Sukses

Nielsen: Konsumen Asia Pasifik Kecanduan Barang Bermerek Terkenal

Hasil survei Nielsen menunjukkan 61% konsumen Asia Pasifik rela habiskan uangnya untuk membeli barang-barang mewah dengan merek terkenal.

Hasil survei online yang dilakukan Nielsen, perusahaan penyedia informasi pasar global, menunjukkan tiga dari lima (61%) konsumen Asia Pasifik bersedia menghabiskan uangnya untuk membeli barang-barang mewah dengan merek-merek terkenal. Jumlah tersebut merupakan yang tertinggi dibanding kawasan mana pun di dunia.

Seperti dilansir dari CNBC, Kamis (4/7/2013), survei yang melibatkan 29 ribu partisipan dari 58 negara ini menemukan para konsumen China sangat menggilai produk-produk bermerek.

Sekitar 74% dari seluruh responden di negara tersebut mengaku tak keberatan membayar lebih untuk produk-produk bermerek terkenal. Persentase tersebut merupakan yang tertinggi disusul India dan Vietnam, masing-masing 59% dan 56%.

Saat ditanya soal ketertarikannya pada merek-merek ternama, 55% para konsumer Asia Pasifik mengaku sangat menyukainya. Jumlah tersebut melebihi rata-rata global dimana 47% konsumen dunia menyukai barang-barang bermerek.

"Lonjakan ekonomi di sejumlah negara-negara Asia ditambah meningkatnya populasi penduduk kelas menengah menyebabkan munculnya generasi konsumen baru dengan pengeluaran lebih tinggi, " terang Direktur Pengelola Solusi Periklanan di Nielsen, David Webb.

Para konsumen ini punya uang banyak dan siap menghabisakannya untuk membeli barang-barang dengan merek terkenal demi meningkatkan status sosialnya.

Perluasan internet yang cepat dan sejumlah saluran media lain meningkatkan kesadaran dan keinginan yang lebih kuat dalam diri konsumen pada produk produk dan merek tertentu.

Survei Nielsen menunjukkan para konsumen Asia Pasifik banyak dipengaruhi iklan soal kebiasaannya mengagumi merek-merek terkenal. Lebih dari 65% para konsumen di kawasan tersebut mengatakan iklan sangat mempengaruhi merek pilihannya. Sementara secara global, rata-rata hanya 55% partisipan yang mengatakan hal serupa.

Di kawasan Asia Pasifik sendiri, para konsumen Korea dan Filipina merasa sangat mudah terpengaruh iklan dengan persentase masing-masing 79% dan 78%.

Sementara survei Nielsen mengikuti tren jangka panjang peningkatan dan aspirasi kelas menengah di Asia, dan bukan soal seberapa banyak uang yang dihabiskan untuk membeli barang mewah.

Bulan lalu, para ahliBrain & Co., merilis laporan yag memprediksi penurunan penjualan barang mewah pada 2013 mengacu pada kemerosotan pertumbuhan ekonomi di Asia, khususnya China. (Sis/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.