Sukses

Sri Mulyani Waspadai Dampak Geopolitik ke Harga Komoditas dan Ekonomi Indonesia

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Kementerian Keuangan terus mewaspadai dan memantau gejolak pada perekonomian global, imbas kondisi geopolitik Rusia-Ukraina, dan konflik Israel-Hamas.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Kementerian Keuangan terus mewaspadai dan memantau gejolak pada perekonomian global, imbas kondisi geopolitik Rusia-Ukraina, dan konflik Israel-Hamas.

"Penting untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang terus menerus dibayangi ketidakpastian global yang mulai kita lihat dan rasakan dari berbagai bentuk, seperti kenaikan dari harga beras, fenomena El Nino, kemudian dinamika di pasar global dalam bentuk kenaikan yield dan suku bunga Amerika Serikat; ini semuanya membawa dampak pressure pada perekomonian," ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Koordinator Perekomonian, Senin (6/11/2023).

Ekonomi RRT (Tiongkok) juga cenderung masih melemah dan berupaya untuk pulih dari COVID-19. Ini juga akan memberikan dampak spillover atau rambatan ke dalam negeri," paparnya.

Adapun perlambatan ekonomi di zona Euro atau Eropa, ditambah dengan lonjakan inflasi yang didorong oleh perang Rusia-Ukraina yang tak kunjung mereda.

"Ini adalah situasi yang terus kita waspadai, kita berusaha untuk (memperhatikan) terutama pada masyarakat (ekonomi) paling bawah," jelas Menkeu.

Sri Mulyani pun menyoroti harga beras yang meningkat cukup tajam dalam dua bulan terakhir.

"Salah satu intervensi yang akan kita coba lakukan, baik dari sisi suplai maupun impor beras itu (memastikan) ketersediaan cukup sampai akhir tahun. Karena demand juga akan meningkat menjelang libur Natal dan Tahun Baru," imbuhnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Goldman Sachs: Konflik Israel-Hamas Berisiko Timbulkan Dampak Besar ke Ekonomi Eropa

Sebelumnya, Konflik Israel-Hamas diperkirakan akan menimbulkan dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan inflasi di zona euro.cPerkiraan itu diungkapkan oleh bank investasi asal Amerika Serikat, Goldman Sachs.

Melansir CNBC International, Senin (6/11/2023) analis ekonomi Eropa di Goldman Sachs, Katya Vashkinskaya mengatakan dalam sebuah catatan penelitian bahwa konflik Israel-Hamas yang sedang berlangsung dapat mempengaruhi perekonomian Eropa melalui perdagangan regional yang lebih rendah.

Risiko itu juga termasuk kondisi keuangan yang lebih ketat, harga energi yang lebih tinggi dan kepercayaan konsumen yang lebih rendah.

Kekhawatiran semakin meningkat di kalangan ekonom bahwa konflik tersebut dapat meluas di Timur Tengah, dimana Israel dan Lebanon saling bertukar rudal ketika Israel terus membombardir Gaza, yang mengakibatkan banyak korban sipil dan krisis kemanusiaan yang semakin parah.

Meskipun ketegangan dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi Eropa melalui perdagangan, Vashkinskaya menyoroti bahwa paparan terhadap benua ini terbatas, mengingat kawasan euro mengekspor sekitar 0,4 persen PDB ke Israel dan negara-negara tetangganya, sedangkan paparan perdagangan Inggris lebih sedikit, 0,2 persem PDB.

Cara yang paling penting dan berpotensi berdampak pada ketegangan yang dapat meluas ke perekonomian Eropa adalah melalui pasar minyak dan gas, kata Vashkinskaya.

“Sejak konflik saat ini terjadi, pasar komoditas mengalami peningkatan volatilitas, dengan harga minyak mentah Brent dan gas alam Eropa masing-masing naik sekitar 9 persen dan 34 persen pada puncaknya,” paparan.

 

3 dari 3 halaman

Kenaikan Harga Minyak dan Gas

Tim komoditas Goldman menilai serangkaian skenario penurunan di mana harga minyak bisa naik antara 5 persen dan 20 persen di atas harga dasar, tergantung pada tingkat keparahan guncangan pasokan minyak.

“Kenaikan harga minyak sebesar 10 persen yang terus-menerus biasanya mengurangi PDB riil kawasan Euro sekitar 0,2 persen setelah satu tahun dan meningkatkan harga konsumen hampir 0,3pp selama periode tersebut, dengan dampak serupa yang diamati di Inggris,” ungkap Vashkinskaya.

Perkembangan harga gas menghadirkan tantangan yang lebih besar, menurutnya, karena kenaikan harga didorong oleh pengurangan ekspor LNG (gas alam cair) global dari ladang gas Israel.

“Meskipun perkiraan tim komoditas kami menunjukkan peningkatan yang cukup besar pada harga gas alam Eropa, jika terjadi skenario penurunan pasokan di kisaran 102-200 EUR/MWh, kami yakin bahwa respons kebijakan akan melanjutkan biaya energi yang ada atau memulai kembali biaya energi sebelumnya. kebijakan dukungan akan menahan dampak pendapatan yang dapat dibelanjakan dan mendukung perusahaan, jika risiko tersebut terwujud,” imbuhnya.

  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini