Sukses

Ditantang Debat Faisal Basri Soal Hilirisasi, Luhut: Ngapain Saya Layani

Faisal Basri sebelumnya menyatakan siap berdebat dengan Menko Luhut terkait hilirisasi. Sebab, konsep hilirisasi yang digawangi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dianggap sesat.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, merespons tantangan debat soal hilirisasi yang diajukan ekonom senior Faisal Basri.

Luhut tampak ogah menerima tantangan debat soal hilirisasi itu dengan anggapan Faisal belum banyak terlibat soal proses hilirisasi dan pertambangan.

Menurut Luhut Binsar Pandjaitan, cukup dengan mengirim Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto semua omongan Faisal Basri bisa dilawan.

"Nantang? Ya dia ngomong sama si Seto, cukup. Wong dia belum pernah lihat tambang, ngapain saya layanin omongan orang seperti itu," ujar Menko Luhut Binsar Pandjaitan saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (7/2/2024).

Faisal Basri sebelumnya menyatakan siap berdebat dengan Menko Luhut terkait hilirisasi. Sebab, konsep hilirisasi yang digawangi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dianggap sesat. 

Ia lantas akan mengajak Thomas Trikasih Lembong alias Tom Lembong untuk melawan Luhut dan Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto.

"Konsep (hilirisasi) yang sangat sesat, saya bisa debat deh sama Luhut, saya terbuka gitu, Anda organisir saja. Saya sama Tom Lembong deh berdua lawan Luhut dengan Seto," ungkapnya dalam sesi diskusi publik bersama Indef, Senin 5 Februari 2024.

Faisal bersikukuh bahwa hilirisasi adalah program sesat. Menurutnya, masyarakat nantinya akan paham jika debat itu bisa terealisasi. "Semua bisa selesai menunjukkan betapa sesatnya hilirisasi ini," tegas Faisal.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Indonesia Tak Akan Jadi Negara Maju Tanpa Hilirisasi

Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menegaskan hilirisasi yang sudah dimulai tidak boleh berhenti meski ganti kepemimpinan. Jika hilirisasi disetop, Indonesia terancam gagal menjadi negara maju.

Dari banyak faktor, setidaknya ada dua hal yang yang disoroti Bahlil untuk menentukan Indonesia menjadi negara maju. Pertama, keluar dari jebakan middle income trap. Kedua, mampu memanfaatkan bonus demografi yang akan terjadi.

Guna mengatasi poin pertama, dia melihat upaya keluar dari middle income trap adalah penguatan lapangan kerja. Salah satunya dihasilkan lewat ekosistem proses hilirisasi.

"Kita tahu bahwa salah satu syarat untuk kita keluar dari middle trap income itu adalah penciptaan lapangan pekerjaan yang berkualitas. Instrumennya itu ada investasi lewat hilirisasi," ungkap Bahlil Lahadalia dalam Trimegah Political and Economic Outlook 2024, di Ritz-Carlton Pasific Place, Jakarta, dikutip Kamis (1/2/2024).

Menurutnya, hilirisasi ini penting untuk dilanjutkan oleh pemerintahan berikutnya, siapa pun yang terpilih nantinya. Jika tidak, berbagai proses yang sudah dilakukan saat ini, kata Bahlil, akan berjalan sia-sia dan harus mengawali lagi dari nol.

"Nah kepemimpinan berikutnya, siapa pun yang menjadi Menteri Investasi, saya menyarankan kalau mau harus ini dilanjutkan. Enggak boleh enggak," tegasnya.

"Karena kalau enggak dilanjutkan, kita mundur lagi. Kalau kita mundur lagi, kita start dari nol lagi, maka puncak bonus demografi enggak bisa kita manfaatkan dengan baik. Itu substansinya," sambungnya.

3 dari 3 halaman

Target Hilirisasi

Pada kesempatan ini, Bahlil menjelaskan, targer atas nilai tambah dari hilirisasi terus meningkat kedepannya. Dia pun membidik angka yang harus dikejar pada 2040 mendatang.

"Tadi saya sampaikan kalau hilirisasi kita sampai 2040, harus minimal mencapai USD 545,3 miliar di sektor hilirisasi," kata dia.

Dia bilang, saat ini kontribusi dari investasi di sektor hilirisasi baru 26 persen dsri total realisasi investasi. Dia ingin, kedepannya kontribusi atas hilirisasi bisa meningkat ke 45 persen.

"Sekarang kan kita sudah mencapai 26 persen, target investasi kita dari Rp 1.418 triliun, 26 persen-nya ada di hilirisasi. Saya pengen ke depan targetnya harus mencapai 45 persen agar pencapaian investasi kita bisa terwujud," pungkas Bahlil.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.