Sukses

3 Mata Uang Asia Bakal Raup Cuan dari Pemangkasan Suku Bunga The Fed, Rupiah Termasuk?

Beberapa mata uang Asia diperkirakan akan mendapatkan keuntungan dari pemangkasan suku bunga The Fed.

Liputan6.com, Jakarta Federal Reserve diperkirakan akan menurunkan suku bunganya pada akhir tahun 2024 ini, meskipun hal tersebut mungkin bukan kabar baik bagi dolar AS. Namun, beberapa mata uang Asia diperkirakan akan mendapatkan keuntungan dari pemangkasan suku bunga The Fed.

Melansir CNBC International, Senin (19/2/2024) ahli mengatakan mata uang Asia, yakni yuan China, Won Korea Selatan dan rupee India akan mendapat keuntungan dari pelonggaran kebijakan moneter The Fed.

Sebagai informasi, melemahnya dolar AS umumnya berdampak positif bagi pasar negara berkembang, hal ini sering terjadi ketika The Fed memangkas suku bunga di luar krisis ekonomi.

Seperti diketahui, The Fed beralih ke sikap yang lebih dovish pada Desember 2023, dengan pasar sekarang memperkirakan penurunan suku bunga pada musim panas.

Alat CME FedWatch menyarankan penurunan suku bunga 25 basis poin pertama pada tahun 2024 dapat terjadi pada awal Juni.

Pertemuan The Fed pada bulan Januari diakhiri dengan bank sentral mempertahankan suku bunga pinjaman acuannya pada kisaran antara 5,25% dan 5,5%.

China Berupaya Stabilkan Yuan

China telah menghadapi serangkaian berita utama yang mengecewakan dan melemahnya kepercayaan investor.

Nwgara itu telah berupaya menstabilkan Yuan terhadap dolar di masa lalu dan diperkirakan akan terus melakukannya, menurut Arun Bharath, kepala investasi di Bel Air Investment Advisors.

"Meskipun nilai tukar telah melemah ke level 7 pada nilai tukar USD/CNY, mencerminkan situasi ekonomi yang lebih lemah di China, pelemahan lebih lanjut tidak mungkin terjadi karena para pembuat kebijakan mulai lebih agresif dalam stimulus fiskal, pertumbuhan kredit, dan menopang nilai properti" kata Bharath.

Dia mencatat bahwa nilai tukar mata uang China kemungkinan akan berada dalam batas sempit di sekitar nilai tukar saat ini yaitu 7,10.

Berbeda dengan mata uang utama lainnya seperti yen Jepang atau dolar AS yang memiliki nilai tukar mengambang bebas, Chin tetap mengontrol ketat yuan dalam negeri.

Mata uang tersebut dipatok dengan apa yang disebut penetapan titik tengah harian terhadap greenback berdasarkan tingkat penutupan yuan sebelumnya dan kutipan yang diambil dari dealer antar bank.

Tahun lalu, Yuan dalam negeri mencapai level terendah dalam 16 tahun terhadap dolar di 7,2981.

Jika The Fed mulai menurunkan suku bunga pada musim panas, hal ini kemungkinan akan mempersempit perbedaan imbal hasil antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia dan mengurangi tekanan pada Yuan China.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Nilai Rupe India Melonjak Tinggi

Rupee India diprediksi bisa mendapatkan keuntungan dari pemangkasan suku bunga The Fed tahun ini, sebuah strategi di mana pedagang meminjam mata uang dengan imbal hasil rendah seperti dolar AS untuk membeli aset dengan imbal hasil tinggi seperti obligasi.

"Banyak carry trade terhadap mata uang lain seperti yen atau euro, tetapi begitu suku bunga di AS turun, kita akan melihat perbedaan suku bunga melebar sehingga memungkinkan terjadinya carry trade. Jadi hal tersebut juga berdampak positif bagi mata uang India," kata Anindya Banerjee, wakil presiden penelitian mata uang dan derivatif di Kotak Securities.

Rupe juga diprekirakan berpotensi menguat di tengah harapan Reserve Bank of India akan melonggarkan kebijakan moneternya lebih lambat dibandingkan bank sentral lainnya.

Banerjee mencatat bahwa laju penurunan suku bunga RBI akan jauh lebih lambat dibandingkan dengan The Fed, dan akan selalu tertinggal secara signifikan dari The Fed karena India tidak memiliki masalah inflasi yang sama seperti yang dialami Eropa atau Amerika.

"Alasannya sederhana, karena kebijakan fiskal berjalan dengan baik, perekonomian berjalan sangat baik dan mereka tidak ingin terjadi overheating pada saat ini," jelas Banerjee.

Nilai Rupe sendiri telah menguat hingga 82,82 terhadap dolar dalam tiga bulan terakhir.

3 dari 3 halaman

Tekanan pada Won Korea Akan Mereda

Sementara itu, Won Korea Selatan telah berada di bawah tekanan selama tiga tahun, namun prospek ekonomi yang membaik dan kebijakan The Fed yang lebih longgar akan membantu meringankan tekanan tersebut pada tahun 2024.

"Sebagai mata uang dengan imbal hasil rendah dan sangat bersiklus, kami pikir Won Korea akan menjadi salah satu penerima manfaat utama dari siklus pelonggaran The Fed pada paruh kedua tahun ini, karena penurunan suku bunga AS tidak hanya akan mengurangi tekanan pada KRW melalui jalur suku bunga, tetapi juga akan mengarah pada peningkatan prospek pertumbuhan global," kata Harvey dari Monex.

Namun Harvey mengatakan kenaikan won juga akan ditentukan oleh sejauh mana pemotongan suku bunga yang dilakukan The Fed.

Dia memperkirakan mata uang Korea Selatan itu bisa menguat antara 5% dan 10% jika siklus pelonggaran sangat dalam, dan sedikitnya 3% jika siklusnya terbukti dangkal.

Prospek perekonomian Korea Selatan juga diperkirakan akan membaik di tahun ini.

Dana Moneter Internasional memperkirakan pertumbuhan negara itu akan mencapai 2,3% pada tahun 2024 dan 2025, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun lalu sebesar 1,4%.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.