasan pola pertumbuhan ekonomi terutama di negara maju sudah mengarah pada kelompok atas. Peningkatannya lebih besar dibanding kelompok bawah.

"Lihatnya jangan yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Karena yang terjadi adalah peningkatan kekayaan orang kaya lebih tinggi dari perbaikan atau peningkatan orang miskin. Semua kelompok membaik, tapi yang lebih kaya lebih cepat," jelas dia di kantornya, Jakarta, Jumat (3/1/2014).

Bambang menyebut, saat ini jumlah industri padat modal bertumbuh seiring dengan perkembangan teknologi. Sayangnya, hanya segelintir orang yang dapat menikmati pertumbuhan itu.

"Tantangan semua negara di dunia yakni bagaimana memperkecil kesenjangan (antara penduduk kaya dan miskin)," tutur dia.   

Pemerintah, tambah dia, merespons dengan penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) secara benar untuk mempersempit kesenjangan kemiskinan.

Caranya, kata Bambang, harus mengarahkan belanja negara terutama dari pajak untuk mengentaskan kemiskinan dan memperkecil kesenjangan.

"Belanja negara untuk orang miskin darimana uangnya kalau bukan dari pajak. Orang-orang yang seharusnya bayar pajak, bayarlah dengan benar. Sekarang banyak orang yang income-nya sangat layak, pajak besar tidak bayar dengan benar. Jadi jangan cuma salahkan pemerintah, tapi instropeksi diri," tegas Bambang.  

Sebelumnya, BPS melaporkan data tingkat kemiskinan Indonesia terbaru per September 2012 yakni sebesar 11,66% dari total penduduk Indonesia atau 28,59 juta orang, turun dari angka kemiskinan yang diukur Maret 2012 sebanyak 0,3%.

Deputi Bidang Statistik Sosial BPS Wynandin Imawan memprediksi rasio gini (kesenjangan) akan naik dari posisi 2011 yang mencapai 0,41 atau menggambarkan penyebaran kekayaan semakin senjang.

"Kalau persentase, kalau dia (angka kemiskinan) turun 1%, dia biasanya rasio gini ada di bawah, sekitar 0,35-0,36. Tapi ini (penurunan angka) kan mulai seret. Masalahnya ini kan perbedaan yang kaya dan yang miskin. Kalau yang miskin di bawah nggak naik-naik, yang di atas naik terus, kan semakin lebar jaraknya," pungkas dia.(Fik/Nrm)

Baca Juga

Jurus Ditjen Pajak Kejar Setoran di atas Rp 1.000 Triliun

Penduduk Negara Maju Bayar Pajak Karena Takut Dipenjara

Tak Cuma Orang Kaya, Rakyat Kecil Juga Mengemplang Pajak

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini