Sukses

Miliarder Jack Ma Masuk Bisnis Makanan di China

Usaha baru Jack Ma ini akan fokus pada penjualanan makanan kemasan, impor dan ekspor, serta penjualan produk pertanian yang dimakan.

Liputan6.com, Hong Kong - Pendiri Alibaba Jack Ma memiliki gelar baru yakni pemilik Ma’s Kitchen. Miliarder teknologi asal China tersebut telah mendukung perusahaan rintisan atau startup yang bernama Hangzhou Ma’s Kitchen Food.

Dikutip dari CNN, Selasa (28/11/2023), perusahaan tersebut didirikan pada Rabu pekan lalu di Hangzhou, kampung halaman Jack Ma di Tiongkok Timur yang juga berfungsi sebagai basis bagi raksasa e-commerce dan teknologi Alibaba.

Usaha baru ini akan fokus pada penjualanan makanan kemasan, impor dan ekspor, serta penjualan produk pertanian yang dimakan. Demikian menurut China’s National Enterprise Credit Information Publicity System, lembaga pencatatan perusahaan yang dikelola pemerintah.

Ma’s Kitchen memiliki modal terdaftar 10 juta yuan atau setara USD 1,4 juta. Modal itu sekitar Rp 21,66 miliar (asumsi kurs terhadap dolar Amerika Serikat di kisaran 15.482).

Bisnis ini sepenuhnya dimiliki Hangzhou Dajingtou No.22 Arts and Culture, dengan Jack Ma memiliki 99,99 persen kepemilikan, menurut Qichacha, penyedia data perusahaan di China.

Perusahaan baru ini belum memberikan rincian model bisnis atau jenis makanan apa yang akan dijual kepada public. Jack Ma Foundation tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Meski rinciannya tidak banyak, informasi itu telah memicu spekulasi Jack Ma ingin meningkatkan jumlah makanan siap saji di China.

Berdasarkan Euromonitor International, pasar China untuk makanan siap saji bernilai sekitar 71,1 miliar yuan atau USD 9,9 miliar pada tahun lalu. Nilai tersebut naik sekitar 28 persen dari 2018.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Makanan Kemasan Jadi Populer

Permintaan untuk jenis makanan kemasan lainnya juga meningkat, dengan pasar peralatan makanan-kotak makanan yang memerlukan perakitan dan memasak sederhana meningkat hampir tiga kali lipat dari 10,6 miliar yuan atau USD 1,5 miliar pada 2018 menjadi 29,1 miliar yuan atau USD 4 miliar pada 2022.

"Meski fokus usaha Ma masih belum jelas. Ini adalah ruang yang memiliki banyak ruang untuk inovasi,” ujar Managing Director of China Market Research Group, Ben Cavender kepada CNN.

Ia menambahkan, makanan kemasan menjadi semakin populer. “Dalam beberapa kasus, konsumen memilih makanan ini karena harga yang murah dan tidak terlalu sering makan di luar, tetapi mereka juga memilih makanan tersebut karena akses terhadap variasi dan karena keterbatasan waktu,” ujar dia.

Ia menuturkan, kebiasaan yang terburuk selama pandemic COVID-19 untuk tetap berada di rumah dan memilih pilihan makanan yang nyaman serta perlambatan ekonomi di China kemungkinan akan mendorong lebih banyak orang untuk mengalihkan perhatian.

“Sebaliknya, jika hal ini lebih mengarah pada penjualan makanan segar seperti buah-buahan, terdapat juga permintaan akan lebih banyak variasi pilihan berkualitas tinggi dan harga yang wajar, ini adalah ruang di mana ikatannya dengan e-commerce, akan menambah nilai,” ujar Cavender.

3 dari 4 halaman

Jack Ma Tunda Rencana Kurangi Kepemilikan Saham di Alibaba, Ini Alasannya

Sebelumnya diberitakan, Miliarder Jack Ma hentikan rencana mengurangi kepemilikan saham di Alibaba setelah saham raksasa e-commerce China tersebut anjlok.

Mengutip CNBC, ditulis Jumat (24/11/2023), pendiri Alibaba Jack Ma menunda rencana memangkas kepemilikan saham di raksasa e-commerce setelah harga sahamnya turun. "Jack Ma belum menjual satu saham pun,” ujar Chief People Officer Alibaba, Jane Jiang kepada karyawan dalam memo internal yang dilihat CNBC.

Jiang menuturkan, saham Alibaba saat ini diperdagangkan di bawah valuasi sebenarnya perusahaan. Hal ini menjadi alasan Jack Ma belum kurangi kepemilikan sahamnya.

Pada pengajuan peraturan pekan lalu, Alibaba mengungkapkan Jack Ma ingin jual 10 juta saham dengan nilai USD 870 juta. Rencana itu terungkap dalam pengajuan peraturan pada 16 November, saat itu Alibaba merilis laba yang berakhir September 2023.

Sebagai bagian dari rilis labanya, Alibaba menuturkan, tidak akan lagi melakukan spin-off dari bisnis komputasi awannya, sesuatu yang sedang dipantau secara ketat oleh investor. Hal ini membuat saham Alibaba anjlok sekitar 9 persen.

Namun, rencana menjual saham tersebut dibuat pada Agustus, dan kebetulan dipublikasikan pada 16 November, ujar Jiang.

 

4 dari 4 halaman

Jack Ma Jadi Sasaran

Pada Agustus, saham Alibaba yang terdaftar di Amerika Serikat diperdagangkan di kisaran USD 101. Pada Rabu, 22 November 2023, harga saham Alibaba ditutup di level USD 78,94. Itu berarti jika Jack Ma menjual 10 juta saham, keuntungannya akan mencapai USD 789,4 juta, jauh lebih rendah dari USD 870 juta yang diinginkan.

Jiang menambahkan, rencana Jack Ma menjual saham dengan harga jual lebih tinggi menunjukkan kepercayaan terhadap bisnis tersebut. Alibaba tidak dapat dihubungi untuk diminta komentar.

Jack Ma dan kerajaannya menjadi sasaran Beijing sebagai bagian dari tindakan keras yang lebih luas terhadap sektor teknologi China yang berupaya kuasai kekuatan raksasa domestiknya.

Pendiri Alibaba telah mendedikasikan waktunya untuk mengajar dan melakukan penelitian di berbagai bidang seperti ilmu pertanian. Alibaba telah mengalami perombakan bersejarah pada 2023 dengan membagi perusahaan menjadi enam kelompok bisnis dan mengganti CEO-nya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.