Sukses

Kekayaan Kelompok 1 Persen Orang Terkaya Sentuh Rekor USD 44 Triliun

Kekayaan kelompok 1 persen orang terkaya itu meningkat seiring reli saham pada akhir tahun sehingga angkat portofolionya.

Liputan6.com, Jakarta - Kekayaan kelompok 1 persen orang terkaya mencapai rekor USD 44,6 triliun atau sekitar Rp 707.515 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah 15.863) pada akhir kuartal IV.

Dikutip dari CNBC, ditulis Sabtu (30/3/2024),kekayaan kelompok 1 persen orang terkaya itu meningkat seiring reli saham pada akhir tahun sehingga angkat portofolionya. Hal itu berdasarkan data baru dari the Federal Reserve (the Fed).

Total kekayaan bersih kelompok 1 persen teratas itu didefinisikan oleh the Fed naik USD 2 triliun pada kuartal IV. Adapun kelompok 1 persen itu yang memiliki kekayaan lebih dari USD 11 juta.

Semua keuntungan berasal dari kepemilikan saham. Nilai saham dan reksa dana yang dipegang oleh 1 persen kelompok kaya itu melonjak menjadi USD 19,7 triliun dari USD 17,65 triliun pada kuartal sebelumnya. Nilai real estate meski sedikit naik, nilai private equitnya menurun yang hilangkan semua keuntungan lain di luar saham.

Kenaikan kekayaan kuartalan ini ini menandai tambahan terbaru dalam lonjakan kekayaan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dimulai pada 2020 seiring dengan melonjaknya pasar saham akibat pandemi Covid-19. Sejak 2020, kekayaan kelompok 1% teratas telah meningkat hampir USD15 triliun, atau 49%.

Kelas menengah Amerika Serikat juga mencatat kenaikan kekayaan. 50%-90% masyarakat Amerika Serikat melihat kekayaannya bertambah sebesar 50%.

Ekonom menuturkan, meningkatnya  pasar saham memberikan dorongan tambahan pada belanja konsumen yang dikenal sebagai “efek kekayaan” Saat konsumen dan investor melihat kepemlikan sahamnya melonjak sehingga merasa lebih percaya diri dalam berbelanja dan mengambil lebih banyak risiko.

“Efek kekayaan dari melonjaknya harga saham merupakan pendorong yang kuat terhadap kepercayaan konsumen, belanja, pertumbuhan ekonomi yang lebih luas,” ujar Chief Economist Moody’s Analytics, Mark Zandi dikutip dari CNBC,

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kepemilikan Saham

Ia menambahkan, tentu saja saat pasar saham melemah juga rentan terhadap perekonomian. “Namun, ini bukan skenario yang paling mungkin terjadi, tetapi skenario yang memberikan nilai saham menguat,” ujar Zandi.

Namun, laporan terbaru ini juga mengoroti bagaimana kepemilikan saham terbesar masih di Amerika Serikat (AS). Berdasarkan laporan the Fed, 10 persen masyarakat AS kelas atas memiliki 87 persen saham dan reksa dana yang dimiliki secara individu. Kelompok 1 persen teratas memiliki setengah dari seluruh saham yang dimiliki secara individu.

Ekonom menuturkan, kenaikan pasar saham membawa manfaat yang sangat besar bagi orang-orang kaya, terutama meningkatkan pasar konsumen dan belanja kelas atas.

Kekayaan masyarakat kelas menengah dan berpendapatan rendah AS lebih bergantung pada upah dan nilai rumah dibandingkan saham.

"Rumah tangga yang berada pada sepertiga teratas distribusi pendapatan dan memiliki sebagian besar kepemilikan saham menyumbang sekitar dua pertiga belanja konsumen,” kata Zandi.

3 dari 3 halaman

Kenaikan Pasar Saham

Chief Investment Strategist Charles Schwab, Liz Ann Sonders menuturkan, saham mewakili pangsa aset 1 persen teratas yang terus bertambah. Saham sumbang 37,8 persen dari keseluruhan aset rumah tangga bagi kelompok 1 persen orang terkaya pada akhir 2023, naik dari level terendah baru-baru ini sebesar 36,5 persen.

Namun, kelompok kaya tidak perlu habiskan banyak keuntungan yang diperoleh. Sonder menuturkan, penambahan kekayaan dari saham untuk kelompok 1 persen mungkin tidak berdampak besar pada perekonomian konsumen.

Ia mencatat, kepercayaan konsumen di antara mereka yang berpenghasilan lebih dari USD 125.000 per tahun telah berada dalam penurunan sekuler sejak 2017, menurut Conference Board.

“Meskipun kenaikan harga saham mungkin terkait dengan kepercayaan yang lebih kuat, hal ini tidak selalu berarti peningkatan pengeluaran pada kelompok yang lebih tinggi,” ujar dia.

Dengan S&P 500 sudah naik 10% pada 2024, kemungkinan besar kekayaan kalangan atas telah mencapai rekor tertinggi pada akhir 2023. Meskipun kesenjangan kekayaan sedikit menurun pada 2021 dan 2022, seiring dengan kenaikan upah dan melonjaknya harga rumah, kesenjangan kekayaan telah meningkat sejak saat itu. merangkak kembali ke tingkat sebelum pandemi.

Kelompok 1% orang terkaya menyumbang 30% kekayaan negara pada akhir kuartal keempat, sedangkan 10% teratas menyumbang 67% dari seluruh kekayaan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.