Sukses

Mau Sukses? Ini yang Kamu Perlukan

Jika ingin memulai bisnis yang sukses, cobalah menerima kegagalan dan melepaskan ego yang kamu punya.

Liputan6.com, Jakarta - Jika ingin memulai bisnis yang sukses, cobalah menerima kegagalan dan melepaskan ego yang kamu punya.

Bagi Jenny Nguyen, hal tersebut berarti memiliki kemungkinan untuk pindah ke ruang bawah tanah orang tuanya. Namun, ia memutuskan untuk mengambil risiko dengan membuka The Sports Bra di Portland, Oregon, sebuah toko bar olahraga pertama yang sukses, dengan atlet wanita yang tampil di TV.

Ketika mengambil langkah itu, ia memutuskan “bahwa hal terburuk yang bisa terjadi tidak akan seburuk itu jika saya berusaha sebaik mungkin,” katanya kepada CNBC Make It pada acara virtual CNBC Make It: Your Money, seperti dikutip, Kamis (2/11/2023).

“Orang-orang cenderung melebih-lebihkan betapa buruknya hal yang terjadi,” tambah Matt Higgins, seorang jutawan, serta juri tamu “Shark Tank”, dan juga salah satu pendiri RSE Ventures.

Saat mengajar di Harvard Business School, Higgins meminta para wirausahawan untuk memberikan masukan yang akan mereka sampaikan dari perspektif mereka yang berusia 25 tahun. “Mereka hampir selalu mengatakan hal yang sama: percayalah pada kemampuan anda untuk mencari tahu,” katanya.

“Ketika saya memutuskan untuk membuka The Sport Bra, sangat jelas bahwa mungkin saya hanya mengetahui 1% dari semua yang perlu saya ketahui,” kata Nguyen.

Kesadaran itu sebenarnya membuat lebih mudah untuk meminta bantuan.

“Saran terbaik yang saya dapatkan adalah mencari jawaban tentang pertanyaan apapun yang kamu ingin ketahui, temukan orang yang mengetahui sebanyak mungkin tentang ranah tersebut, lalu tanyakan kepada mereka semua pertanyaan sampai kamu paham,” Kata Nguyen.

Ia juga memuji kesuksesannya karena mengatasi rasa imposter syndrome saat ia memikirkan bisnisnya.

“Ada begitu banyak keputusan yang saya buat yang hanya berdasarkan naluri. Membuat saya mampu mengatakan ‘Ooh, saya bisa mempercayai insting saya’. Itu bisa membangun kepercayaan diri yang besar,” katanya.

“Untuk menjadi sukses, kamu perlu melakukan sedikit tantangan,” Kata Higgins. Namun, Higgins menambahkan bahwa kamu juga perlu menempatkan bisnis di atas ego, dan belajar dari kesalahan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Cara Sukses Lakukan Wawancara Kerja

Bagi banyak orang, meningkatan karir berarti mendapatkan pekerjaan baru yang lebih baik. Seorang pendidik karir dan influencer Erin McGoff memberikan saran yang bisa kamu coba. Jika kamu ingin berhasil dalam wawancara kerja, kesan yang kamu buat dimulai dari penampilan. 

“Berpenampilan terbaik sangat penting dalam wawancara kerja,” katanya kepada CNBC Make It. “Ada sesuatu yang disebut ‘efek halo’. Jika kamu terlihat bagus dan pas, hal itu bisa menyampaikan kepada pewawancara secara tidak sadar bahwa kamu adalah kandidat yang tepat.”

Dari sana, kamu ingin mempertegas bahwa kamu telah menyelesaikan urusan di rumah dengan baik dan mengenal perusahaan yang kamu lamar. “Perekrut dapat mengetahui dalam lima detik pertama ketika wawancara, apakah kamu sudah melakukan riset atau belum,” kata McGoff.

Sebelum wawancara, carilah berita terkini tentang perusahaan tersebut untuk mendapatkan gambaran tentang posisinya saat ini. Apakah perusahaan baru saja diakuisisi, atau telah melakukan PHK. “Jangan hanya memikirkan peran kamu di perusahaan, tetapi pikirkan ekosistem perusahaan secara keseluruhan.”

Sepanjang proses wawancara, pertimbangkan perspektif perusahaan. Ketika wawancara pertama, perekrut “Mendengarkan kata kunci,” kata McGoff. Seorang perekrut atau HRD mungkin tidak memahami semua seluk-beluk peran tersebut.

“Kamu perlu mengulangi deskripsi pekerjaan itu kembali kepada mereka,” sambil menunjukkan bagaimana hal tersebut selaras dengan keahlian yang kamu punya.

Dalam wawancara berikutnya dengan seseorang seperti kepala departemen yang memiliki pengetahuan spesifik tentang peran yang kamu lamar, “Saat itulah kamu ingin berbicara lebih banyak tentang industri dengan mereka dan lebih spesifik,” Kata McGoff.

Jangan lupa juga untuk mengirimkan email tindak lanjut setelah wawancara. Hal ini penting kata McGoff, karena memungkinkan kamu mengakhiri dengan cara yang positif, dan mengkomunikasikan etiket profesional kamu.

3 dari 3 halaman

Cara Mengatur Keuangan

Baik bekerja untuk diri sendiri atau orang lain, kamu perlu mengatur keuangan. Naluri pertama yang kamu punya mungkin adalah membuat anggaran, tetapi jika tidak dapat membuat anggaran dengan benar tanpa mengidentifikasi dan memprioritaskan tujuan keuangan kamu, Pendiri dan Presiden Bone Fide Wealth, serta salah satu penulis “The Millenial Money Fix” Douhlas Boneparth memberikan saran sebagai berikut.

Mulailah dengan tujuan kamu. Apakah ingin melunasi hutang? Menabung untuk membeli rumah? Atau membangun uang tunai darurat?

Selanjutnya, ukur sasaran tersebut berdasarkan waktu dan nilai. “Kapan kamu ingin mencapai sasaran tersebut? Berapa biaya yang harus dikeluarkan?” Kata Bonepath.

Langkah terakhir dan paling penting adalah memprioritaskan tujuan-tujuan tersebut. “Putuskan kemana dan pertama dan terakhir yang tersedia akan disalurkan,”

Jika kamu punya banyak tujuan, bagaimana kamu akan membagi tabungan untuk beberapa tujuan itu?

Setelah kamu memahami sepenuhnya tujuan yang kamu buat, tentukan kembali anggaran dan kuasai arus kas yang kamu miliki.

Apapun tujuanmu, Boneparth sangat menyarankan untuk membangun uang tunai darurat yang mampu menutupi pengeluaran selama tiga hingga enam, atau bahkan sembilan bulan sebelum mulai berinvestasi.

“Saya sangat menyukai stabilitas dan kemampuan menahan volatilitas,” katanya. “Hidup tidak pernah bergerak dalam garis lurus. Selalu ada pasang surut.”

Prioritas lain sebelum mulai berinvestasi adalah membayar hutang kartu kredit dengan bunga yang tinggi. Tingkat bunga rata-rata kartu kredit saat ini di atas 20%, jauh di atas tingkat pengembalian 6% hingga 8% yang biasanya diharapkan dari investasi.

“Lepaskan hutang kartu kredit dan jangan biarkan hal itu terjadi lagi,” kata Boneparth.

Boneparth mengakui bahwa sarannya untuk memprioritaskan dana darurat dan membayar hutang kartu kredit dibandingkan melakukan investasi mungkin bertentangan dengan kebijaksanaan konvensional. Namun, dengan melakukan hal ini, kamu menyiapkan diri untuk menjadi stabil secara finansial dan tidak perlu kembali berinvestasi ketika mengalami kesulitan keuangan.

Mungkin kamu lewatkan satu atau dua tahun bunga majemuk atas investasi. Namun, hal itu akan menjadi pengorbanan jangka pendek demi kepentingan stabilitas, “jadi kamu tidak perlu menyentuh investasi di kemudian hari, it’s worth it,” katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini