Sukses

AS dan Inggris Serang Kelompok Houthi di Yaman, Harga Minyak Melonjak 4%

harga minyak Brent menguat pada pukul 6 pagi ET waktu setempat, Jumat (12/1/2024) di tengah serangan Amerika Serikat dan Inggris ke wilayah Yaman yang dikuasai kelompok Houthi.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik setelah Inggris dan Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan militer terhadap sasaran di wilayah Yaman yang dikuasai kelompok Houthi saat ketegangan di Laut Merah semakin meningkat.

Dikutip dari CNBC, harga minyak Brent naik 4 persen pada pukul 6 pagi ET waktu setempat, Jumat (12/1/2024). Harga minyak Brent di posisi USD 80,55 per barel.

Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) bertambah 4,22 persen menjadi USD 75,07 per barel.

“Serangan yang ditargetkan ini adalah pesan yang jelas bahwa Amerika Serikat dan mitra kami tidak akan mentolerir serangan terhadap personel kami atau membiarkan pihak yang bermusuhan membahayakan kebebasan navigasi di salah satu rute komersial paling penting di dunia,” ujar Presiden AS Joe Biden dalam sebuah pernyataan pada Kamis sore, 11 Januari 2024 waktu setempat.

AS meski telah melakukan serangan proksi Iran di Suriah dan Irak sejak pecahnya perang Gaza, ini akan menjadi serangan pertama terhadap kelompok Houthi yang didukung Iran di Yaman.

Kelompok Houthi telah menyerang kapal-kapal di Laut Merah, menargetkan kapal-kapal pengiriman global termasuk dari Amerika Serikat dan Israel. Langkah Houthi tersebut sebagai pembalasan atas perang di Gaza yang sejauh ini telah menewaskan hampir 23.000 orang di Palestina.

Perusahaan pelayaran besar berhenti melintasi rute terusan Suez dan Laut Merah pada awal Desember, dan memilih mengubah rute melalui Afrika bagian Selatan. Hal ini mengakibatkan perjalanan yang lebih lama dan mahal sehingga menaikkan tarif angkutan laut.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Bakal Balas Serangan AS-Inggris

Dalam pidato yang disiarkan televisi pada Kamis waktu setempat, pemimpin Houthi Yaman, Abdul-Malik al-Houthi meyatakan setiap serangan AS terhadap kelompok itu tidak akan dibiarkan tanpa tanggapan.

“Kami akan hadapi agresi Amerika Serikat. Setiap agresi Amerika Serikat tidak akan pernah berakhir tanpa tanggapan,” ujar dia.

Ia juga memperingatkan tanggapan yang diberikan akan lebih besar dibandingkan pada tingkat operasi baru-baru ini yang dilakukan kelompok tersebut di laut.

Saat mengumumkan serangan itu pada Kamis, Biden berjanji tidak akan ragu untuk mengarahkan tindakan lebih lanjut untuk melindungi masyarakat dan lintasan perdagangan internasional jika diperlukan.

3 dari 5 halaman

Dampak Krisis Laut Merah

Sementara itu, biaya pelayaran di Amerika Serikat melonjak karena serangan di Laut Merah menganggu perdagangan global meningkatkan kekhawatiran inflasi akan meningkat lagi jika gangguan ini terus berlanjut.

Dikutip dari CNBC, pengalihan kapal kontainter dari Terusan Suez di sekitar Tanjung Harapan di Afrika Selatan memiliki efek “penularan global” pada tarif angkutan, berdasarkan laporan yang diterbitkan oleh S&P Global Market Intelligence pekan ini.

Perdagangan antara Asia dan Eropa menghadapi dampak terbesar karena Terusan Suez yang menjadi pintu gerbang penting antara dua wilayah itu.

Menurut S&P Global Commodity Insights, harga peti kemas berukuran 40 kaki dari Asia Utara ke Eropa telah melonjak lebih dari 600 persen menjadi USD 6.000 sejak pecahnya perang Israel-Hamas pada Oktober.

Namun, krisis Laut Merah ini mempunyai dampak signifikan dan biaya pengiriman antara Asia dan Amerika Serikat juga meningkat.

Tarif pengiriman dari Asia Utara ke Pantai Timur AS telah melonjak 137 persen menjadi USD 5.100 untuk container berukuran 40 kaki mulai awal Oktober, menurut S&P Global.

Tarif dari Asia Utara hingga Pantai Barat AS telah melonjak 131 persen menjadi USD 3.700 pada periode yang sama. JPMorgan menuturkan, kepada kliennya pada Selasa, 9 Januari 2024 kalau perjuangan melawan inflasi dapat terhenti dalam beberapa bulan mendatang jika biaya pengiriman mendorong harga barang lebih tinggi.

“Peningkatan baru dalam biaya pengiriman global sebenarnya dapat menambah inflasi harga konsumen selama beberapa bulan ke depan. Jika kenaikan ini pada akhirnya menyebabkan harga barang akhir menjadi lebih tinggi,” tulis analis JPMorgan kepada kliennya.

“Hasil seperti itu akan memperkuat harapan kami akan kemajuan dalam penurunan inflasi CPI inti global yang terhenti tahun ini,” analis menambahkan.

 

4 dari 5 halaman

Bakal Berdampak terhadap Ekonomi Global

Hal ini dapat menghilangkan ekspektasi pasar kalau the Federal Reserve (the Fed) akan mulai memangkas suku bunga pada Maret.

JPMorgan yakin bank sentral tidak akan mulai memangkas hingga pertengahan tahun karena inflasi inti akan tetap stabil pada paruh pertama 2024.

Kepada wartawan pekan lalu di Gedung Putih, Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat John Kirby menuturkan, dampak gangguan ekonomi di Laut Merah bergantung pada berapa lama ancaman tersebut berlangsung.

“Tetapi jangan salah, ini adalah jalur perairan internasional yang penting dan dapat berdampak pada perekonomian global,” ujar Kirby.

Head of Supply Chain Research S&P Global Market Intelligence, Chris Rogers menuturkan, harga konsumen berubah secara perlahan dan akan memakan waktu berbulan-bulan bagi mereka untuk merespons kenaikan biaya transportasi.

Sementara itu, Direktur Moody’s Analytics, Mark Hopkins menuturkan, dalam kebanyakan kasus, biaya transportasi menyumbang sekitar 4 persen-5 persen dari harga suatu barang.

“Bahkan jika Anda melipatgandakan biaya transportasi, kita tidak membicarakn sesuatu yang akan benar-benar terlihat pada beberapa barang ini,” ujar Hopkins.

Ia menambahkan, hal ini tidak akan mengubah prospek inflasi Amerika Serikat secara terukur dan tidak akan berdampak secara terukur pada pengambilan keputusan the Federal Reserve.

 

5 dari 5 halaman

Bakal Kerek Inflasi

Mitra Senior dari Konsultan Global Kearney, Balika Sonthalia menuturkan, kuartal I 2024 juga bukan periode impor yang berat bagi peritel. “Sebagian besar peritel berurusan dengan persediaan yang tidak mereka jual selama liburan,” ujar dia.

Menurut JPMorgan, indeks tekanan rantai pasokan global the Federal Reserve New York tidak menunjukkan peningkatan material apapun pada Desember. Namun, dampak dari dari gangguran pengiriman ini mungkin akan terasa lambat jika tetap terjadi selama lebih dari sebulan.

“Kenaikan biaya pengiriman kemungkinan besar akan mempengaruhi harga barang impor dengan jeda beberapa waktu dan sebagian dari tekanan tersebut kemungkinan besar akan hasilkan margin keuntungan yang lebih rendah daripada harga lebih tinggi,” tulis analis JPMorgan.

Bank investasi itu prediksi, gangguan pengiriman dapat meningkatkan inflasi inti sebesar 0,5 persen.

Analis HSBC menyebutkan, gangguan di Laut Merah dapat menimbulkan efek domino pada rantai pasokan jika situasi ini tidak terselesaikan pada akhir kuartal I. Pemblokiran yang berkepanjangan dapat membuat tarif pengangkutan tetap tinggi setelah paruh pertama 2024.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini