Sukses

Kemenhub Lobi Airbus Kembangkan Industri Penerbangan di Indonesia

Kementerian Perhubungan membuka peluang kolaborasi antara produsen pesawat internasional Airbus dengan perusahaan penerbangan nasional guna pengembangan industri penerbangan di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perhubungan membuka peluang kolaborasi antara produsen pesawat internasional Airbus dengan perusahaan penerbangan nasional guna pengembangan industri penerbangan di Indonesia.

"Pemerintah telah menjalin kemitraan dan kolaborasi yang erat dengan Airbus. Oleh karena itu, dengan senang hati saya menegaskan bahwa kita terbuka dengan penjajakan kolaborasi dari Airbus dengan berbagai perusahaan penerbangan nasional di Indonesia," ujar Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, Rabu (21/2/2024).

Menhub menambahkan, nantinya kolaborasi bisa dilakukan dalam berbagai bentuk. Diantaranya dalam pembuatan suku cadang pesawat dan berbagai perlengkapan pendukung penerbangan lainnya. Ia berharap kerjasama antara Airbus dengan perusahaan-perusahaan nasional bisa semakin diperluas.

Kerjasama antara Indonesia dengan Airbus sendiri sudah dimulai sejak 1976. Terbaru, Airbus bekerjasama dengan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) untuk memproduksi komponen aerostruktur helikopter.

Selain itu, Airbus juga berencana untuk menambah jumlah pesawat Airbus yang beroperasi di maskapai Indonesia, baik itu pesawat kecil (narrow body), maupun pesawat besar (wide body).

"Rencana itu disiapkan melihat tingginya permintaan penerbangan di Indonesia. Apalagi, pemerintah saat ini telah membuka berbagai bandara besar baru dengan landasan pacu (runway) 3.000 meter, seperti Bandara Kertajati dan Bandara Dhoho Kediri," imbuh Menhub.

Lebih lanjut, Menhub juga berharap kerjasama dapat dilakukan di bidang sumber daya manusia (SDM), yakni peningkatan kapasitas SDM penerbangan di Indonesia melalui pelatihan-pelatihan praktisi industri aviasi.

"Indonesia telah memperoleh banyak manfaat dari kerja sama teknis yang berfokus pada pelatihan, seperti Program Keselamatan Negara (SSP), Sistem Manajemen Mutu (QMS), dan Proyek Navigasi Berbasis Kinerja (PBN). Saya berharap kerjasama Indonesia dan Airbus semakin kuat demi perkembangan industri penerbangan sipil yang lebih maju dan kuat," tuturnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pesawat C919 China Terbang Perdana di Singapura, Saingan Berat Airbus dan Boeing

Produsen pesawat asal China, Commercial Aircraft Corporation of China (COMAC) kembali menerbangkan pesawat C919 buatannya ke luar negeri.

Melansir Channel News Asia, Senin (19/2/2024) C919 melakukan penerbangan tinjauan perdana di Singapura pada Minggu (18/2).

Pesawat C919 adalah salah satu dari dua pembuat pesawat komersial yang menerbangkan pesawat mereka di lepas pantai Singapura bersama Airbus pada pratinjau hari Minggu (18/2) untuk pertunjukan udara terbesar di Asia.

Sementara itu, Boeing tidak akan menampilkan pesawat komersialnya tahun ini. Sebelumnya, C919 telah melakukan penerbangan pertamanya di luar China pada Desember 2023 ke Hong Kong.

COMAC sendiri memiliki dua pesawat penumpang komersil, yaitu jet ARJ21 dan pesawat berbadan sempit bermesin ganda C919 yang memiliki 158-192 kursi, yang bersaing dengan model Airbus A320neo dan Boeing 737 MAX 8.

ARJ21 bahkan sudah digunakan oleh maskapai Indonesia, yakni TransNusa Air.

Dilaporkan, China telah melakukan investasi besar-besaran dalam upayanya menggeser dominasi dua produsen di pasar internasional.

 

3 dari 3 halaman

Sertifikasi Belum Meluas

Negara itu telah mengindikasikan adanya dorongan pada tahun ini untuk memajukan jejak C919 dan COMAC di dalam negeri dan internasional.

Namun sejauh ini, sertifikasi C919 hanya resmi di China dan yang pertama dari empat C919 mulai terbang dengan China Eastern Airlines tahun lalu.

China Investasi Besar-besaran Perluas Kapasitas Produksi C919

Laporan media China pada bulan Januari menyebut, COMAC akan menginvestasikan puluhan miliar yuan selama 3-5 tahun ke depan untuk memperluas kapasitas produksi C919.

Otoritas penerbangan China mengatakan bahwa tahun ini mereka akan mengejar izin dari Badan Keamanan Penerbangan Uni Eropa (EASA) untuk penggunaan C919, sebuah proses yang dimulai pada tahun 2018.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.