Sukses

Lawan Inflasi dengan Naikkan BI Rate Itu Tidak Tepat

"Inflasi yang bersumber dari fenomena non moneter ini tak bisa diselesaikan dengan menaikkan suku bunga,"

Kebijakan suku bunga acuan tinggi hingga 8% dianggap tak tepat bagi perekonomian nasional. Tingginya BI Rate justru akan menghambat laju perekonomian nasional.

Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan hingga 150 basis poin (bps) ke level 7,25%. Sejumlah pihak yakin, BI akan kembali  menaikkan Bi rate hingga akhir tahun.

"Inflasi yang meninggi pastinya akan berangsur turun dengan hilangnya dampak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM)," kata Head of Research KSK Financial Group, David Cornelis, dalam perbincangan dengan Liputan6.com, Senin (23/9/2013).

David menjelaskan BI rate melebihi 8% justru menjadi kontraproduktif.  Hal ini dikarenakan laju inflasi yang terjadi sebetulnya berasa dari fenomena non-moneter yaitu sisi penawaran.

"Inflasi yang bersumber dari fenomena non moneter ini tak bisa diselesaikan dengan menaikkan suku bunga. Kebijakan moneter tidak ada gunannya apalagi inflasi inti di bawah 5%," katanya.

Dalam beberapa bulan terakhir, penyebab kenaikan inflasi disebabkan sisi penawaran (Supply-Side/Cost-push Inflation) dan bukan karena permintaan yang tinggi (Demand-Pull Inflation).

"Untuk melawan inflasi jenis ini, tidak tepat dengan menaikkan BI Rate," katanya.

Risiko terbesar menaikan BI Rate untuk menahan inflasi di Indonesia saat ini adalah pertumbuhan ekonomi melambat secara agregat.

"Adapun kenaikan BI Rate kemarin lebih diarahkan ke menarik investor untuk tetap di Indonesia dan menjaga rupiah juga, walaupun seharusnya BI Rate lebih kepada faktor inflasi (Inflation Targeting)," katanya. (Shd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.